"Casa..." panggilan dari sang Ibu membuat Casaundra menghampiri nya ke halaman depan rumah.
"Iya Ma? ada apa?" tanya Casaundra bingung. "Tolong pindahin pot ini ke belakang ya? takut nanti di curi kalau naruh nya di sini" Casaundra mengangguk mengerti dan segera memindahkan pot bunga mawar putih kesukaannya ke halaman belakang.
Weekend ini Casaundra habiskan waktu nya di rumah bersama Ibunya, toko roti pun tutup untuk mengambil waktu istirahat selama beberapa hari.
"Ma.., bahan-bahan buat bikin kue masih ada gak?" tanya Casaundra kepada Luna yang tengah membasuh tangan.
"Kayaknya udah abis deh Casa.., kamu mau bikin kue nya kapan emang?" tanya Luna.
"Em.. sekarang sih, aku mau coba resep baru. Kalau gitu aku ke supermarket deh buat beli bahan nya" ucapan Casaundra di balas anggukan setuju oleh Luna.
"Mama titip beli bumbu-bumbu yang udah habis di dapur ya? soalnya Mama mau ada arisan dulu jam delapan nanti" meskipun hidup sederhana, Ibu Casaundra masuk ke dalam grup arisan yang tak terlalu mewah. Anggota nya pun baik-baik dan apa adanya.
"Yaudah aku mau siap-siap dulu" Casaundra melangkah menuju kamarnya untuk bersiap-siap sebelum pergi ke supermarket.
~CAKA~
"Alah anjing kalah kan..." si laki-laki yang mendengar ucapan kasar dari perempuan di samping nya mendelik tajam.
"Mulutnya.." si perempuan cengengesan tak jelas, ia pun meletakkan ponsel nya karena sudah malas untuk kembali memainkan game online tersebut.
"Ed... menurut kamu si Karl beneran suka sama Aira?" yap, si perempuan adalah Anggita dan si laki-laki adalah Edwin. Kedua protagonis yang tak kunjung nampak di hadapan Casaundra.
"Gak mungkin lah..., kalau iya juga masih gak mungkin" perkataan Edwin di benarkan oleh Anggita namun dalam hatinya sedikit kasihan melihat Karl yang selalu di bully.
"Kenapa gak mungkin Ed?" Edwin berdecak kesal mendengar pertanyaan sang kekasih yang menanyakan perihal laki-laki lain.
"Kenapa nanyain tentang si Karl sih Git..." Anggita mengangkat bahu acuh
dan menyenderkan kepalanya di pundak sang kekasih. "Pengen tau aja sih" balas Anggita singkat."Ya kamu liat aja si Karl kayak gimana di sekolah, emang kamu gak risih liat tampilan culun dia?" pertanyaan Edwin di balas gelengan ragu oleh Anggita.
"Ya... kalau boleh jujur risih sih, tapi kan selera orang beda-beda Ed" bantah Anggita yang membuat Edwin merasa sedikit tak senang.
"Kamu gak tau ya? kalau Karl udah culun dari kecil..., seharusnya dia perhatiin penampilan sendiri biar gak di bully" Edwin bukan jijik kepada Karl seperti temannya yang lain, ia hanya tak suka cara pemikiran Karl yang menurutnya kolot. Tahu penampilan nya membuat orang-orang risih mengapa ia tak mengubahnya?.
"Iya juga sih..., wajar kalau Aira nolak si Karl, orang si Karl nya culun udah gitu lembek lagi... kasian" ucap Anggita kasihan namun terkesan merendahkan Karl secara tak sadar.
"Sebenarnya kamu pihak Karl atau murid yang lain sih? tadi aja kayak ngebela sekarang kayak ngerendahin Karl gitu..." ucap Edwin heran dengan Anggita yang terlihat plin-plan.
"Kalau aku netral aja sih, kadang kasian kadang juga ikut ngerendahin Karl. Tapi yang penting aku gak sampai ikut main fisik ke Karl kan? jadi ya... gitu" Edwin hanya berdehem dan mengelus lembut rambut Anggita.
"Udahlah gak perlu lagi bahas si Karl, biarin aja... tunggu dia sampai nyadar kalau penampilan dia tuh bikin sakit mata"
Anggita menyetujui ucapan Edwin, bukan ia jahat dan ikut membenci Karl. Tapi Anggita serta Edwin enggan untuk ikut campur masalah Karl yang laki-laki itu ciptakan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The most beautiful death of love
Teen FictionIni kisah Devika Hortensia, seorang gadis biasa yang bertransmigrasi kedalam dunia novel yang terakhir kali ia baca. Berperan sebagai figuran yang tak terlibat sedikitpun membuat Devika menghela nafas lega. Ia akan menjalankan kehidupan baru nya sep...