17. Ziarah

144 9 0
                                    

Halo guys!! Maaf baru update, karena aku gak ada ide yang masuk lagi setelah update chapter ke 16

🌻HAPPY READING🌻
.
.
.

Hari ini keluarga Arfan sedang bersiap-siap untuk menuju makam Arzan dan Ranaya.

"Dimana Sena, Varin dan Rea?" Tanya Arfan. Argan, Arkan dan Sean yang sedang bermain ponsel di ruang tengah menatap satu sama lain.

"Dikamarnya mungkin, masih siap-siap." jawab Arkan sambil meletakan ponselnya.

Arfan mengangguk mengerti lalu duduk di sofa. Arkan menghela napas sebelum menatap Papa nya.

"Pa, gimana kalo Rea tanya siapa om Arzan? Papa mau bilang yang sejujurnya?"

Pertanyaan Arkan membuat Argan dan Sean yang bermain ponsel menatap Papa nya juga. Arfan menghela napas lalu menggeleng.

"Gak mungkin Papa bilang yang sebenarnya."

"Terus Papa bakal bilang apa?" Tanya Argan yang diangguki Sean.

"Papa gak tau" Arfan memijat dahinya. Argan menghela napas dan bersandar di sofa.

Ruang tengah seketika hening dengan mereka yang fokus pada pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Sena turun lebih dulu.

"Kenapa... pada diem?" Tanya nya sebelum duduk di sebelah Sean.

"Kita lagi bingung, kalau Rea tanya siapa om Arzan kita harus jawab apa." Jawab Arkan.

"Hm... tinggal bilang aja kalau itu salah satu dari keluarga kita." Cetus Sena. Sean mengangguk "Bisa sih... tapi pasti ujung-ujungnya tanya siapa."

"Y-ya... bener juga sih..." Sena menggaruk kepalanya yang berada di balik kerudung. Arkan menatap kearah Sena "Kenapa Rea sama Varin belum turun?"

"Paling bentar lagi" tepat setelah Sena selesai bicara, Varin dan Rea datang.

"Udah siap semua?" Tanya Arfan. Semaunya mengangguk. Arfan juga mengangguk sebelum berdiri dan menuju pintu diikuti kelima anaknya dan Rea.

🍃🍃🍃

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit, mereka pun sampai di TPU tempat peristirahatan terakhir Arzan dan Ranaya.

Rea menatap sekitarnya yang asing. Wajar saja, Rea tidak pernah pergi ke kuburan karena dia selalu di kurung.

Varin yang melihat tatapan Rea yang menatap sekitar sedikit bingung, namun Sena langsung tahu kenapa sehingga dia merasa sedih.

Arfan menatap sekitar, hingga akhirnya dia menemukan dua kuburan yang saling bersebelahan.

Arfan segera berjalan kearah dua kuburan itu diikuti kelima anaknya dan Rea. Saat Rea mendekat, dia bisa melihat nama di kedua batu nisan itu.

"Ini... kuburannya siapa?" Tanya Rea penasaran. Sena tersenyum untuk menutupi kegugupannya "Ini kuburan salah satu keluarga kita"

"Yang mana? Kan ada dua."

Sean menggelengkan kepala "maksud kak Sena, mereka itu keluarga kita"

Rea akhirnya hanya mengangguk mengerti tanpa bertanya lebih. Hal itu membuat mereka bernapas lega.

Jauh di dalam hati Arfan, dia merasa bersalah tidak memperkenalkan kedua kuburan di depannya kepada Rea secara jujur bahwa mereka adalah orang tuanya.

Namun waktunya belum tepat, karena Rea masih terlalu kecil. Alasan lainnya adalah karena pasti Rea masih merasa sakit dengan kehidupannya dulu saat bersama Amara.

Mereka semua pun mulai membaca doa dan yasin setelah membersihkan rumput disekitar kuburan dan menaburinya dengan mawar.

Varin dan Rea yang hanya membaca surat pendek. Sambil sesekali menatap sekitar.

Lantunan ayat yang dibaca dan angin sepoi-sepoi yang menerpa pepohonan di sekitar TPU membuat suasana lebih sejuk dan tentram.

Disaat Rea sedang menatap sekitar, dia melihat sosok yang familiar di matanya. Dadanya berdegup kencang, rasa takut mulai menyelimutinya.

Varin yang menyadari itu menjadi bingung "Rea? Kamu kenapa?"

Sena yang kebetulan bersebelahan dengan Varin menatap Rea yang terlihat ketakutan. Diikuti yang lain termasuk Arfan.

"Rea, kamu denger kak Sena? Rea?"

Rea tidak merespon dan terus menatap tempat dimana sosok tadi terlihat. Varin menatap sekitar dan tidak melihat apapun yang aneh.

Sean sedikit mendekat kearah Arkan "Rea gak lihat setan kan?" Arkan dengan reflek melotot kearah adiknya "ini masih pagi loh, mana ada. Ngaco lo"

"Rea, kamu kenapa?" Tanya Varin cemas. Rea hanya menggeleng sebelum akhirnya memeluk Varin.

"Mau pulang..." lirihnya.

Arfan pun yang melihat itu langsung menggendong Rea. "Yaudah, ayo pulang." Ucapnya sambil berjalan pergi.

Kelima anaknya pun mengikuti Arfan menuju mobil kembali.

🍃🍃🍃

"Ternyata anak itu masih hidup." Gumam seorang wanita sambil menatap cermin di depannya.

"Sialnya sekarang dia sama Arfan, gawat... dia pasti bakal terus ngelacak."

"Rea..." ucapnya sambil mengepalkan tangannya dengan kesal.

"Tunggu saja waktunya, kamu bakal menyusul Mama dan Papamu."

-TBC-

Akhirnya up! Dikit ya? Tau kok.

Aku bener-bener gak kepikiran alur cerita buat lanjut chapter ini!

Selain itu aku lagi sibuk sama praktek terus, makanya susah.

Btw, kalian tau gak siapa wanita di akhir? Pasti tau lahh

Segitu aja, papay!!👋🏻👋🏻

21 Agustus 2024
zzhrsfnx__

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REANAVA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang