prolog

1.8K 102 5
                                    

"kan gue udah bilang! Pentingin dulu diri lo, baru orang lain!udah tau lagi sakit malah keluyuran ke klub malem! Lo tu lagi sakit! Mikir kek! "Dika terus mengomel pada orang di depannya tanpa memberikan jeda sama sekali,ia saat ini sedang kesal setengah mati dengan Varrel, laki laki bodoh yang selalu memikirkan orang lain di bandingkan dengan dirinya sendiri-sialnya laki laki bodoh itu adalah sahabatnya sendiri.

"tapi Rian butuh banget sama gue, Dik. Coba lo bayangin kalo gue gak jemput dia,nasib dia gimana? "

"tapi Rian itu suka ngebully elo,goblok!lo lupa apa tubuh lo penuh luka gara gara dia! "memang benar, Rian selalu membully Varrel ketika berada di area fakultas, mulai dari menjadikannya selayaknya babu,bahkan menjadi sasaran tinju jika mood Rian sedang buruk.dan bodohnya Varrel tak pernah melawan, padahal ia pernah menjuarai lomba karate saat maaih SMA.

"Rian broken home,Dik.mungkin dia butuh pelampiasan, jadi ngebully gue, lagipula gue gak masalah kok"Dika tidak bisa berkata kata lagi.

"lo terlalu positive thinking"ucap Dika sinis seraya meninggalkan Varrel sendiri,

"Dik! Lo ngambek?!"Varrel mempercepat langkahnya dan menyamakan posisi jalannya dengan Dika.

"gak usah ngejar gue lo! "

"ah gak asik lo! Ngambekan! Kek cewek! "

"gue peduli Varrel! Lo ngerti gak sih! "Habis sudah kesabaran Dika, Varrel menunduk, ia tidak menyangka Dika akan semarah ini dengannya, padahal ia hanya menjemput Rian yang sudah mabuk di klub malam, walaupun kondisinya juga tidak memungkinkan.

"yaudah, gue tau gue salah, maaf,Dik"Dika diam, ia berusaha meredam emosinya.

"Dik? Lo gak mau maafin gue? "Dika tidak menggubris Varrel dan langsung pergi meninggalkan Varrel sendiri.

"gue harap besok lo sadar, Rel. Gue peduli sama lo, gue udah muak sama sikap lo"
Batin Dika sebelum pergi.

Varrel menatap Dika yang mulai menjauh,
"dia beneran marah sama gue?"Varrel menunduk lesu dan mulai berjalan menuju kosannya, ia tidak sadar jika kini di hadapannya tengah ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi siap menabraknya kapan saja.

TIN!!TIN!! BRAKKK!!
"VARREL!!
Varrel tidak tau apa yang terjadi,tubuhnya mati rasa,pandangannya mulai buram, tapi ia masih bisa melihat Dika yang mengguncang tubuhnya dwngan raut khawatir yang ketara.

"maafin... Gue, Dik"lirih Varrel sebelum ia menutup matanya.
                                          ●_●

Varrel membuka matanya, ia tak percaya bahwa ia masih bisa hidup setelah mengalami kejadian mengerikan itu,tapi tumggu dulu, Varrel tidak berada di rumah sakit, ia berada di kamar yang menurutnya asing.

"tuan muda? Anda sudah sadar? "tanya seseorang yang membuat Varrel menyernyitkan dahinya bingung. Melihat respon aneh Varrel, pemuda yang sepertinya dokter itu bertanya lagi.

"tuan muda ? Apa tuan muda mendengar saya?"Varrel masih termangu di tempatnya.

"tuan muda? "pemuda itu bertanya sekali lagi, Varrel menatap pemuda itu.

"gue dimana? Lo siapa? "ucap Varrel yang membuat dokter itu kaget,ia memang tidak menggunakan jas putihnya sama saat ia berada di rumah sakit.

"lo gak usah drama, gak usah pura pura"suara itu bukan berasal dari dokter itu, melainkan dari arah pintu kamar yang sedang ia tempati-Elvan, kakak dari tubuh yang saat ini ia tempati.

"lo siapa? Gue gak kenal sama sekali sama lo! Eh............ "Varrel tampak berpikir sesaat, hal itu membuat Elvan tersenyum smirk, ia pikir lelaki di depannya ini hanya berpura pura saja.

transmigrasi: AltharkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang