Cinque

33 27 4
                                    

“Maaf, siapa namamu” ucap Qiana kala melihat karyawan yang baru direkrut oleh Alice. Perempuan itu nampak masih muda.

Dia tersenyum cerah.

“Thea Bu”. Qiana mengangguk sambil menatap Thea. Jarang sekali, anak muda mau bekerja biasanya mereka lebih memiliki pekerjaan seperti selebgram.

“Lanjutkan pekerjaanmu” Thea mengangguk sambil menata kembali kue yang sudah matang.

Kini Qiana menatap ruang pribadinya. Tidak buruk, setidaknya dia mendapatkan ketenangan disini.

“Mari kita lihat apa yang harus kita lakukan” ucap Qiana sambil membaca beberapa email. Beberapa kali dia bertanya kepada asistennya yang ia beri tanggungjawab atas toko kue di negara inggris.

Tak terasa hari menjadi senja. Ia berjalan keluar dan melihat para karyawan yang bersiap untuk pulang.

“Terimakasih semuanya. Hati-hati dijalan” ucap Qiana sambil tersenyum kepada para karyawan yang mulai keluar toko satu persatu. Disaat seperti ini Qiana harus melihat apa saja stock barang yang habis.

Tok tok

Qiana terdiam sebentar. Apa ada karyawan yang kembali lagi? Dia mulai berjalan menuju meja kasir.

“Toko ini belum tutup kan?”

Ah. Ternyata pria angkuh ini. Qiana lupa membalik tanda buka/tutup.

“Tidak, kami sudah mau tutup. Jika anda mau membeli hanya tersisa egg tart saja” Qiana tersenyum sambil menunjuk egg tart

Sesaat pria itu menaikkan salah satu alis serta tersenyum sampai muncul lesung pipi.

“Aku ingin egg tart itu”

Qiana mengangguk dan mulai membungkus egg tart. Karena terlalu sibuk kemasukan egg tart ke dalam box kue, ia tidak menyadari pria itu menatap punggungnya.

“Kau bekerja disini?” Qiana berbalik kala mendengar suara pria itu. Lalu dia mengangguk dan memberikan box kue.

“Totalnya jadi Rp 34.000,00 bayar pakai tunai atau debit?”

Pria itu mengeluarkan 3 lembar uang berwarna merah dan mendorong perlahan ke arah Qiana. Qiana menatap uang serta pria tersebut secara bergantian.

“34.000 bukan 300.000” Qiana dorong 2 lembar, kembali kepada pria itu. Tapi pria itu kembali mendorong uang itu lagi.

“Anggap saja sebagai uang berbaik hati dariku” dia mengedipkan sebelah mata. Genit.

“Uang berbaik hati?” Qiana mengerutkan kening dan memiringkan kepala. Tentu, hal ini membuat pria itu tersenyum sambil menggeleng kepala.

“Karena aku tidak memintamu untuk mengganti rugi nona ice cream”

“Maaf?” Qiana memundurkan wajah, saat pria itu dengan gampangnya mencondongkan tubuh ke depan hingga hanya beberapa inci wajahnya dengan wajah Qiana.

Dia kembali berdiri tegak dan merapikan jas. Dia juga mengambil box kue dan berbalik. Saat sampai di depan pintu dia mengedipkan sebelah matanya lagi.

"Carino" hanya itu yang Qiana dengar setelah pria itu, sudah keluar toko.

Kue atau Bunga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang