“Para wanita ini sedang membicarakan apa hm?” tanya Jeffrey yang tiba-tiba menghampiri Alicia dan Jeanne yang sedang asik mengobrol, tidak lupa dibelakang Jeffrey juga ada ketiga bocah yang mengekor
“Membicarakan adik ipar” jawab Alicia sembari menerima beberapa bungkusan coklat kecil yang diberikan Jeffrey padanya
“Cucu-cucu nenek yang tampan, kalian sudah selesai membantu Paman kalian memilih pakaian pesta hm?” tanya gemas Jeanne mencubiti pipi ketiga cucunya.
“Nenek sakitttt” protes Jarvis yang langsung berpindah tempat berlindung di belakang kursi tempat duduk Ibunya
“Astaga, anak ini selalu saja mengeluh. Lihat Jaden dan Jansen, mereka mau nenek apakan saja tak pernah mengeluh” cibir Jeanne pada cucunya yang satu itu.
Jarvis mendengus, anak itu masih berdiri sembari menyenderkan kepalanya di pundak sang Ibu. “Karna Jaden dan Jansen tidak berani memprotes nenek! Yang sebenarnya terjadi adalah, mereka juga kesakitan pipinya nenek tarik-tarik seperti ketapel begitu”
“Astaga Ya Dewa anak ini...” saut dramatis Jeanne
“Astaga Ya Dewa Nenek ini...” balas Jarvis meniru Jeanne penuh ejekan.
Alicia yang mendengar itu sudah geleng-geleng di tempat, berbeda dengan Jeffrey yang malah tertawa puas.
Sungguh, ia dulu saja masih memiliki rasa takut pada Jeanne. Tapi putranya Jarvis? Anak itu sama sekali tidak takut. Luar biasa! Seperti Jeffrey harus memberikan penghargaan pada putranya yang satu itu
“Javi, tidak boleh seperti itu. Itu namanya tidak sopan, Ibu tidak suka” peringat Alicia menarik tangan Jarvis agar beranjak dan berdiri di sampingnya
“Tapi kan Nenek yang mulai, Bu?” jawab anak itu membela diri
“Tapi tetap Javi yang salah, tidak boleh bersikap seperti itu pada yang jauh lebih tua dari Javi. Paham?” tekan Alicia
Javi mencebik, tapi akhirnya mengangguk juga. “Paham”
"Ibu tidak suka jika Javi tidak sopan pada keluarga yang lebih tua" peringat Alicia
“Tapi Ibu, Nenek kan—”
“Tidak ada tapi-tapian, sayang” potong Alicia menoel hidung mancung putra kecilnya itu.
"Ah sudahlah" dengus pasrah Jarvis.
"Sudah apa?" saut memicing Alicia
Pipi Jarvis mengembung sembari semakin mengalungkan tangannya ke leher sang Ibu, "Sudah pasrah. Pokoknya apapun yang Ibu mau"
"Anak pintar" Alicia tertawa kecil sembari menepuk-nepuk kepala putranya itu.
"Ibu, Ibu mau coba ini? Ini daging ayam yang ditusuk-tusuk lalu dibakar, Kakek yang membuat camilan ini. Enak sekali loh!" ucap Jansen sembari menyodorkan satu tusukan bambu tipis yang berisi potongan ayam yang telah diberi bumbu
"Baunya enak, baru pertama ini Ibu melihat camilan seperti ini" ucap Alicia sembari mencicipi masakan Ayah mertua tampannya itu
"Ayah mertuamu memang pandai sekali memasak, masakannya selalu enak walaupun yang ia masak adalah masakan aneh yang tidak lazim" jelas Jeanne
"Begitukah, Ibu?"
Jeanne mengangguk, "Sayangnya dulu ia anti sekali memasuki dapur, baru sejak masa mengidammu saat mengandung mereka bertiga inilah Ayah mertuamu mau masuk ke dalam dapur terus-terusan untuk memasakkan ketiga cucu rakusnya ini" kekeh Jeanne
"Hanya dia yang rakus, aku dan Jaden tidak" saut Jarvis sembari menunjuk sengit Jansen
"Sama saja, kalian berdua makannya juga banyak! Hidangan satu meja habis kalian bertiga makan, tidak heran jika Paman Jecko menjuluki kalian raksasa cilik. Makan kalian saja dua kali lipat lebih banyak dari porsi makan Ayah kalian" kata Jeanne menggeleng-geleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicia the Empress
FantasyDaily life of Alicia, Jeffrey and the Triplets🌻 Kehidupan kedua Duchess Alicia berubah manis, segala kesialannya di kehidupan pertama tergantikan dengan limpahan kebahagiaan. Dan kini status Alicia bukan lagi seorang Duchess dari Duchy Barrendic...