Part 3

16 4 0
                                    

Hanya tinggal 2 minggu sebelum pernikahannya, Wedding planner memastikan semuanya berjalan sesuai rencana dan sudah 85% finish, undangan pun siap disebar.

Mereka berkomunikasi melalui chat dan voice call mengenai gedung, desain undangan, souvenir dan semua yang Chris serta Leticia butuhkan dalam pernikahannya.

Dia menyarankan Chris segera menghubunginya jika ada penambahan sesuatu, tapi Chris merasa tidak ada penambahan apa-apa dia memercayakan semuanya pada wedding planner.

Lagipula wedding planner itu juga selalu meminta pendapat Leticia, sebelum dia sendiri menyetujuinya, jadi Chris merasa semuanya akan berjalan sempurna.

"Tisa, bagaimana kandunganmu, kau sudah memeriksakannya ke dokter?" tanya Ibu Chris pada menantunya, sambil mengusap perut Leticia penuh rasa sayang.

"I was, Mom," jawab Leticia berbahagia. "Dokter bilang dia sehat."

Melihat Ibunya merasa bahagia dengan kehadiran calon menantu dan bayi putra sulungnya, Chris merasa dia telah melaksanakan kewajibannya sebagai anak, menikah dan berkembang biak.

Selama tiga bulan ini memang Ibunya selalu tampak tersenyum, beliau selalu menanyakan perihal persiapan pernikahan mereka, bahkan beliau jugalah yang memilihkan wedding ring untuk pernikahan mereka.

"Apa Chris mengantarkanmu ke dokter?"

"Tidak, Mom."

"Oh, Chris kenapa kau cuek sekali, bagaimana kau membiarkan istrimu pergi ke dokter sendiri?" Ibunya mengomel.

"Tidak seperti itu, Mom, aku check up saat aku ada jadwal di rumah sakit."

"Seharunya kalian pergi berdua, agar Chris tahu perkembangan bayinya, ini penting untuk seorang suami, seorang suami jangan hanya tahu soal bikin anak tapi juga harus tahu menjaga istri, merawat anak, apalagi setelah melahirkan nanti seorang Mommy akan mengalami syndrome baby blues, kau harus lebih memerhatikannya, Chris."

"Yes, Mom," ujar Chris.

"Tenang, Mom, 2 minggu lagi aku sudah resmi menjadi istrinya, aku pasti akan memaksanya mengantarkanku ke dokter, jika tidak dia harus tinggal diluar semalaman."

Ibu Chris tertawa mendengarnya.

"Benar-benar.... pria memang harus diberi pelajaran."

"Bagaimana dengan Daddy, Mom?" pancing Chris.

"Daddy? Oh, dia pria yang luar biasa, dia tidak cuek seperti kamu, saat Mommy pertama kali menjadi Ibu, malah Daddy yang bangun saat malam, Mommy sibuk mendengkur," kenangnya sambil tertawa.

"Mom waktu itu masih sangat muda."

"Kau benar, aku memilikimu ketika berusia 19 tahun."

"Karena itu banyak yang menganggap kita Kakak beradik."

"Itu benar, saat bersama denganmu, Mommy selalu merasa sangat muda."

"Mom, kau masih muda."

"Kau ini pandai sekali membesarkan hatiku, Chris."

Ketika dia sedang berbicara dengan Ibu dan Leticia, ponselnya berdering, tampak nomor asing tertera di layar, tapi karena dia sudah terbiasa menerima telepon dari nomor asing yang mungkin akan mengajaknya bekerja sama dalam bisnis, Chris lalu menerima panggilan itu.

Sejenak Chris melirik Leticia, yang meneleponnya saat ini seorang pria dan dia mengatakan akan membeberkan kebenaran tentang bayi yang dikandung Leticia, karena itu pria itu meminta Chris dan Leticia menemuinya.

***

"Chris, kenapa mendadak mengajak pulang? Padahal aku masih ingin mengobrol dengan Mommy."

"Masih ada waktu untuk mengobrol dengan Mommy, setelah kita menikah, tapi hari ini ada tamu penting yang ingin menemuimu."

The Wedding Planner's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang