BAB 3 "Menjadi pria yang menarik"

12 6 2
                                    

"Lengkap bukan berarti cemara"

~Kekanaya Dirandra Bimantara

Happy Reading

Dengan langkah gemetar Naya memasuki rumahnya, dia menunduk mengeratkan tangannya di jaket yang dikenakannya, siap dengan segala pukulan, canbukan atau benturan apa saja malam ini.

"Kemana aja kamu?! Mau jadi jalang kamu hah jam segini baru pulang!! Dasar anak tidak tau diri! Masih syukur saya berikan kamu ruang untuk tinggal disini" Naya meringis kala tangan besar itu meraih rambutnya, dengan keras di ayunkan dan dibenturkan ke dinding.

"Yah... sakit yah... sakit..."

Lelaki itu menulikan telingannya, dia segera bergegas ke arah dapur mengambil botol itu dan melemparnya ke lantai, beling memantul ke pelipis Naya.

"Yah sakit... berenti yah..."

"Ini semua salah kamu, karna kamu Affan sudah tidak mematuhi perintah saya! Kamu hanya beban yang tidak berguna!"

"Yah aku juga anak ayah, kenapa ayah memperlakukan aku seperti hewan"

"Diam!" satu tamparan mengenai wajah Naya "Anak saya hanya Affan bukan kamu! Kamu hanya anak tidak berguna! Kamu tidak pantas untuk hidup! Kenapa kamu tidak mati saja"

Botol pecah itu di tendang ke kaki Naya, membuat goresan di sana, Naya yang masih setengah sabar karena benturan tadi segera meringis untuk sekian kalinya.

"Saki Yah..."

Affan yang ingin memasuki rumah melihat hal itu dengan nafas memburu.Lelaki itu mengambil langkah, segera berlari ke arah Naya.

"Udah Yah cukup! Jangan lukain Naya lagi yah"

"Diam kamu Affan! Karna dia kamu sudah tidak mematuhi perintah Ayah"

"Itu semua bukan salah Naya ayah. Kalo ayah mau marah, marah sama aku bukan sama Naya"

"lihat! Puas kamu buat saya dan anak saya bertengkar" ucap Henri sambil menunjuk wajah Naya.

"Agh! Tidak ada gunanya saya berbicara dengan kamu" ucap Henri berjalan pergi memasuki kamarnya.

"Anak saya hanya affan bukan kamu! Kamu hanya anak tidak berguna! Kamu tidak pantas untuk hidup! Kenapa kamu tidak mati saja"

"Maaf Naya. Maafin gue gak bisa jagain lo, gue juga gagal jadi kakak buat lo"Affan mengecup puncak kepala gadis itu, merengkuhnya erat, dia menitikan air matanya.

Sakit! Ia sangat sakit melihat adiknya seperti ini, sungguh ia merasa sangat gagal menjadi seorang kakak, gagal untuk melindungi adiknya.

Naya menggelengkan kepalanya "Engga. Lo gak gagal, lo kakak terbaik buat gue"

"Kita kerumah sakit ya"

"Engga, aku gapapa. Gak usah kerumah sakit"
"Gak bisa gitu, kita harus kerumah sakit sekarang"

"Diobatin dirumah aja ya" mendengar ucapan Naya kaivan menganggukan kepalanya pasrah.

"Gue sayang sama lo, tolong jangan berfikir buat pergi tinggalin gue" Affan merasakan Naya membalas pelukannya. Mengeratkan tangannya di jaket milik Affan.

Naya mengangukan kepalanya "Gue bakalan bertahan demi lo bang"

*****

Kaivan telah sampai dirumahnya setelah mengantar Naya pulang kerumahnya.

"Assalamualaikum"

"waalaikumsalam, dari mana aja kamu jam segini baru pulang"  tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Siska-bunda Kaivan.

Luka dan kenangan terakhir (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang