Part 7

18 4 0
                                    

Cassie mengusap tengkuknya dengan rupa tak sabar, bingung sekali dia jika harus menunjukkan tempat pada orang tersesat dan tidak tahu teknologi.

Amanda bersikeras ingin mengirimkan gaun pengantin Chris pada Cassie, dengan alasan gallery-nya sudah tidak dapat menampung kedua gaun itu, padahal Cassie tahu Amanda memang sengaja mengirimkannya agar Cassie bisa memakainya suatu hari nanti.

Memangnya siapa yang mau menikah!? Cassie mendesis sebal.

Amanda seperti tidak tahu saja, sampai kapan pun Cassie tidak akan menikah, dia tak bedanya dengan Ibu yang belakangan ini sering mendesaknya untuk menikah.

Tapi jika Cassie mengatakan pada Ibunya bahwa dia tidak akan menikah, Ibu pasti akan menceramahinya panjang lebar, dan sekarang Cassie terpaksa menerima gaun pengantin Chris.

Rencananya dia ingin memajang gaun itu di gallery, terkadang ada saja pelanggan dari kalangan menengah kebawah yang memilih menyewa gaun pengantinnya daripada membeli, karena itu dia juga menyediakan gaun sewaan dan kalau gaun itu dipajang di gallery pasti akan banyak yang tertarik ingin menyewanya.

Tapi kurir yang disuruh Amanda malah sama sekali tidak tahu alamat gallery Cassie, padahal Cassie sudah memberitahu alamatnya, tapi dia hanya berputar-putar tak tahu arah, Cassie menyuruhnya memakai google maps, dia malah tak mengerti cara menggunakannya.

Akhirnya Cassie menyuruh kurir itu mengantarkannya ke rumah, padahal kurir itu masih pegawai Amanda, tapi dia hanya memberi nomor ponsel Cassie.

***

"Cass." Missy memanggil Kakaknya. "Diluar ada tamu, sepertinya klien."

"Klien?" dahi Cassie berkerut. "Datang kemari?" Cassie merasa heran, biasanya Klien akan datang ke gallery-nya bukan datang ke rumahnya, kecuali jika klien itu menghubunginya terlebih dahulu.

Cassie lalu memeriksa ponselnya khawatir klien itu sudah menghubunginya dan dia tidak menyadarinya.

"Oh, Tuhan! Ponsel mati! Pantas saja." Cassie tersenyum pada adiknya yang menyeringai melihat kecerobohan Kakaknya.

Dia lalu menyerahkan ponsel pada adiknya untuk di charge sambil dia meminta adiknya membuatkan minuman, sementara itu dia segera beranjak untuk menemui klien yang ingin menemuinya.

Dirapikannya pakaianya sebelum dia benar-benar keluar, setelah memastikan pakaiannya rapi dia pun lalu melangkah keluar untuk menyambut klien.

Tampak seorang pria duduk di sofa, Cassie memiliki mata yang masih cukup baik untuk mengenali pria yang mendatanginya, dan dia sangat terkejut saat melihat Chris yang langsung berdiri ketika melihat Cassie muncul.

"Selamat siang." Cassie menyapa kaku kemudian dia mengulurkan tangan.

Untuk apa pria ini mendatanginya lagi? Apa dia berencana untuk menikah lagi?

Cassie tersenyum masam. Memangnya berapa kali dalam seminggu pria akan merencanakan pernikahannya.

Pria ini baru membatalkan rencana pernikahannya minggu lalu dan jangan katakan bahwa dia ingin meminta uangnya kembali, tapi sudah pasti itu tidak mungkin, pria dengan dompet berisi hanya kartu di dalamnya, tidak mungkin meminta kembali uangnya lagi.

"Selamat siang, Cassie." Dengan hangat Chris menyambut uluran tangannya.

Dia memanggil Cassie? Bahkan kemarin dia masih tidak pernah memanggil namanya, dan Cassie yakin Chris lupa, tapi sekarang dia dengan santai memanggil nama panggilannya.

Cassandra dengan sopan lalu mempersilahkan Chris untuk duduk kembali agar mereka bisa berbicara lebih nyaman.

"Tadi saya menghubungi Anda tapi tampaknya ponselnya sedang tidak aktif, saya coba menghubungi gallery, asisten Anda meyakinkan saya, bahwa Anda berada di rumah."

The Wedding Planner's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang