—••°••—
Suara tangis, teriakan, erangan, rintihan serta suara kebakaran hebat telah menariknya dari dunia bawah. Perlahan mata serupa rubah itu terbuka kemudian mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retina, rasa haus dan panas yang begitu hebat membuat tubuhnya terasa begitu lemas tak berdaya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya di dapatkan ia melirik sekitar, semuanya terlihat kacau bersama kobaran api yang seakan-akan tengah mengejek menyantap tubuhnya untuk di panggang bersama. Namun yang menjadi pertanyaannya saat ini ialah; di mana dirinya berada?
Bangunan serta pakaian orang-orang itu terlihat amat berbeda dari peradaban sekarang, begitu kuno sederhana. Bangunan-bangunan itu pun terbuat dari kayu, berdiri di tengah alam yang rusak akibat termakan api. Dia merintih, menggerakkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi pada sepasang kakinya. Mata rubahnya membesar kala melihat jika kedua kakinya terluka parah mengalami luka bakar serta terhimpit oleh bangunan yang ambruk. “T-tolong!” Teriaknya meminta bantuan, namun tak ada satupun yang mendengarkan. Semuanya fokus menyelamatkan diri mereka sendiri, tak ingin terluka atau bahkan kehilangan nyawa hanya karena menolong orang lain. Terlebih dengan kondisi kakinya yang terluka parah pasti akan menghambat pergerakan, api menjalar begitu cepat membakar semua yang ada tanpa tersisa, berakhir menjadi abu tak berguna.
Ia tetap berjuang menyelamatkan diri, dengan tenaga seadanya ia berusaha mengangkat bangunan itu namun berakhir sia, rintihannya seakan memberitahukan betapa sakit yang di rasakan tetapi tetap saja tak ada yang ingin membantu. “Akh!” Mengerang ketika bangunan yang berhasil ia angkat justru kembali jatuh menghantam kakinya begitu keras, memberikan rangsangan sakit yang semakin parah juga darah yang keluar.
Mata cokelat muda yang parasnya tertutupi sebagian oleh sebuah topeng emas, memiliki rambut hitam halus panjang mencapai pinggang, pakaiannya terlihat lebih mewah daripada pakaian orang-orang yang terlihat. Ia berusaha meminta bantuan namun naasnya hanya ia yang tersisa, menelan saliva dengan harap bisa melembabkan tenggorokan yang terasa begitu kering. “TOLONG!” Kembali ia berteriak meminta pertolongan, hingga ujung matanya menangkap pergerakan api yang semakin dekat kepadanya. Degup jantung dan perasaan yang tak bisa di jelaskan membuatnya terpaku menatap kobaran api yang amat besar, membuatnya terdiam dan memasrahkan diri jika memang inilah waktunya untuk pergi.
Kembali memejamkan mata karena takut melihat api yang membakar dirinya, hingga sebuah panggilan yang dirasa untuknya membuat ia kembali membuka mata dan menemukan perawakan seorang pemuda dengan pakaian prajurit datang beberapa meter di depannya. Bibir tipis yang kering menciptakan senyuman tipis, tangan kanannya menjulur berharap dapat di sambut, tetapi api justru lebih dulu menyambut bersama teriakan pemuda itu.
—°•°—
HAH!
“Akhirnya kau bangun,”
Suara yang ia kenali membuat Renjun melirik, rupanya dia Guanlin dengan kondisi basah terduduk di atas sebuah batu besar dalam goa. Bukan hanya Guanlin saja yang basah, melainkan dirinya dan semua orang basah kuyup setelah berjuang menyelamatkan diri dari pusaran air. Ingatannya membawa Renjun akan sosok Taeyong, Haruto serta Yangyang. Lantas pria kecil itu berhasil menemukan mereka bertiga dalam kondisi yang baik-baik saja, ia pun melirik yang lain dan semua pasukannya lengkap, begitupun dengan kelima bodyguard yang ia bawa.
Menghela nafas lega, Renjun tersenyum. Matanya kembali melihat sekitar, mereka berada di sebuah goa besar yang gelap, di ujung bagian dalam memperlihatkan sebuah cahaya. “Kita berada di dasar laut samudera Atlantik Utara, agak aneh karena tempat ini memiliki oksigen.” Guanlin membuka suara menjelaskan ada di mana mereka sekarang. Kalimatnya membuat Renjun terkejut, “Bagaimana bisa ada oksigen di bawah samudera?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Adventure | NOREN
Fiksi IlmiahSebuah kisah yang mempertemukan dua cinta dari sepasang laki-laki ketika tanpa sengaja bertemu di satu tempat yang sama. Huang Renjun yang berpetualang mengikuti catatan bekas peninggalan sang kakek sekaligus mencari jejak dimana terakhir kali sang...