Irene menulis semua plot plot penting yang ada di novel berjudul protagonis? Itu.
Dirinya tahu meskipun ia telah menulis plot penting itu mungkin saja alur telah berubah, karena dirinya yang harusnya mati malah hidup bahkan dengan mengungkapkan identitasnya sebagai putri dari Xavier.
"Akhirnya selesai juga, capek banget nih tangan, "ucapnya sambil menggerak-gerakan tangannya.
Ia menatap sekeliling kamar yang disiapkan ayahnya untuknya.
"Wow, "Irene menata takjub kamar itu, "gila, nih kamar besar banget, bahkan lebih besar dari pada kamar kosan gue, "
"Gue harus bertahan sampai akhir, mungkin aja setelah novel ini berakhir gue bisa kembali, tapi kalau pun enggak bisa gue tetap harus bisa bertahan, karna gue mau hidup, "ucapnya, matanya menunjukkan tekad yang kuat.
"Serena, andai Lo orang baik, gue enggak mungkin memperlakukan Lo dengan buruk, tapi sayang nya Lo orang jahat jadi semua hal yang nantinya Lo derita itu setimpal untuk semuanya, "ucap Irene
Irene bukanlah orang baik, ia bisa sangat jahat pada siapapun yang jahat pada dan orang yang ia sayang.
"Gue kepo banget sama si antagonis, di novel dijelaskan kalau dia sebenarnya bukan orang jahat cuman dia terlalu naif hingga masuk ke jebakan yang dibuat Serena, "ucap Irene, sambil menatap nama Candy Ryder yang ia tulis.
Ia juga menulis semua nama-nama tokoh penting, yang ada di novel itu dan juga sifat-sifat mereka.
Ia berdiri dan berjalan menuju kasur besar yang berada di tengah-tengah kamar itu, awalnya ia menulis di meja belajar yang di siapkan kakak pertamanya.
Ia tidak tau, bagaimana tapi hampir semua kebutuhannya telah di siapkan, yah kecuali baju-baju dan beberapa hal pribadi.
Ia berbaring, dan tertidur tak lama setelah berbaring. Irene benar-benar mengantuk.
Di sisi lain, Xavier bersama ke lima putra berada di ruang kerja Xavier.
"Ayah, "Achazia menatap wajah ayah, Xavier menatap balik putra sulungnya dengan tanda tanya yang jelas di wajahnya, seakan bertanya ada apa.
"Maaf, kalau Achazia lancang. Tapi apa benar Irene putri kandung ayah? aku takut dia... "Achazia menunduk, ia takut menyinggung ayahnya.
Xavier hanya menatap sekilas lalu kembali fokus dengan berkas-berkasnya.
Awalnya, ia hanya ingin mengerjakan pekerjaan nya namun entah kenapa kalima anaknya ikutan masuk ke ruang kerjanya, dan berdiri di depannya.
"Apa kamu meragukan penglihatan ayah mu Achazia? "Tanya Xavier santai, namun Achazia tidak menganggap nya seperti itu.
"Bukan gitu Ayah, aku cuma takut... Takut jika ayah kecewa, "ucap Achazia
Ke empat saudaranya mengangguk, "bener ayah, kami sedikit curiga. Bagaimanapun dia orang asing yang tiba-tiba datang dan mengaku sebagai Putri ayah, bukan kami tak terima cuman kami sedikit curiga, "ucap Dylan
Xavier tersenyum, ia menatap figur foto yang ada di meja kerjanya.
Ia memperlihatkan foto itu pada kelima anaknya, "apa kalian tau dia? "Tanya Xavier
Ke lima nya tentu mengangguk, tentu saja mereka tau siapa wanita itu. Dia adalah ibu angkat mereka yang tak pernah mereka lihat.
Xavier hanya memberitahu mereka, jika dia adalah istri ayah mereka jadi dia adalah ibu angkat mereka namun mereka tak pernah bertemu ibu angkat mereka itu sekali pun.
Xavier tersenyum singkat, "bukan nya wajah Irene sangat mirip dengannya? "Ucap Xavier
Kelima putra Rodriguez itu menatap figur foto itu dengan serius, wajah itu memang sangat mirip dengan Irene.
"Wajah nya menang sangat mirip dengan ibu, "ucap Ganendra, dan kelima saudaranya mengangguk.
"Jadi ayah pasti sangat yakin jika Irene adalah putri kandung ayah? "tanya Altezza tepat sasaran
Dan Xavier hanya mengangguk, "apa kalian takut? "Xavier menatap putranya satu persatu.
"Takut apa? "Tanya Altezza
Devindra tersenyum singkat, ia tau apa maksud nya Ayah itu.
"Takut setelah kedatangan putri ayah, kedudukan kalian pasti akan hilang. Achazia awalnya sebagai putra sulung kamu akan menjadi penerus namun sekarang putri kandung ayah telah datang yang artinya dia yang akan jadi penerus meskipun dia seorang perempuan, "ucap Xavier, ia ingin menguji apakah anak-anaknya ini akan takut akan kedatangan Irene.
"Ayah, kami enggak pernah takut. Kami senang karena Ayah menemukan putri kandung ayah. aku enggak masalah, lagian menjadi penerus memang hak dia sebagai Putri ayah. Meskipun aku anak sulung tetapi aku hanya anak angkat, yang beruntung Ayah adopsi, "ucap Achazia
"Bener ayah, kami benar-benar sangat beruntung karena Ayah mau mengadopsi kami, "tambah Altezza
"Kami pasti akan menjaga Irene dengan baik dan akan selalu memanjakan nya, "ucap Dylan penuh tekad
"Jadi ayah, Irene akan sekolah sama aku kan? Pasti bakal seru banget, "ucap Ganendra dengan tatapan antusias
Xavier tersenyum, "tentu saja, Altezza bantu ayah untuk memindahkan Irene ke sekolah yang sama dengan Ganendra, "
"Baik ayah, "ucap Altezza lalu keluar.
"Yes, "Ganendra tersenyum kegirangan membuat Xavier ikut tersenyum.
Achazia, Dylan, dan Ganendra keluar dan hanya tinggal Daviandra.
"Hanya kamu yang tak bersuara, bagaimana pendapatmu? "Ucap Xavier pada Devindra
"Dia berhak, "hanya itu yang di ucap Devindra lalu pergi meninggalkan Xavier.
"Anak itu, "Xavier menggeleng pasrah melihat kelakuan putra ke empat nya.
Ia bingung dengan sifat putra nya, seakan-akan jika ia bersuara ia akan kehilangan seluruh hidup nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad, I'm Your Daughter!
Viễn tưởngIrene tak tau, entah dosa apa yang pernah ia perbuat hingga tuhan menghukum nya. Ia, gadis biasa-biasa saja tiba-tiba menjadi umpan Mariam yang akan mati karna tipu muslihat pemeran utama. Ingin sekali Irene menjerit. Tapi untung nya ia adalah Ir...