Office Hours - 2

1.1K 174 16
                                    

Office Hours - 2

Begini.

Dalam sebuah tim pasti ada yang namanya tumbal kerjaan.

Tina nggak perlu panjang-panjang mendefinisikan apa itu tumbal kerjaan. Singkatnya, satu orang yang berkorban atau dikorbankan dalam keberlangsungan tim. Misalnya nih ... ada sebuah kerjaan yang dikerjakan orang lain. Awalnya. Ditengah proses, tiba-tiba saja ada orang lain yang mengambil alih keerjaan itu karena Person In Charge (PIC) utamanya mengerjakan hal lain. Kemudian, the rest of the project, kerjaan itu menjadi kerjaan orang kedua. Mungkin penjelasan ini cukup pelik. Namun, lebih singkat lagi tumbal kerjaan adalah orang-orang yang dikorbankan untuk sesuatu yang bukan tugas utamanya.

Biasanya tumbal proyek itu bukan dipilih, melainkan terpilih berdasarkan nasib. Orang yang terlatih melakukan back up karena dikira mumpuni. Orang yang selalu ditugaskan untuk membantu pekerjaan orang lain padahal kerjaan dia juga belum selesai. Orang yang selalu membantu orang lain namun orang lain nggak akan punya kesempatan membantu dia. Orang yang tiba-tiba ditanya progres pekerjaan orang lain. Orang yang tiba-tiba mengerjakan pekerjaan orang lain.

This is tumbal kerjaan.

Dan Tina terpilih menjadi salah satunya.

"Tin, lo back up kerjaan Barry dulu ya." Ilman, sang manajer, melenggang masuk ke ruangannya. Tanpa menoleh, tanpa aba-aba, Tina ditugaskan begitu saja.

Apa Ilman lupa bahwa tadi malam dia menyuruh Tina membereskan laporan yang udah mepet deadline? Kenapa juga dia ditugaskan hal lain? Tugas Barry itu biasanya meeting dengan klien. Kalau udah meeting, Tina nggak bisa mengerjakan apapun.

Udahlah! Mengerjakan dua hal dalam satu waktu itu biasa tapi ya kalau Tina ditugaskan meeting dengan klien. Wasalam. Siapa yang mengerjakan laporannya?

"Bang, laporan gue? Bukannya mau dikirim nanti malam?" Tina memberitahu ketika Ilman sudah siap pergi dengan jaket dan tas ranselnya.

Ilman tampak kaget. "Oh bener juga."
Laki-laki itu berpikir. Tina sudah berharap banyak.

Mata Ilman memutar untuk meneliti wajah-wajah timnya. "Meetingnya bentar, kok. Jam dua belas juga udah selesai. Bukannya report lo kemarin tinggal dikit lagi?"

Ya tinggal sedikit, tapi Tina belum check dari awal!

Namanya juga kerjaan konsultan perencanaan. Kalau bukan dokumen apa lagi produknya? Haduh! alamat Tina disuruh lembur menyelesaikan pekerjaaannya.

"Gue sama Barry berangkat dulu. Lo bisa handle sendiri, kan?"

Tina merengut. Udah jelas dia keberatan. Udahlah jadi tukang back up kerjaan orang lain. Disuruh sendiri pula! Nggak mau!

"Gue ajak Joe ya, Bang?"

Ilman mengangguk. "Ajak aja kalau dia nggak sibuk?"

Lo pikir gue nggak sibuk?

Tina membuang wajah masam. Asem! Asem! Kenapa dia selalu aja dikerjain oleh bosnya? Dulu zaman bos lamanya, Afif, dia juga sering ketiban pekerjaan orang lain. Seolah-olah karena dia lulusan universitas ternama menjadi tameng bagi semua orang. Kalau ada kerjaan yang membutuhkan analisa tinggi, udah pasti bos-bos memanggil namanya. Capek banget! karena hidup Tina jadinya cuma bekerja. Nggak bisa nyari freelance karena hidupnya udah mutar-mutar di pekerjaan.

Nela menatap Tina dengan wajah lesu. Sebagai dua orang perempuan di dalam tim, Nela juga kadang menjadi tumbal melebihi dirinya. Saat ini saja, Nela mengerjakan dua project perumahan baru. Nggak dibantu sama sekali.

Office HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang