Na Jaemin selalu menikmati kehidupannya sebagai seorang Alpha yang sangat diinginkan. Sebagai ketua geng di universitas, dia tahu betul bagaimana menarik perhatian Omega di sekelilingnya. Rambut hitamnya yang selalu tertata rapi, mata yang berkilat penuh misteri, dan senyum licik yang mampu membuat siapa pun terpesona—semua itu membuatnya menjadi Alpha yang tak pernah kekurangan pasangan tidur.Selama ini, Jaemin tak pernah merasa ada yang salah dengan kehidupannya. Baginya, setiap Omega yang datang padanya hanyalah permainan sementara. Kepuasan sesaat, yang akan segera ia lupakan begitu hari berganti. Dia tak pernah memikirkan apa yang terjadi setelahnya—tidak ada penyesalan, tidak ada ikatan. Semua berjalan lancar hingga suatu hari, ketika ada seorang Omega baru yang menarik perhatiannya dengan cara yang sama sekali berbeda.
Omega itu bernama Lee Jeno.
Sejak pertama kali Jeno memasuki aula universitas, aura ketus dan dingin yang dibawanya sudah membuat Jaemin merasa tertantang. Omega lain biasanya akan meleleh di bawah tatapan Jaemin, tapi tidak Jeno. Jaemin mengamati dari kejauhan bagaimana Jeno berjalan dengan penuh percaya diri, tatapan matanya tajam dan tak sedikit pun menunjukkan ketertarikan pada Alpha mana pun, termasuk Jaemin.
Ketidakpedulian Jeno membuat darah Jaemin mendidih. Dia tidak terbiasa diabaikan, apalagi oleh seorang Omega. Dan ini bukan Omega sembarangan—ada sesuatu tentang Jeno yang menarik Jaemin seperti magnet, sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman namun terobsesi pada saat yang sama.
***
Hari itu, Jaemin akhirnya memutuskan untuk mendekati Jeno. Di kantin kampus, di tengah hiruk-pikuk mahasiswa lain yang sedang makan siang, Jaemin berjalan mendekati meja tempat Jeno duduk sendirian, membaca buku.
Jaemin dengan senyum yang biasa memikat "Hai, Jeno, kan? Aku Jaemin."
Jeno mengangkat alis tanpa menatap Jaemin "Ya, aku tahu. Ada apa?"
Jaemin terkejut dengan respons dingin Jeno. Biasanya, Omega akan bereaksi dengan gugup atau tersipu-sipu saat dia mendekati mereka, tapi Jeno tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan sama sekali. Namun, Jaemin tidak menyerah.
Jaemin dengan nada santai "Aku hanya ingin mengenalmu lebih baik. Mungkin kita bisa makan siang bersama?"
Jeno menutup bukunya dan akhirnya menatap Jaemin "Dengar, Jaemin. Aku tahu reputasimu. Aku tidak tertarik pada Alpha brengsek yang hanya mengincar tubuh Omega. Jadi, kalau itu yang kau inginkan, lebih baik kau cari di tempat lain."
Jaemin tidak bisa menahan tawa kecil. Jeno begitu lugas dan langsung pada intinya, sesuatu yang sangat jarang ditemukan pada seorang Omega. Biasanya, Omega cenderung berhati-hati dalam berbicara dengan Alpha, terutama Alpha sepopuler Jaemin.
"Kau langsung menilai begitu saja? Bagaimana kalau aku bilang aku benar-benar ingin mengenalmu lebih baik?" Jaemin masih dengan seyuman yang tak hilang.
Jeno menghela napas, tampak tidak terkesan "Aku tidak tertarik mengenalmu, Jaemin. Dan kau bisa berhenti bermain-main, karena aku tidak akan berubah pikiran."
Setelah percakapan itu, Jaemin tidak bisa mengusir Jeno dari pikirannya. Omega yang selalu ketus dan tak tertarik padanya adalah sesuatu yang baru baginya, dan itu justru membuat Jaemin semakin terobsesi. Dia mulai memperhatikan Jeno lebih sering—bagaimana Omega itu berbicara dengan teman-temannya, bagaimana dia selalu menjaga jarak dari Alpha lain, dan bagaimana tatapan dinginnya selalu mengusir siapa pun yang mencoba mendekat.
Jaemin merasa ada yang berbeda dalam dirinya. Biasanya, ketika seorang Omega menolaknya, dia akan segera berpindah ke yang lain, tanpa rasa terganggu. Tapi tidak dengan Jeno. Jaemin merasakan dorongan kuat untuk terus mendekati Jeno, meskipun dia tahu Omega itu tidak akan mudah didapatkan. Dorongan ini membuat Jaemin bingung dan frustrasi pada saat yang sama. Apakah ini hanya obsesi biasa? Atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar permainan?