4| jangan geer!

94 12 7
                                    


"Kamu mau ya tunangan sama anak Tante?" adalah kalimat yang diucapkan tante Dian di pertemuan ketiga mereka setelah sebelumnya Asha diberi fakta bahwa mendiang orangtuanya merupakan teman orangtua Jayden.

Tante Dian mengaku bahwa dulu dia dan suaminya sering dibantu oleh orangtua Asha. Lalu, mereka kehilangan kontaknya. Dan baru beberapa tahun ke belakang ini orangtua Jayden baru mengetahui orangtua Asha sudah meninggal.

Ketika tahu Asha masih selamat, tante Dian mencari tahu keberadaannya. Diketahui Asha tinggal bersama bibinya yang ternyata hanya menginginkan warisan dan uang asuransi yang orangtuanya tinggalkan.

Setelah itu, Asha dibuanglah ke panti asuhan. Tante Dian mengetahui Asha dibuang ke panti asuhan dari tetangga bibinya karena bibi gadis itu dan suaminya kabur entah ke mana karena katanya terjerat sejumlah utang yang besar.

Setelah cukup lama mencari, baru beberapa bulan ke belakang ini Dian tahu panti asuhan tempat Asha tinggal. Namun, dia belum sempat berkunjung karena masih sibuk mengurus bisnis barunya di Singapura.

Hari ketika dia memaksa Asha supaya mau diantar pulang--yang niat awalnya sebenarnya untuk membantu Jayden--adalah satu hari sebelum dia berencana untuk berkunjung ke panti asuhan itu.

Siapa sangka sosok yang ingin ditemuinya sudah lebih dulu muncul di hadapannya.

Takdir rupanya bekerja dengan baik. Anak gadis dari orang yang dulu banyak berjasa di hidupnya adalah gadis yang sepertinya ditaksir oleh anak laki-laki satu-satunya.

"Setelah Tante tahu ternyata selama ini kamu tinggal di panti asuhan, Tante sudah berniat ingin mengangkat kamu jadi bagian dari keluarga kami. Dan sepertinya akan lebih baik kalau kamu pun bisa jadi pasangan anak Tante, Jayden."

Asha menautkan tangannya di atas pangkuan, menggenggamnya erat merasakan gugup sekaligus tidak enak hati ketika dia hendak menjawab, "tapi, Tante, maaf, saya nggak suka Jayden."

"Suka itu bisa tumbuh seiring waktu, Sayang." Tante Dian melepaskan tautan tangan Asha supaya dia bisa menggenggam salah satunya. "Kalian hanya perlu mengenal lebih dalam, Tante yakin seiring berjalannya waktu kamu pasti menyukai Jayden."

Asha diam. Bingung harus memberikan balasan apa.

"Atau begini saja. Tante ingin minta tolong saja sama kamu. Karena Tante sama Om untuk satu dua tahun ke depan akan tinggal di Singapur, Tante minta kamu temenin Jayden. Tante dengar kamu anak berprestasi di sekolah, jadi sekalian saja tolong bantu Jayden belajar. Kalau bisa bimbing dia juga untuk tidak terus hidup begajulan seperti itu."

Terlalu sulit.

"Bagaimana caranya, Tante? Tante saja kesulitan menangani Jayden, apalagi saya? Jayden nggak mungkin mau saya atur-atur begitu."

"Dicoba saja dulu bagaimana? Sebagai balasannya Tante yang akan menanggung semua kebutuhan kamu. Biaya sekolah, kuliah kamu nanti atau apa pun mau kamu Tante akan penuhi."

Sebagai orang yang berjuang mati-matian ingin mengejar pendidikan setinggi mungkin tanpa kebingungan oleh biaya, jelas tawaran itu menggiurkan. Tapi, sebagai orang yang juga tidak bisa menerima bantuan secara cuma-cuma jelas itu pilihan yang membuatnya bimbang.

"Kamu cukup tunangan sama Jayden saja. Seandainya seiring berjalannya waktu pun kamu tidak memiliki ketertarikan apa pun kepada Jayden, kamu bisa membatalkannya. Bagaimana?"

Asha masih bungkam. Itu tawaran yang memang sangat menggiurkan.

"Tante juga akan tetap penuhi kebutuhan kamu kok seandainya Jayden tetap hidup begajulan seperti itu. Karena terlepas dari Tante ingin menjodohkan kamu dengan Jayden, Tante ingin membalas semua kebaikan orangtua kamu dulu."

Satu AtapWhere stories live. Discover now