Chapter 6 : Bunga Kamelia

34 2 1
                                    

Seorang wanita berparas cantik yang di kenal dengan nama Tsubaki, tengah memainkan piano yang ada di barnya, jari-jarinya dengan lincah menekan tiap note tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Hingga sebuah suara benturan keras memaksanya untuk berhenti, saat melihat ke sekitar bar netranya melihat putrinya yang baru bisa berjalan terjatuh di lantai.

"Huaaaaa!." Dia langsung menghampiri putrinya dan menggendongnya, "Cup, cup sudah jangan nangis. Sakit ya ?." Tangannya menepuk-nepuk punggungnya lalu dia membawa putrinya duduk di depan piano.

"Sini biar *Okasan lihat mana yang sakit." Bayi itu mengangkat kepalanya sembari terisak memperlihatkan jidatnya yang merah memar, sedangkan pipinya yang merona. Jempolnnya dengan lembut mengusap dahi putrinya sampai ia tak lagi menangis. Netra bayi itu kemudian beralih melihat note piano yang ada di depannya.

"Hm ? Ada apa, Koyuki." Ya, bayi itu adalah Koyuki telunjuk kecilnya menunjuk note piano dan Ibunya ikut melihat benda itu. "Oh, ini namanya piano apa kau mau mendengar suaranya ?." Satu jarinya menekan satu note yang membuat Koyuki tertawa, Tsubaki hanya ikut terkekeh mendengar suara tawa Koyuki.

Tsubaki kemudian memindahkan anaknya di keranjang bayi yang ada di samping piano, kemudian jemari-jemarinya menekan note hingga terdengar suara alunan lagu indah. Suara itu kembali terdengar di seluruh bar hingga menarik perhatian suaminya, Saimon. Pria berbadan tegap itu menghampiri istrinya yang tengah melantunkan lagu pengantar tidur untuk putri mereka lewat piano.

Saimon langsung memeluk istrinya dari belakang, Tsubaki awalnya terkejut tapi langsung membalasnya dengan memegang lengan kekar suaminya, "Tidak biasanya kau seperti ini, Naoakira-san." Saimon lalu duduk di samping Tsubaki.

"Aku hanya ingin memelukmu, apa itu salah ?."

"Tidak... Tapi aneh saja kamu tiba-tiba memelukku."

Saimon terkekeh lalu beralih melihat Koyuki yang tertidur pulas di keranjang bayinya, "Dia sudah tidur lagi ?."

"Sepertinya dia kelelahan karena tadi malam Koyuki baru tidur saat pukul 12 malam."

Saimon terkekeh mendengar penuturan istrinya, "Kau benar, kita sampai harus menemaninya bermain di ruang tengah dengan mata kita yang mulai memberat."

Tsubaki beralih melihat Saimon yang ikut memperhatikannya, "Ne Naoakira-san."

"Ya ?."

"Jika suatu saat aku sudah tiada... Apa kau mau berjanji satu hal untukku ?." Saimon hanya mengangguk meski dia heran kenapa Tsubaki mengatakan hal seperti itu.

"Jika hal itu benar-benar terjadi aku ingin kau menjaga dan melindungi Koyuki dengan baik. Dan memperkenalkannya pada dunia musik, ya... Meski dia nantinya tidak bercita-cita jadi musisi atau penyanyi."

Telapak tangannya menyentuh lesung pipi istrinya yang lembut, "Tanpa kamu minta pun akan aku lakukan, sayang."

● ● ●

Saimon hanya diam menatap piano yang ada di sudut ruangan sembari otaknya mengingat kenangan lama bersama mendiang istrinya. Tatapan netra kuningnya nampak sendu ketika mengingat perkataan Tsubaki, mungkin pada saat itu wanita tersebut sudah memiliki firasat bahwa dia akan mati dan benar saja di pertengahan usia Koyuki yang satu tahun Tsubaki menghembuskan nafas terakhirnya.

Itu semua karena dia yang memutus alat penunjang hidup istrinya. Tapi dia melakukan itu tanpa alasan, air matanya jatuh.

"Owner, Owner, Owner!."

A Girl with mask [Paradox Live Oc] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang