BAB 13: Senja dan Kamu

24 6 0
                                    

"Senja dan kamu, dua keindahan Tuhan yang berpadu jadi satu ditempat yang sama."

_Ilesha Mutiadaksa_
1 Apr 2024

••••••

"Di sini ada wifi gak, sih?" bisik Ilesha.

Bentala yang sedang menunggu giliran untuk memangkas rambutnya itu menoleh pada orang disampingnya.

"Ada kalo tukang cukurnya nyalain hotspot," kata Bentala membuat Ilesha langsung mencubit lengannya. "Ngeselin."

"Maaf permisi, A. Udah gilirannya disuruh masuk," ucap seseorang pelanggan yang baru saja keluar dari ruangan khusus untuk mencukur rambut.

"Iya, A. Makasih," sopan Bentala.

"Permisi, A. Duluan, ya," ujar laki-laki seumuran Bentala itu. Bentala hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya udah aku masuk dulu, ya?"

"Iya."

Setelah mendapatkan anggukan dari Ilesha baru lah Bentala masuk kedalam ruangan tersebut.

Ilesha bisa melihatnya dari kaca karena ruangan tersebut hanya disekat dengan kaca besar, jadi siapapun orang yang menunggu bisa melihatnya lewat kaca tersebut.

Sambil menunggu Ilesha menyalakan ponselnya setelah sekian lama tak membukanya. Ia membuka satu aplikasi hanya untuk mengscroll video agar ia tak merasa bosan.

Saat sudah hampir 5 menit Ilesha mengscroll ia baru saja mengingat jika ia mempunyai makanan didalam tasnya yang tadi ia beli. Ilesha mengeluarkan satu bungkus pocky dan satu kotak susu ultra milk rasa coklatnya. Sambil menyedot dan memakan pockynya ia terus mengscroll videonya.

Hingga 30 menit kemudia Ilesha mendongakkan kepalanya saat Bentala sudah keluar dari dalam ruangan tersebut. Ilesha dibuat pangling dengan penampilan Bentala saat ini, jujur saja Bentala semakin tampan apalagi ketika cowok itu memainkan rambutnya. Ilesha tak bisa mengalihkan tatapannya dari Bentala.

"Iya aku tau aku ganteng," ujar Bentala dengan percaya diri.

Ilesha tersentak. "Dih, pede amat."

Memang kenyataanya Bentala tampan, namun Ilesha terlalu gengsi untuk mengatakannya.

Bentala hanya tertawa lalu ia melirik jam dipergelangan tanganya. "Udah sore, ke danau, yuk?" ajaknya. "Sekalian nunggu senja," sambungnya.

Ilesha mengangguk setuju.

•••🦋•••

"Kamu tau gak?" Ilesha membuka percakapan setelah sekian menit mereka terdiam menikmati suasana danau.

"Apa?" tanya Bentala yang duduk disampingnya.

Ilesha tak menjawab ia malah asik mengscroll isi galerinya membuat Bentala menaikkan alisnya bingung.

"Nah ketemu," seru Ilesha lalu ia memperlihatkan satu foto dirinya yang sedang memangku gitar berwana hitam pada Bentala. Tunggu, itu gitar milik Bentala yang sempat basah karena air hujan kemaren. Lalu, bagaimana bisa Ilesha foto dengan gitarnya itu? Mungkin menurut Ilesha itu yang akan ada dipikiran Bentala saat ini.

Namun, bukanya Bentala bertanya-tanya ia malah tersenyum dan hanya diam.

"Waktu itu sempet pinjem gitarnya buat foto, bareng Fika sama Nurul." Ilesha menggaruk kepalanya dengan pelan karena takut kerudungnya itu akan acak-acakan, padahal ya digaruk tidak terasa gatal sama sekali. "Sempet bilang kok, kalo aku mau pinjem gitarnya, tapi yang jawab malah yang ada di kelas hehe..." Nyengirnya. "Maaf, ya?"

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang