Mulut kecil berwarna merah milik bocah gembul itu terlihat menjorok kedepan dengan sangat lucu, hal itu dihadiahi gelak tawa keras oleh yang melihatnya. Koashter Railey Mitz–bocah berumur tiga tahun itu dengan susah payah mencoba meniup lilin yang tertancap pada kue kecil di depannya.
Fuhhh~~ Fuhhh~~Wanita yang umurnya sudah menginjak kepala empat itu tersenyum bangga saat lilin itu berhasil ditiup oleh pria kecil di sebelahnya. Ia menepuk tangannya riang sambil mengecup pipi gembil itu, "Happy Birthday Koa! Mama seneng sekali Koa tumbuh sehat dan sekarang tau-tau sudah umur empat tahun, don't grow up to fast, baby."
"Stobeli! Stobeli! Ada stobeli di kue Koa!" Bocah gembil itu mengangguk-angguk senang, bahkan pipinya ikut naik turun selaras dengan anggukan milik si kecil. Lagi-lagi Cameera tertawa melihat tingkah lucu anaknya, "Iya semuanya punya Koa, dimakan sedikit-sedikit jangan sampai nanti gigi Koa nangis karena terlalu banyak, mengerti?"
Hal itu tak digubris oleh Koa karena mulut bocah itu sudah lebih dulu penuh dengan krim dan stoberi. Hadeuh! Kalau begini caranya Koa dijamin akan tidur larut karena terkena sugar rush!
Tahun ini masih sama dengan yang sebelumnya, hanya ada Koa, Cameera dan kue stoberi kesukaan si kecil. Meskipun kehadiran Koa sempat Cameera sesali namun nyatanya pria kecil itu menyelamatkan hidup milik Cameera. Di tahun ini juga keinginan Cameera tetap sama, tumbuh dengan baik Koa, mama akan pastikan kamu tidak kekurangan cinta!
🎂 ᩍ ꔫ 🍼 ྀི. ݁𖦹₊ 🐰⊹ ᥫ᭡
Saat hari sudah pagi, Koa selalu memulai harinya dengan duduk manis di kursi warna kuning yang ada di cafe milik mamanya. Koa senang duduk disana layaknya bos kecil, pria itu akan minum dodotnya sambil menatap pegawai yang sibuk memanggang roti dan pembeli yang sedang memilah-milih roti.
"Koa, baru bangun ya? Onty dengar dari mama, Kiki sudah dibuang, ya?" Acel—pegawai mama yang sudah bekerja sejak dua tahun ini selalu memulai hari dengan menjahili Koa. Boneka kelinci yang sudah Koa miliki dari bayi diberi nama Kiki. Bocah itu suka sekali memeluk dan membawa Kiki kemanapun dia pergi.
Kemarin, Cameera harus melakukan misi rahasia, yaitu memandikan Kiki. Koa jarang sekali melepas Kiki, kalaupun dilepas ia akan langsung mencari boneka kelinci itu untuk ia peluk saat tidur. Tadi malam setelah Koa tertidur pulas, Cameera diam-diam menaruh Kiki di mesin cuci. Untungnya bocah itu tidak sadar dan tidak merengek.
Namun, karena omongan Acel, Koa langsung membulatkan matanya. Ia baru sadar bahwa pagi ini ia belum melihat Kiki, lalu apa katanya KIKI DIBUANG?!
Iris coklat milik Koa yang sudah bulat semakin membulat, air mata milik si kecil sudah hampir tumpah jika saja Cameera tidak datang. "Kenapa Koa? Ada yang sakit?"
"Ko-a mau Kiki." Bocah itu berucap sambil menatap mamanya dengan pandangan nelangsa, berharap ucapan Acel hanya sebuah fiktif belaka. Cameera langsung menatap Acel tajam, memang rasanya kalau tidak membuat Koa menangis maka hidup Acel akan jadi kurang manis.
Huftt~
"Kiki tidak hilang kok. Kiki bilang ke mama dia akan pergi jalan-jalan sebentar, nanti akan kembali. Okay? Jangan sedih lagi, Koa." Cameera menghapus air mata si kecil berharap perkataannya dapat menghibur Koa. Cameera harus berbohong karena waktu itu saat wanita itu berkata Kiki dicuci anak itu menangis seharian dan bilang Kiki akan mati kalau ditaruh di mesin cuci untuk dicuci.
Akhirnya sekarang tiap kali Kiki dicuci Cameera akan membuat perkataan lain yang dapat menenangkan bocah berumur tiga tahun itu dan untungnya hal itu selalu berjalan dengan baik.
Namun, memang sial tidak ada di kalender merah. Cameera panik setengah mati saat tahu bahwa Koa tidak ada bersamanya. Jelas-jelas ia hanya meninggalkan Koa di kamar untuk mengambil roti di panggangan, tau-tau bocah itu sudah hilang entah kemana.
Berbeda dengan Cameera yang hampir pingsan, Koa sangat senang hari ini. Bocah gembil dengan pakaian kelinci dan rambut yang sudah diikat satu keatas berjalan dengan semangat. "Koa mau susul Kiki. Koa temani Kiki pelgi jalan sama-sama. Koa sedih Kiki pelgi sendili terus. Koa selalu tidak diajak," gumam si kecil sambil memegang dodotnya dan melangkah menjauh dari cafe.
Destinasi pertama si kecil untuk menyusul Kiki adalah supermarket. Menurut pengalaman Koa, setiap kali jalan-jalan kita harus bawa makanan. Mama dan Koa selalu pergi ke supermarket untuk membeli makanan sebelum jalan-jalan, jadi pasti Kiki ada disini, kan?
Koa masuk ke dalam supermarket dengan mata berbinar. Banyak sekali makanan yang Koa suka! Kaki kecil penuh lemak itu berjalan mengelilingi tempat pembelanjaan itu. Ia tidak bisa menemukan Kiki. "Kiki kenapa tinggal-tinggal Koa cendili. Huftt~ Yacudah Koa jajan aja, Koa nanti akan malah cama Kiki."
Tangan gembil itu mengambil beberapa es krim dan coklat. Ia sangat senang, walaupun tidak berhasil menemukan Kiki. Matanya mengerjap lucu saat menatap ada tumpukan wortel disana. "Koa akan belikan Kiki wortel dua! Biar kiki tidak tinggal-tinggal Koa sendili lagi!"
Karena Koa menganggap kelinci suka wortel, pasti Kiki juga suka wortel kan? Kiki pasti suka sekali dibelikan wortel oleh Koa karena Kiki adalah boneka kelinci.
Kaki itu menjinjit lucu, mulutnya sudah maju lima centi karena ia kesal. "Tinggi sekali! Humph! Koa kecal,"ucap Koa. Sebelum tangannya bisa menggapai wortel diatas rak, tubuhnya tiba-tiba melayang tinggi.
"Mau ambil apa? Ayo cepat ambil, kakak tahan biar kamu sampai." Griffin Austin Mitz–Pria yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA itu sedari tadi memang sedang membeli sesuatu di supermarket ini. Ia kasihan melihat gumpalan lemak yang tampaknya kesusahan mengambil barang disana.
Setelah akhirnya berhasil mengambil wortel di kedua tangannya, Griffin menurunkan Koa dengan hati-hati. Griffin mengelus surai bocah di depannya dengan perlahan, "Tidak boleh jauh-jauh dari orang tuamu, bocah. Untung saja kakak yang baik hati ini mau menolongmu. Jangan terlalu lama sendiri, pergi ke papa mamamu, mengerti?"
"Koa mau cucul Kiki! Kiki tinggal-tinggal Koa sendili. Koa beli wortel untuk Kiki biar tidak tinggal-tinggal Koa, kakak." Griffin menghela napas mendengar omongan bocah di depannya yang tak bisa ia pahami.
Griffin mensejajarkan tingginya dengan bocah kecil di depannya. " Mana mamamu?" tanya Griffin. Tangan kecil Koa langsung menunjuk ke arah kanan. "Mama dicana, bikin loti banyak-banyak! Koa suka ada yang stobeli, coklat, stobeli, nanas, stobeli, stobeli,stobeli, banyak sekali loh."
Griffin mengambil satu kesimpulan. Bocah ini pergi dari ibunya sendiri. Karena ia punya hati nurani yang seluas samudra pasifik ia berakhir membayar semua belanjaan milik bocah yang ia yakini bernama Koa itu dan mengantarnya kembali pada orang tuanya. Kenapa Griffin dengan baik hati membayar belanjaan milik Koa, cuman satu alasannya. Bocah itu membeli tanpa membawa uang karena ia pikir membayar itu bisa dengan permen stoberi.
Griffin berjalan hanya dengan mengikuti arahan dari Koa. Ia ini orang Jakarta yang hanya datang ke Surabaya untuk study tour sekolah saja. Jadi, wajar saja jika ia tidak tahu jalan menuju cafe yang dibicarakan oleh si kecil.
Saat mata Griffin bahkan belum bisa menemukan cafe yang dibicarakan Koa, bocah itu berteriak dan langsung berlari ke dekapan seorang wanita. "Mama!" teriak Koa. Cameera langsung menghapus air matanya yang sudah sejak lalu menghiasi wajahnya semenjak ia tahu Koa menghilang. Saat ia tahu Koa hilang, Cameera pikir Koa tetap berada di area cafe namun tangisnya akhirnya meluap ketika Cameera tidak bisa menemukan Koa.
Dengan terburu-buru dan langkah lunglai Cameera langsung berjalan menjauh dari cafe menuju ke area yang mungkin anaknya itu datangi. Beruntung belum terlalu jauh dari cafe ia dapat melihat siluet anaknya berjalan ke arahnya, Cameera langsung menghela napas lega.
Berbeda dengan Cameera yang dilingkupi perasaan haru dan Koa yang senang, Griffin membeku ditempatnya. "Ma-mama?" Bahkan omongan Griffin rasanya tercekat di tenggorokan melihat sosok familiar di depannya yang sudah tak ia lihat bertahun-tahun lamanya.
TBC PEEPS 🙆🏻♀️.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Koa's Little World
General FictionUlang tahun Koa tahun ini masih sama seperti sebelumnya, hanya ada kue stoberi kesukaan Koa dan mama. Namun sepertinya tahun ini ada hadiah spesial yang menanti Koa, papa dan kakak.