Di sebuah kota yang dipenuhi dengan suara hujan yang lembut, Jeno menjalani rutinitas hariannya di sebuah toko buku kecil yang tenang. Toko buku itu adalah tempat pelarian Jeno dari hiruk-pikuk dunia luar—tempat di mana ia bisa tenggelam dalam buku-buku dan momen-momen tenang di tengah hujan.Suatu hari, saat hujan deras mengguyur kota, seorang pelanggan baru masuk ke dalam toko buku. Ia adalah Jaemin, seorang pria muda dengan senyum cerah yang tampak kontras dengan cuaca mendung di luar. Jaemin tampak kebingungan saat melihat-lihat rak-rak buku.
"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Jeno dengan ramah.
Jaemin menoleh dan tersenyum. "Sebenarnya, aku sedang mencari buku tentang musik. Aku baru saja pindah ke kota ini dan ingin menemukan beberapa rekomendasi."
Jeno mengangguk. "Tentu, mari saya tunjukkan rak buku musik. Aku juga seorang penggemar musik."
Ketika mereka berjalan ke rak buku, Jaemin mulai bercerita tentang ketertarikan musiknya dan bagaimana ia baru pindah ke kota ini untuk mencari inspirasi dalam karir musiknya. Jeno, yang tertarik dengan cerita Jaemin, menawarkan beberapa rekomendasi buku dan mereka mulai berbincang-bincang tentang berbagai genre musik.
Beberapa minggu setelah pertemuan pertama mereka, Jaemin mulai rutin mengunjungi toko buku Jeno. Mereka berbagi banyak cerita, mulai dari musik, buku, hingga pengalaman pribadi. Hubungan mereka semakin akrab, dan Jaemin mulai merasa bahwa pertemuan mereka lebih dari sekadar kebetulan.
Suatu malam, setelah toko tutup, Jaemin mengundang Jeno untuk mendengarkan beberapa lagu yang baru saja ia buat. Mereka duduk di ruang tamu kecil di atas gedung toko buku, di mana Jaemin memiliki studio kecil. Jaemin memainkan gitar dan mulai bernyanyi, suaranya yang lembut mengisi ruangan.
Jeno duduk di kursi, terpukau oleh penampilan Jaemin. "Kau punya suara yang luar biasa, Jaemin. Musikmu benar-benar menyentuh."
Jaemin tersenyum, merasa malu. "Terima kasih, Jeno. Itu artinya banyak bagiku. Aku hanya berharap bisa membuat musik yang bisa diterima orang lain."
Setelah Jaemin selesai bermain, mereka berbicara lebih banyak tentang musik dan impian mereka. Jeno merasa semakin terhubung dengan Jaemin, dan mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama, baik di studio musik Jaemin maupun di toko buku Jeno.
Suatu hari, saat Jeno baru saja membuka toko buku, Jaemin datang dengan wajah ceria. "Aku punya kejutan untukmu," kata Jaemin sambil tersenyum lebar.
"Apa itu?" tanya Jeno dengan penasaran.
Jaemin mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya dan membukanya untuk mengungkapkan sepasang tiket konser musik. "Aku baru saja mendapatkan tiket untuk konser musik yang akan datang. Aku ingin mengajakmu pergi bersamaku."
Jeno terlihat terkejut dan sangat senang. "Wah, itu sangat luar biasa! Aku tidak sabar untuk pergi."
Mereka merencanakan malam konser dengan antusias. Saat hari konser tiba, mereka berdua menikmati pertunjukan dengan penuh semangat, dan Jeno merasa semakin dekat dengan Jaemin.
Seiring waktu, Jeno dan Jaemin semakin dekat. Mereka sering berbagi momen-momen kecil yang berarti, seperti jalan-jalan di bawah hujan atau menikmati malam dengan musik dan buku. Jaemin mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan terhadap Jeno, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Suatu malam di bawah hujan yang lembut, mereka duduk di balkon studio Jaemin, menikmati pemandangan kota yang basah. Jaemin memandang Jeno dengan penuh perasaan. "Jeno, ada sesuatu yang ingin aku katakan."
Jeno menatap Jaemin dengan penuh perhatian. "Apa itu?"
"Aku merasa... aku jatuh cinta padamu. Aku tahu kita sudah sangat dekat, tapi aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Aku ingin kamu tahu betapa pentingnya kamu bagiku," ungkap Jaemin dengan hati-hati.
Jeno terdiam sejenak, kemudian tersenyum lembut. "Aku juga merasa hal yang sama, Jaemin. Aku jatuh cinta padamu juga. Aku hanya tidak tahu bagaimana mengungkapkannya."
Mereka saling memandang dengan penuh rasa sayang, lalu Jaemin meraih tangan Jeno dan menciuminya lembut. Mereka tahu bahwa perasaan mereka saling terhubung dalam cara yang tak terungkapkan sebelumnya.
Setelah mengungkapkan perasaan mereka, Jeno dan Jaemin mulai menjalani hubungan mereka sebagai pasangan. Mereka terus berbagi momen-momen indah dan mendukung satu sama lain dalam karir dan impian mereka.
Jaemin sering mengajak Jeno ke konser musik dan membuat lagu-lagu baru dengan inspirasi dari hubungan mereka. Sementara Jeno selalu ada untuk Jaemin, memberikan dukungan dan cinta yang tak tergoyahkan.
Hujan yang pernah menjadi latar belakang pertemuan mereka kini menjadi simbol dari cinta mereka—sebuah melodi yang indah dan penuh makna. Mereka tahu bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang spesial dan abadi.
Jeno dan Jaemin menjalani hidup mereka dengan penuh kebahagiaan, saling mendukung dan mencintai. Hujan di kota mereka adalah saksi bisu dari perjalanan cinta mereka, sebuah melodi yang terus berlanjut dan membawa mereka ke dalam kebahagiaan yang abadi.
---
END