BAB II. SAMUDRA & WINDY

2 0 0
                                    

2.4 Life after break up : Samudra
Samudra POV
Ini merupakan awal dari semuanya. Awal saat dimana hubunganku dengan gadis cantik itu harus berakhir, saat dimana aku menyampaikan keinginanku untuk berkuliah dengan mengambil jurusan hukum pada ibuku dan berakhir ibu menyuruhku untuk melanjutkan studi ke New York. Awalnya aku menolak karena aku ingin melanjutkan di kampus yang sama dengan Windy, namun aku tidak ingin mengecewakan ibu. Berakhir aku harus merelakan hubunganku dengan Windy.

Saat ibu mendengar jika hubunganku dengan Windy telah berakhir, ibu marah apalagi dengan alasan kenapa hubungan kita berakhir. Yaps, perasaanku padanya perlahan menghilang. Sejak awal Windy mendiamiku karena ibu yang menyuruhku melanjutkan studi di luar negeri, perasaanku padanya perlahan memudar. Sehingga, saat ujian telah berakhir aku memilihuntuk menyudahi hubunganku dengannya.

Beberapa bulan setelahnya, aku terbang ke New York untuk mencari tempat tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan disana. Aku nyaman dengan lingkungan disini, tetangga di sekitar tempat tinggalku pun cukup ramah. Tak jarang aku masih terbayang Windy saat melihat bagaimana indahnya kota New York, banyaknya pasangan yang menghabiskan waktunya bersama. Semua kenanganku bersama dengannya kembali berputar diingatanku, saat awal aku mengenalnya, kita menghabiskan waktu bersama, hingga akhirnya kita menjalin hubungan. Saat itu aku ingat betul bagaimana bahagianya kita saat masih bersama, setiap pagi menjemput Windy dan disambut dengan senyum manisnya, bagaimana wajahnya yang terlihat tetap menggemaskan saat marah ataupun cemburu.

Namun, hubungan yang manis itu harus kandas lantaran perasaan yang perlahan memudar. Bukan karena adanya orang ketiga, bukan karena orang lain, tapi perasaanku yang perlahan menghilang dan tak semenggebu saat awal saling mengenal dulu. Masih ku ingat bagaimana raut wajah Windy saat mendengar alasanku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini, raut kecewa yang tak pernah ku lihat kini justru ku lihat secara jelas. Dan akulah alasan kekecewaan itu.

Saat hubungan kami berakhir, aku mendengar dari ibu bahwa kesehatan Windy yang sempat menurun setelah kejadian hari itu. Namun, beberapa bulan setelahnya aku tidak lagi mendengar kabar darinya. Hingga hari itu, ia menghubungiku dan menanyakan kabarku. Aku cukup senang saat mendengar kabarnya yang katanya ‘baik-baik saja’, tapi aku tidak tau apa itu benar atau tidak.
“Sayanggg, aku mau keluar ya. Mau shopping sama temen-temen aku. Byee, sayang.” Gadis cantik dengan mini dress berwarna merah dan belahan dada rendah itu mengecup pipiku (setelah mengatakan jika ia akan pergi bersama teman-temannya) lalu berjalan keluar meninggalkanku sendirian di apartemen ini.

Dia, gadis cantik itu adalah kekasihku. Diah Ratnasari. Gadis kelahiran Jakarta 21 tahun lalu yang dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan selalu menyanggupi segala kemauannya. Seorang gadis yang sangat mandiri, sehingga kadang aku merasa tidak pantas berada disisinya. Sifatnya yang terlalu mandiri itu membuatku tidak bisa memposisikan diri sebagai kekasihnya. Tidak seperti saatku bersama dengan Windy. Saat bersamanya dulu aku selalu berusaha untuk menjadikannya anak kecil dan sellau memenuhi inner child nya, karena aku tau Windy anak yang selalu berusaha terlihat mandiri dan kuat dihadapan semua orang. Namun, bersama Diah, aku tidak bisa melakukan itu.

Diah termasuk gadis yang tidak suka dilarang, tidak suka dikekang dan tidak suka diatur. Dia gadis yang tidak suka berdiam diri di rumah, bukan gadis yang pandai mengurus hal-hal rumahan. Dia berbanding terbalik dengan Windy yang pandai mengurus hal-hal kecil hingga besar. Tapi, dia termasuk gadis yang pandai dalam pendidikan. Prestasinya cukup banyak, itu adalah kelebihannya. Namun, tak dapat dipungkiri Windy juga memiliki kelebihan di bidang pendidikan.

Jika Windy adalah gadis yang sangat disiplin, maka Diah adalah kebalikannya. Diah adalah sisi negatif yang tidak dimiliki oleh Windy, tapi Diah tidak memiliki sisi positif dari Windy. Itu yang ayah katakana saat pertama kali mengenal Diah. Ayah tidak suka dengan sifat Diah yang terkesan kurang sopan saat bertemu dengan ayah dan ibu beberapa bulan lalu.

Tbc...
Hai, gimana hari kalian? Jaga kesehatan dan diri kalian yaa. Maaf karena Cici up agak siang, semoga kalian gak bosen dan masih nunggu lanjutan dari cerita ini yaa. Terimakasih sudah bertahan.
27 Juli 2024.

Rumah untuk Sagara dan Dhara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang