4. cowok paling nyebelin

109 103 0
                                    

Halo hai hai!!! Setelah penantian yang panjang akhirnya pena bisa ubdate juga. Ihhh, senengnya! Lain kali Bena bakal mencoba buat konsisten, gak sibuk galauin gabetan sampai petang macam kalian. Hayooo ngaku, benar, kan, yak? Duh, keciduk akuuuu.

Hehe, bercanda. Yuk kita mulai sekarang. Mula-mula HAI JOMBLO!

Hai! Hai! Hai!

Hai! Hai! Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Galin menghempaskan tubuhnya yang masih terbalut lengkap seragam sekolah itu ke atas ranjang. Usai memijit pelipisnya beberapa waktu cowok itu menengok ke samping, di sana adik laki-lakinya tengah asik sendiri bermain PS sampai-sampai kedatangan Galin tak membuat anak laki-laki itu menolehkan pandangannya.

Galin mendengus jenggah. Dengan kekesalan bertumpuk ia melempar kasar sebuah bantal tepat mengenai kepala Pharaa Nirwana. Remaja SMP itu berdecih tak suka. Namun, matanya masih saja tak beralih dari layar komputer se-inci pun. Seolah ia akan melewatkan hal penting berharga jika meladeni kakanya.

Galin angkat bicara. "Loh gak latihan?"

Tanpa menoleh Pharaa mencomot santai biskuit yang sudah tersedia di sampingnya. "Bisa nanti. Lagi liburan juga."

Raut Galin perlahan berubah datar. "Yang libur sekolah, bukan latihan. Loh cowok apa pecundang?"

"Loh gak usah ikut-ikutan. Gue cukup bisa ngurusin hidup gue sendiri. Loh cuma perlu diam. Gak bisa?"

"Gimana mau berhasil kalau loh kerjaannya cuma main game seharian," balas Galin dengan nada tegas.

Pharaa menjeda gamenya. Menoleh marah sebab hampir kalah dalam permainan. "Udah gue bilang libur, ya, libur! Loh kurang denger!"

Sambil mengertakan giginya Galin segera bangkit dari posisinya. "Paling gak loh latihan. Jangan cuma ngomong, doang. Waktu itu loh bilang mau jadi atlet basket profesional. Buktiin! Jangan cuma berhasil di khayalan! Loh cowok, kan?" jelas Galin tak main-main.

"Gak usah sok tegas! Loh aja gak jelas!"

Pharaa berdecak sekian kali. Ia sigap meraih cepat handphonenya yang tergeletak di atas kasur dan berlalu kesal di iringi hentakan kaki. Tak lupa Pharaa membanting keras pintu sebagai tanda amarah.

"Ck, dinasehati malah ngeyel. Pas gagal malah nyalain orang."

Meskipun agak menyebalkan. Namun, omelan Galin demi kebaikan Pharaa juga. Ia amat tak suka karna adiknya suka bermalas-malasan layaknya sekarang. Suatu keberuntungan bagi Galin juga Pharaa sebab memiliki kedua orang tua ya meskipun punya suara sekeras toa, mereka enggan sepenuhnya mengendalikan hidup anak-anak mereka. Memberikan kebebasan bagi kedua remaja itu untuk menentukan keinginan dan memberi dukungan penuh atas keputusan Galin serta Pharaa.

Namun, sepertinya Pharaa maupun Galin tak memanfaatkan kepercayaan penuh mereka dengan baik-baik.

Drttttt! Drttttt!

Hai jombloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang