Atlanta Putra Mahardika, yang gak pernah ngerasaain apa itu arti "tenang" dalam hidupnya berada dalam dekapan luka, bertemankan rasa takut dan sesuatu yang dianggapnya seolah mimpi buruk, yang nyatanya itu adalah kenyataan yang ada, di dewasakan ole...
Keadaan Atlanta kini mulai membaik, deru nafasnya mulai terkontrol, tangannya tak sedingin sebelum dia mendapatkan apa yang di perlukannya. Kini Atlanta sedang mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur UKS. Matanya tertutup layaknya seorang yang sedang tertidur, tetapi adakah yang bisa menjamin bahwa Atlanta benar - benar terlelap?
Tubuhnya meminta untuk beristirahat, tapi tidak dengan isi kepalanya, kali ini dia sedang berperang dengan berisiknya isi kepala, yang berlomba-lomba untuk memutar kejadian-kejadian di masa lalu. Tanganya mulai terkepal, emosinya mulai meningkat, kilasan masa lalu mulai terputar secara acak.
Ah lagi-lagi dia berada difase ini, berada diantara rasa takut dan marah yang melebur menjadi satu. Perlahan Atlanta membuka matanya, menatap lurus langit-langit uks. Mencoba mengendalikan amarah dan rasa takutnya. "Lukanya membekas terlalu dalam, meski sudah bertahun-tahun ku coba hilangkan, tapi masih tak kunjung berhasil" Monolognya.
Atlanta terhanyut dalam lamunannya sendiri, mengingat apa yang barusan terjadi di ruang musik. Dia berhasil menyelesaikan dengan sempurna, tanpa cacat ataupun terlewat satu note pun. hingga tak sadar ketika ada seseorang membuka pintu ruang uks, jalan perlahan menuju banker yang di tempati Atlanta, bahkan ketika ia berada di samping ranjangnya pun Atlanta masih asik dengan lamunannya.
"Atlanta" Panggilan itu membut Atlanta terjengit kaget, menarik kembali kesadarannya yang hanyut dalam lamunan. "Lo ngelamun At" Lanjut orang itu
"Daren, dari kapan lo ada di situ?" Bukannya menjawab, malah tanya balik.
Darren si ketua basket yang hobinya gak jauh beda sama Atlanta, keluar masuk BK, tapi agak lebih mending sih dari pada si Atlanta.
"Di tanya bukannya jawab malah nanya balik" Sembur Daren dengan cepat. " Baru aja, ngelamunin apa lo sampe gak sadar gue buka pintu?" Lanjutnya
"Ngelamun bentar doang, lo tau dari mana gue di uks?"
"Alexa tadi chat gue, katanya lo tiba-tiba pucet, tapi kalo di perhatiin lagi kayaknya lo udah mendingan" Kata Daren, yang hanya di jawab Anggukan oleh Atlanta.
"Atlan ntar malem anak-anak pada ngumpul, lo ikut gak? " Tanya Daren
Atlanta terdiam sejenak, sebelum menjawab, "Malem ini gak dulu, gue butuh istirahat".
"At, hari senin ada jadwal balapan, lo mau turun gak?, kalo gak biar gue cari anak lain" Tanya Daren.
Seketika Atlanta menengok kearah Daren " Siapa rivalnya? " Tanya Atlanta
"Yang gue tau ada Kenan anak ips" Jawab Daren
"Gue yang turun, lagian minggu lalu gue gak ikut"
Darren menatap jam dinding yang terpajang di uks " 10 menit lagi bel balik, gue ke kelas dulu At" pamit daren lalu beranjak keluar dari uks.
Atlanta pun ikut berkemas, berjalan santai menuju parkiran motor, Ah rupanya tiada kata tenang dalam hidupnya, kali ini dia bertemu dengan kenan, si bocah tengik yang suka mengganggu Alexa.
"Athlanta, gue harap lo ikut turun hari senin, di tempat biasa kita balapan"
Atlanta memandang sinis kenan "apa sebenarnya mau lo, jangan macem-macem kenan"
Kenan berdiri tepat di hadapat Atlanta "Gimana reaksi nyokap lo, kalo tau lo udah ketemu dia selama ini"
Atlanta mengepalkan tangannya, menatap kenan dengan sorot mata tajamnya "jangan main-main sama gue kenan, selama masih ada gue, lo, orang lain atau nyokap gue sendiri gak bakal gua biarin sentuh dia sedikit pun"
Kenan hanya tertawa remeh "kita lihat aja At, lo bisa ngelindungin dia atau gak" sambil menepuk pundak Athlanta 2 kali sebelum melenggang pergi menuju motornya.
***
Kini tujuanAtlanta bukan rumah melainkan pantai untuk menengkan keresahan yang masih berkecamuk di pikirannya. Suara ombak yang berbenturan dengan batu begitu menenagkan baginya, dibukanya sepatu dan kaus kakinya, mulai berjalan menuju bibir pantai, membiarkan kakinya tersapu ombak kecil, dinginnya air pantai yang ia rasakan ternyata juga turut berpengaruh mendinginkan kepalanya yang sedari tadi terasa panas.
Setelah dirasa cukup, kini Atlanta berjalan menjauhi bibir pantai, menuju tempat ia menyimpan sepatunya, mendudukkan dirinya tepat disamping sepatunya, menatap lurus luasnya pantai, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesunyian yang tercipta, Ya dia sendirian, dia kesepian tanpa ada yang tau akan keadaannya.
Di tatapnya kedua tangannya yang beberapa waktu lalu terasa dingin dan bergetar, beruntungnya tak ada satu orang pun yang menyadari itu, baik Alexa ataupun Daren yang menemaninya di uks tadi.
Ya dia pintar menyembunyikan segalanya, tapi akan tersimpan rapi sampai kapan Athlanta?
Ditatapnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata cukup lama menghabiskan waktu di pantai ini, Membersikan kakinya dari butiran pasir sang tertempel dan menenggunakan sepatunya lalu beranjak pergi, di sempatkannya dulu menatap pantai lalu senyum indah terpatri di wajahnya, lesung pipi dan gingsul yang di miliki membuat senyumnya lebih indah.
"Hari yang cukup melelahkan" lirih Atlanta
***
Athlanta berjalan memasuki rumah, rumah besar tapi sepi, rumuhnya pulang hanya sekedar untuknya beristirahat dan berlindung dari dinginnya malam dan sengatan matahari. Bukan rumah yang penuh kehangatan seperti yang kebanyakam orang lain bicarakan.
Athlanta berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, di bukanya pintu terpampang kamar yang di dominasi warna hitam, ah sesuram itu warna kamarnya. Meletakkan tas diatas meja belajar, lalu melenggang kearah kamar mandi, berdiri di depan westafel, di tatapnya sebentar pantulan dirinya yang ada di cermin, dinyalakannya keran untuk membasuh mukanya agar sedikit lebih segar.
Sekali lagi ditatapnya pantulan dirinya pada cermin, di eratkannya kedua genggamannya pada westafel. " Cukup lakuin yang terbaik nanti malam At, selesaikan dengan cepat tanpa ada kesalahan."
Athlanta berjalan menuju meja belajarnya, ditatapnya buku-buku yang tersusun rapi di tempatnya, menerbitkan senyum sinis, lalu menarik salah satu buku yang belum selesai dibacanya.
Perlu sebanyak apa lagi tumpukan buku yang harus dibacanya?.
* Selama lo masih pertahanin prestasi lo di sekolah, lo bakal aman At
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.