"Yang benar saja, Bi. Masa Shaka harus menikah dengan gadis seperti, Aruna. Shaka ini menginginkan pasangan yang bisa menjadi rumah untuk Shaka dan majelis untuk anak-anak Shaka, nggak mungkin gadis seperti Aruna bisa seperti itu, Bi."
"Apa yang sal...
Sebelum baca jangan lupa kasih vote dan follow akun author, ya. Biar kita makin dekat, lagipula ngasih vote nggak sulit kok, kamu tinggal klik bintang yang ada di sebelah kolom komentar.
—oOo—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—oOo—
Aruna berbalik dan sangat terkejut saat melihat jarak antara dirinya dengan Arshaka sangat dekat. Ia menelan salivanya dengan susah sembari mundur beberapa langkah. "Kenapa mundur, hem?" tanya Arshaka yang saat ini terus menatap manik mata Aruna.
"Ndak pa-pa. Memangnya ndak boleh?!"
Arshaka tersenyum tipis, membuat Aruna ketar-ketir. "Boleh, kenapa ndak boleh. Ini juga kamar kamu," ucap Arshaka sembari berjalan menuju lemari.
Aruna melebarkan matanya. "Ini orang kok berubah gini, serem banget," gumam Aruna di dalam hati sambil terus menatap gerak-gerik Arshaka, "eh, eh, eh! Gus mau ngapain?" tanya Aruna cepat saat melihat Arshaka yang mengambil kaos dan celana training.
"Udah jelas saya mau ganti baju. Memangnya kamu pikir saya mau ngapain ngambil baju?"
"I-iya saya tau, tapi jangan bilang kalau Gus mau ganti baju di sini?"
Arshaka menarik satu sudut bibirnya. Setelah itu, ia berjalan mendekat ke arah Aruna, membuat Aruna panik. "G-gus jangan macam-macam, ya! S-saya bisa saja teriak kalau Gus macam-macam."
"Teriak aja, yang ada nanti mereka cuma diam dan mengira kita sedang melakukan sesuatu."
Mata Aruna melotot. Ia sontak mundur saat Arshaka semakin mendekat, hingga akhirnya Aruna tidak bisa mundur lagi saat terhalang oleh meja. "Gus, jangan macam-macam! Saya beneran teriak loh!" Ancam Aruna, tetapi tidak dihiraukan oleh Arshaka. Arshaka malah semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Aruna.
Sampai akhirnya ketika jarak mereka tinggal dua langkah, Aruna menarik napas dalam, bersiap untuk berteriak. Namun, saat ia akan berteriak, tiba-tiba dengan cepat Arshaka menarik Aruna dan menutup mulut Aruna dengan tangannya, membuat Aruna melebarkan matanya karena terkejut.
"Sampai berani kamu teriak, saya akan menghukum kamu dengan hukuman yang tidak pernah kamu bayangkan."
Mata Aruna semakin melebarkan, apalagi jarak antara dirinya dengan Arshaka sangat dekat. Ia menelan saliva dengan susah. Setelah itu, ia menggeleng, menandakan jika ia tidak akan berteriak.
Arshaka menatap manik mata Aruna dengan seksama dan tersenyum. Ia baru menyadari jika manik mata gadis nakal yang selama ini ia hukum sangat indah. Namun, dengan segera Arshaka sadar dari ke terpesonaanya dari gadis yang sudah menjadi istrinya itu. Setelahnya ia melepaskan tangannya dari mulut Aruna dan berjalan ke kamar mandi.