"Papa. Coba Koa bilang sekali lagi." Semenjak Aidanne menyuruh Koa memanggilnya papa entah kapan ia mulai jadi menyebalkan seperti sekarang. Untungnya hari ini tampaknya mood si kecil sedang baik jadi ia hanya mengikuti apa yang Aidanne suruh berulang-ulang kali. Namun saat kata itu kembali terucap kembali di bibir Aidanne, Koa mulai menunjukkan rasa bosannya.
"Tobeli. Koa tobeli, boleh ndak?"
Aidanne tersenyum mendengar permintaan Koa. Tadi malam sebelum ia merebahkan diri ia menanyakan semua hal tentang Koa. Mulai dari apa yang pria kecil itu suka, hingga semua aktivitas Koa setiap harinya. Bapak tua ini bahkan mencatat seluruh kesukaan Koa di ponselnya. Hadeuh Bucinnn~
Aidanne membawa Koa kedalam gendongannya, lalu berjalan ke arah dapur dan mulai mencari stoberi yang letaknya ada di kulkas. "Tu Tobeli pa! Tobeli!" Koa benar-benar kelewat riang saat Aidanne mengeluarkan stoberi dari dalam kulkas untuk ia taruh di meja. Bahkan Kiki, boneka kelinci milik Koa sudah di lempar sembarangan.
"Koa duduk dulu yang benar, nanti kamu jatuh." Aidanne kembali membenarkan posisi Koa yang tadi sudah mencak-mencak di kursi. Bocah berumur tiga tahun itu memang masih benar-benar belum kenal bahaya.
Aidanne mencuci dan membuang daun stoberi dengan pisau. Semua orang pasti benar-benar terkejut sejak kapan Aidanne jadi berkutat di dapur seperti ini. Geraman kecil dari Aidanne terdengar di kuping Koa. Saat membuang daun stoberi pria itu tidak sengaja melukai tangannya dengan pisau yang ia gunakan.
"Cakit ya?" Koa bertanya dengan eskpresi khawatir. Ia memberi instruksi tubuh papanya untuk mendekat dan memberikan tepukan kecil pada punggung Aidanne yang langsung membuat hati Aidanne menghangat. Tak melihat Aidanne membuka suara, pria kecil itu turun dari kursinya lalu berkata, "Ndak papa ya, bilang doktel ama mama ya nanti ini cakit gitu, ya? Koa cali salapas ya? Ndak cakit lagi nanti, ndak papa!"
Koa langsung berlari ke arah kamar meninggalkan Aidanne yang sedang senyum-senyum sendiri memperhatikan tingkah anaknya. Beberapa menit kemudian Koa keluar membawa hansaplast di tangan kanannya. Bocah gembil itu menarik tangan Aidanne yang terluka lalu meniupnya dengan penuh usaha.
Fyuhh Fyuhh~
Tangan kecil itu membuka hansaplast bergambar mickey mouse untuk ia tempelkan ke luka milik Aidanne. "Ndak papa ndak cakit, kan? Nih pelmen stobeli. Sedih ndak boleh, okey?"
Aidanne menerima permen stoberi dari tangan kecil milik Koa. Ia benar-benar tersentuh dengan perilaku putra bungsunya ini. Ia tidak sangka diumur yang mau menginjak angka lima ini ia akan dibuat tunduk oleh semua kelakuan anak kecil bernama Koa yang masuk ke hidupnya secara tiba-tiba.
Koa dibawa masuk ke dalam pelukan Aidanne lalu dikecupi seluruh wajahnya, sampai-sampai bocah itu berontak karena merasa geli. "Gamau papa mau sayang-sayang Koa terus. Papa sayang sekali sama Koa. Terima kasih ya, Koa."
🍓ᩍ ꔫ 🍼 ྀི. ݁𖦹₊ 🐰⊹ ᥫ᭡
"Cih papa alay sekali pakai-pakai hansaplast tema mickey di tangan kayak gitu," samber Griffin sambil meletakkan dua kantong plastik di meja dapur. Aidanne langsung menaikkan satu alisnya tatkala mendengar ucapan putranya, diam-diam ia menyeringai merasa lebih unggul dari Griffin.
Aidanne mengangkat tangannya yang tertutup hansaplast dengan bangga berkata "Ini dari Koa."
Griffin langsung memicingkan mata, menimbulkan kerutan di beberapa bagian di dahinya. "Koa! Koa! Kenapa hanya papa yang Koa kasih? Koa kasih Ifin juga dong!" Suara Griffin langsung menguar di seluruh rumah dan langkahnya terburu-buru ke area teras mencari keberadaan Koa yang ternyata sedang bermain disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koa's Little World
Fiksi UmumUlang tahun Koa tahun ini masih sama seperti sebelumnya, hanya ada kue stoberi kesukaan Koa dan mama. Namun sepertinya tahun ini ada hadiah spesial yang menanti Koa, papa dan kakak.