BAB 12: Keliling kota Bogor bersamamu

26 6 0
                                    

"Menjelajahi Kota Bogor bersamamu adalah seperti menemukan keindahan tersembunyi di balik kabut, di mana setiap momen adalah perjalanan menuju kebahagiaan yang abadi."
_Bentala Zayn Shailendra_

••••

Semburan cahaya matahari pagi mulai masuk melalui celah-celah jendela kamar yang tertutup gorden. Hangatnya tepat mengenai wajah laki-laki yang bahkan belum sepenuhnya sadar terbangun dari tidur. Ditambah bising ayam yang saling berkokok, suara tetangga yang menyalakan musik di pagi hari, serta suara anak kecil yang sudah beraktivitas bermain seperti biasanya, melengkapi mentari dan langit cerah hari ini.

Remaja itu terusik dari tidurnya. Ia perlahan membuka matanya lalu menyipitkan matanya itu, karena ia baru menyadari jika cahaya matahari menyoroti tepat di wajahnya. Setelah ia memposisikan dirinya menjadi duduk, ia merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-ototnya.

Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul, laki-laki yang berumur 17 tahun itu beranjak dari tempat tidur dan menyambar handuk yang ia gantungkan di bangku belajar.

Bentala bersenandung kecil sambil berjalan ke arah kamar mandi yang dekat dengan dapurnya. Namun, di saat ia akan masuk ke kamar mandi, langkahnya terhenti. Ia baru saja melihat roti coklat nganggur di atas meja. Bentala menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok pemilik roti tersebut.

"Punya Tisya?" pikirnya. Bentala mengangkat bahunya tak peduli lalu ia memakannya sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Tepat saat Bentala mengunci pintu, suara cempreng adiknya melengking memenuhi isi ruangan.

"AA KENAPA MAKAN ROTI TISYAA?!"

Teriak Tisya Gautama Syailendra karena ia sudah tahu siapa yang telah memakan rotinya itu. Jika bukan Bentala- sang abang, siapa lagi?

Namun tanpa dosanya laki-laki itu malah tertawa dan melahap sekaligus roti yang sisa setengah potongan itu ke dalam mulutnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08:12 dan Bentala baru saja keluar dari kamar mandi, ia mandi sekitar 15 menit.

"Nanti antar Mama."

Bentala, yang baru saja menutup pintu kamar mandi, langsung menoleh ketika mendengar suara ibu perinya itu berbicara.

"Ke Tala, Ma?" tunjuk Bentala pada dirinya sendiri.

Wanita paruh baya itu sedang sibuk merapikan piring-piring yang baru saja ia cuci. Wanita itu menoleh pada Bentala sebentar lalu kembali ke aktivitasnya. "Selain Papa, kan cowok cuma kamu di sini, lagian Papa juga udah berangkat kerja."

Bentala mengangguk. "Oke," ucapnya lalu melangkah pergi.

Bentala mendudukkan dirinya di tepi kasur, ia mencabut ponsel yang ia charger dari semalam, membuka satu aplikasi hijau di ponselnya. Bentala mengerutkan keningnya, ia tak menemukan pesan satu pun dari Ilesha. Namun, langsung berpikir positif siapa tahu saja Ilesha belum terbangun.

Bentala Zayn Shailendra: Aku jemput sekitar jam 9 lewat
Bentala Zayn Shailendra: Aku mau antar Mama dulu ke pasar

Setelah mengirimkan pesan itu Bentala kembali bersiap-siap. Ia berjalan ke arah lemari bajunya mengambil satu kemeja untuk ia pakai.

Celana chino panjang berwarna hitam berpadu dengan baju polo shirt berwarna putih dengan balutan kemeja hitam dengan semua kancing yang dibiarkan terbuka. Bentala sengaja memakai dua lapis agar nanti ketika ia akan bertemu dengan Ilesha ia tak perlu lagi mengganti bajunya, ia hanya tinggal membuka kemejanya saja.

Bentala tersenyum tipis di pantulan cermin yang ada di lemarinya itu. "Ganteng banget gue," ujarnya dengan percaya diri, tak lupa rambut tebalnya yang sengaja ia acak-acakan. Ia tidak menyisirnya sama sekali, ia hanya menyisir rambutnya itu menggunakan jemarinya.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang