🎐; 13

51 11 1
                                    

jidan meringis begitu kapas yang basah dengan alkohol itu menyentuh lukanya, sebenarnya malam kemarin itu jisel tidak menamparnya. gadis itu hanya mendorong jidan, namanya juga jidan pradana segara manusia terdramatis dan alay satu dunia itu malah menjatuhkan diri ke tanah, pada akhirnya karena terlalu menjiwai membuat punggung tangannya lecet akibat tergesek tanah.

keduanya kini berada di teras rumah pak rt. mata jidan memandangi jisel di depannya, pemuda itu tersenyum kecil.

"lo sih, kenapa malah jatuhin diri sendiri gitu sih?" jisel tak sadar jadi mengomeli jidan, yang diomeli malah menggigit bibirnya salah tingkah.

"hah? lo khawatirin gue?" tanya jidan, tampak pura-pura terkejut.

"ya iyalah! pake nanya!" semprot jisel emosi.

sementara tangan kirinya diobati, pemuda itu menopang pipinya dengan tangan kanan memandangi jisel dengan senyum tengilnya. mata jidan sampai menyipit kala itu.

jisel mendongak sekilas, lalu kembali fokus mengobati luka jidan. dalam hati memaki-maki dirinya untuk tidak terlihat salah tingkah di depan manusia tengil satu itu.

tapi, serius. jidan tuh ganteng banget ya? 😔

"udah, balik sono." usir jisel, jidan yang diusir begitu memasang ekspresi puppy eyes.

"tega lo?"

"jidan, udah ya?" kata jisel. gadis itu sudah lelah dengan tingkah jidan.

"jisel, gue nggak mau. mau di sini terus," balas jidan. jisel merinding dibuatnya karena nada bicara jidan berubah jadi sok imut.

tapi lucu sih.......

CUMA JISEL GENGSI AJA.










"apaan sih lo? emang dengan aegyo kayak gitu bakal bikin gue luluh?????!"

jidan jadi memiringkan kepalanya, memandangi jisel penuh tanya. jisel tidak tahan dengan serangan-serangan mematikan ini. jidan terlihat lucu di matanya.

"kalau mau tinggal di sini terus mah, nikah aja atuh sama si teh jisel."

"HAH?!" jidan dan jisel refleks menengok dengan cepat.

pak rt dengan kopi hitam di tangannya itu hanya tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.
















setelah ucapan pak rt tentang menikah keduanya jadi saling diam. tapi pak rt malah meminta keduanya untuk pergi ke grosir membeli beberapa bahan makanan untuk acara malam nanti.

jisel padahal sudah menolak. tapi pak rt tetap dengan pendiriannya. mau tak mau gadis itu harus menurut saja.

jidan mematikan motornya begitu sampai di depan grosir.

"g—gue tunggu sini aja." jidan berujar gugup. dalam hati memaki dirinya sendiri karena bicaranya jadi patah-patah saking gugupnya.

"kalo gitu gue cari bahannya dulu." belum tiga langkah berjalan, jisel sudah berbalik memandangi jidan.

"lo kalo mau pulang, pulang aja. nanti gue minta ozan jemput." ujarnya cepat. bahkan sebelum jidan sempat membalas gadis itu sudah lebih dulu pergi.

"buset, semenjak ngomongin nikah. jantung gue kok disko melulu ya..." cicit jidan pelan.













sudah hampir setengah jam jisel berdiam diri di dalam grosir. sebenarnya dia sudah selesai dengan bahannya. jisel sengaja menunggu di dalam supaya jidan segera pergi. tapi, kenyatannya tidak. jidan tetap menunggunya di luar.

jisel menggigit bibirnya. ini semua gara-gara ayahnya. dia kan jadi malu...

jisel mau tak mau melangkah keluar dengan belanjaannya. jidan yang melihat itu refleks beranjak dari motornya membantu jisel membawakan belanjaan.

"eh, gak usah. gue bisa sendiri kok."

"gapapa, gue bantu." balas jidan seraya tersenyum hingga matanya menyipit. jisel menipiskan bibirnya. dia selalu suka dengan senyum jidan.

manis dan mempesona.

"jijel m—"

"lo kalo panggil jijel sekali lagi gue pukul ya." ancam gadis itu serius.

"hehehehehe. mampir ke mie ayam dulu mau nggak? lapar gue," tawar jidan. gadis itu menghela napasnya.

"yaudah."


***


tak butuh waktu lama untuk mie ayam dihidangkan. bahkan asapnya masih mengepul.

jisel yang memang lapar langsung menyeruput mie itu. jidan membulatkan matanya itu kan masih panas.

jisel mematung, mienya panas sekali ternyata.

gadis itu panik. mengipas-ngipas wajahnya sementara jidan langsung mengulurkan kedua tangannya ke depan wajah jisel.

"cepet muntahin!"

jisel malah terdiam memandangi jidan dengan asap mengepul keluar dari belah bibirnya.

"sel, itu panas!"

jisel perlahan menutup mulutnya. menelan mie ayam yang masih panas itu. sementara jidan langsung mengambil air.

"ya ampun. minum cepet," katanya seraya mengulurkan gelas berisi air pada jisel. gadis itu menerimanya dan langsung meminum air pemberian jidan. jantungnya berdegup cepat sekarang. tadi, kalau jisel keluarkan mie ayamnya di tangan jidan apa pemuda itu akan ilfeel padanya?

apa pemuda itu nanti masih ingin berteman dengannya?

kenapa jidan seolah tidak jijik tadi?

"gimana? masih kerasa panas nggak?" tanya jidan. ada raut khawatir di wajahnya. jisel meneguk ludahnya gugup.

gadis itu menggeleng, "nggak kok."

jidan menghembuskan napasnya, "lain kali hati-hati, sel. ah elo bikin khawatir aja!" gerutu jidan. pemuda itu merunduk mulai memakan mie ayamnya perlahan.

jisel menyeruput mienya perlahan kali ini.

"maaf..." cicit jisel.

jidan mengangkat alis, "kenapa?"

"nggak. minta maaf aja soal barusan."

jidan menyenderkan punggungnya ke kursi.

"ya ampun... kirain apaan, udah makan aja," balas jidan santai.

"selain itu, maaf soal omongan ayah gue. nggak usah didengerin ya apa kata ayah gue." jisel berujar pelan. merasa tidak enak.

"kalo gue maunya kayak gitu gimana?"

"hah? m— maksud lo?"

jidan memajukan tubuhnya. menatap serius jisel di depannya.

"nikah. kalo gue mau sama lo gimana?"








a/n: ugal-ugalan juga nih jidan

sedikit ambil scene sunjae sama im sol boleh kan? hahahaha lucu soalnya 😔☝️


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

heal; jidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang