Prolog

2 0 0
                                    

Ivar Teyan Wijaya, itu lah nama ku. Aku senang berjalan di tengah kota, menghilang kan pikiran biadab yang terus menghantui. Aku pikir itu mudah karena hanya berjalan dan aku akan tenang, tetapi itu salah besar. Hanya ada aku dan pikiran ku yang sangat ramai, ramai nya otak ku melebihi ramai nya ibu kota sore ini.

Ibu, aku membutuhkan dirimu sekarang, tapi apakah seorang laki-laki bisa mengeluh? Aku berusaha mati-matian untuk menenggak racun hidup di jalan duri yang ku jejak.

***

Angela Claudia, salah satu wanita pertama dan terakhir yang aku cintai. Aku harap, sakit yang sedang ku jalani sekarang imbalan nya adalah mendapatkan diri mu seorang nona. Akan ku tunggu saat itu, di mana hari aku menjadi pemenang satu satu nya di hatimu yang kosong dan dingin itu.

Aku hanya berusaha menjadi yang terbaik dari yang terbaik walau aku harus berjuang melawan keras nya perbedaan restu dua keluarga kita.

Aku harap kamu dan diri ku bisa menjadi satu kesatuan tanpa harus ada perseteruan. Aku akan terus mendoakan mu kepada sang tuhan, agar kamu tahu seberat apa aku berjuang dan bertahan di dalam badai yang terus menerjang.

  
  Merujuk pada hamparan tabah lewat coretan diksi, lalu abadilah kita menjadi sekumpulan elegi di ruang memori.

— Ivar Teyan Wijaya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bandung Saat ItuWhere stories live. Discover now