01

2K 49 15
                                    

Malam itu Panca pergi ke rumah Raka karena ada tugas kelompok yang mesti mereka garap malam itu.

Setiba di rumah Raka, Panca segera mengetuk pintu dan tertegun begitu melihat sosok lelaki tampan yang berdiri di hadapan pemuda itu.

"Cari siapa, Dek?" tanya lelaki itu bikin lamunan mesum Panca langsung buyar.

"Raka, Om."

"Oh, cari Raka tho. Ada di dalam noh lagi nonton tivi," sahut si lelaki tampan sambil mengedik dagu ke arah ruang tengah sebelum kembali menatap Panca yang masih berdiri canggung di depan pintu. "Mari masuk."

Dengan langkah canggung, Panca mengikuti lelaki tampan itu berjalan menuju ruang tengah di mana Raka sedang menonton tivi bareng seorang wanita cantik.

"Eh, Panca. Kok nggak kasih kabar dulu sih kalo mau mampir," tegur Raka begitu melihat Panca yang berdiri di belakang lelaki tampan yang sudah bikin Panca jatuh hati pada pandangan pertama.

"Abisan aku nggak enak kalo minta jemput sama kamu."

"Trus kamu ke sini naik apa tadi?"

"Bapak yang antar aku kemari tadi," sahut Panca mulai risih begitu sadar semua orang yang ada di ruang tengah kini menatap ke arah pemuda itu. "Jadi di mana kita mau garap tugas kelompok malam ini?"

"Di kamar aku aja," saran Raka sambil berjalan ke arah pintu yang ada di sebelah kanan ruang tengah itu. "Ayo masuk," sambung Raka begitu melihat Panca masih bengong di belakang lelaki tampan.

"Itu tadi siapa?" tanya Panca begitu masuk ke dalam kamar Raka, lantas duduk di tepi ranjang cowok itu. "Seingat aku, kamu nggak pernah cerita kalo punya abang."

"Cowok yang tadi buka pintu waktu kamu datang bertamu?" tanya Raka lebih spesifik siapa orang yang dimaksud Panca. "Beliau emang bukan abang aku, tapi bapak aku."

"Oh, bapak kamu tho. Tapi kok kelihatan masih muda begitu makanya aku kira abang kamu tadi," sahut Panca sambil mengangguk pelan bikin Raka spontan tergelak.

"Masa udah tua bangka begitu kamu sebut masih muda? Pasti ada yang nggak beres sama mata kamu, Pan."

"Hush, jangan suka mencela bapak sendiri. Bisa kualat kamu nanti," tegur Panca dengan tingkah Raka yang suka bicara blak-blakan yang kadang bikin pemuda itu sakit hati meski omongan sang sahabat emang benar.

"Raka," panggil Panca ke Raka yang sedang bikin powerpoint dari makalah yang sudah dibikin pemuda itu dan butuh diedit sedikit agar kelihatan lebih rapi, refleks menoleh dengan raut tampak rada kesal.

"Apa?"

"Boleh nggak aku numpang pipis di toilet rumah kamu?" tanya Panca dengan gelagat seperti orang yang sedang menahan kencing.

"Ya ampun, Panca. Tinggal kencing aja pakai ijin segala," gerutu Raka lantas menyuruh Panca segera pergi ke toilet yang ada di dapur.

Tentu saja alasan kebelet kencing itu cuman bualan Panca agar bisa menggeledah tumpukan pakaian kotor yang ada di keranjang cucian dan siapa tahu, dia bakalan menemukan celana kancut dan kemeja kotor lelaki tampan itu.

"Mau cari apa di dapur, Dek?" tanya si wanita cantik begitu melihat Panca yang hendak pergi ke dapur bikin jantung Panca langsung berdebar kencang dan sesaat sempat kepikiran kalau wanita cantik itu entah bagaimana bisa tahu niat cabulnya malam itu.

"Ma-mau pipis, Tante."

"Tante kira mau ambil minum karena tante baru ingat belom bikinin kalian minum tadi," sahut si wanita cantik bikin Panca menggeleng pelan.

"Nggak apa, Tante. Panca bisa bikin sendiri kalo udah haus nanti," balas Panca dan segera lanjut berjalan menuju dapur setelah pamitan sama wanita cantik itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesona Lelaki Beristri [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang