5. Pekan Olahraga; Softball

227 30 7
                                    

Suara teriakan dari setiap tenda kelas benar-benar memenuhi gendang telinganya sekarang. Teriakan untuk terus berlari ke homebase berikutnya. Ditambah suara komentator yang semakin memanasi suasana.

Sepertinya seluruh tenaga pekan olahraga dihabiskan di pertandingan terakhir ini. Seluruh kelas berusaha melakukan yang terbaik untuk pertandingan terakhir, juga kelas X-IPS 2. Karna mereka kalah di pertandingan paintball, mereka ingin memaksimalkan pertandingan di hari terakhir ini, seperti final basket dan futsal, serta pertandingan softball yang terngah berlangsung sekarang.

Entah untuk keberapa kalinya Freya menguap karna pertandingan yang membosankan ini. Permainan yang mudah ia tebak, mulai dari arah pukulan, lemparan, dan kedua strategi lawan. Dan semua tebakan yang ia pikirkan tepat semua, tidak ada yang meleset.

Pritt..

Peluit berbunyi dengan amat nyaring, diikuti penyebutan kelas yang menang, dan diakhiri dengan sorakan kelas pemenang. Selanjutnya panitia memanggil kelas yang berikutnya akan bermain, dan saatnya Freya merusak suasana membosankan ini.

Sandi maju ke depan tenda kelas, saatnya ia menyemangati anak-anaknya. "Semuanya, mari kita melakukan yang terbaik. Karna ini hari terakhir, tolong keluarkan seluruh kemampuan kalian." Seru Sandi, yang langsung disambut oleh sorakan seisi kelas.

Freya ikut berdiri bersama ke delapan pemain lainnya, yang langsung disemangati oleh seisi kelas. Ke sembilan pemain mulai berjalan memasuki lapangan, menghampiri panitia untuk menerima perlengkapan dan menerima breafing. Kelas Freya yang akan memukul pertama kali, sambil menunggu temannya yang mendapat giliran pertama untuk memukul, Freya bertanya pada teman-temannya.

"Dari satu sampai seratus persen, berapa persen kalian mau menang?"

"Kamu bercanda Fre? Ya jelas seratus persen lah." Balas Ais, yang duduk di depannya. Dianggkui yang lain.

"Seratus persen yang pasti." Vivo ikut menjawab.

"Kenapa kamu nanya kayak gitu?" Sementara Anar, yang duduk di samping Ais balik bertanya.

"Random question."

Atensi mereka langsung beralih pada Hanif yang berhasil memukul bola dan langsung berlari ke base pertama. Pemukul kedua langsung memasuki lapangan. Sementara Freya sibuk menikmati pertandingan dengan kedua tangannya yang terlipat ke dalam.

Baiklah, kalau itu yang kalian mau, batinnya. Sedari tadi ia sibuk sendiri menentukan ingin memenangkan pertandingan ini atau tidak. Tingkat kepercayaan diri Freya sangat tinggi di pertandingan ini, karna kemampuan yang ia miliki sangat menguntungkan.

Tanpa terasa kini sudah gilirannya. Kelima temannya telah berhasil hingga base terakhir dan dua temannya berhasil dikeluarkan oleh pihak lawan. Untuk mempersingkat waktu, Freya langsung memasang sikap siap memukul.

Wasit mengangkat tangan kanannya. "Play ball." Seru wasit yang langsung membuat Freya memicingkan matanya.

Freya menunggu datangnya bola dengan baik, hingga pada jarak yang telah ditentukannya. Ia memukul bola itu di bagian bat terbaik. Bola itu melayang dengan baik sesuai arah yang diinginkannya, Freya melempar asal batnya dan mulai berlari ke base pertama, sambil memperhatikan kemana bolanya pergi.

Namun, bola itu terlempar sangat jauh dan mulai keluar area lapangan. Freya menyadari kemana arah bolanya menuju, kedua matanya langsung melotot.

Waduh, aku dalam bahaya besar kayaknya.

Bola itu memang berhasil ia pukul dengan baik, namun semua orang berseru saat bola mulai keluar dari area lapangan. Bola yang berhasil dipukul oleh Freya melayang ke arah penonton, lebih tepatnya melayang ke arah kelas XII yang juga sedang menyaksikan pertandingan. Dan bola itu mengarah pada salah satu dewan elite.

FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang