Tidak ada yang bisa mengalihkan pandangan Shinichi sepanjang hari, sang putri selalu ada dalam pikirannya kali ini. Banyak hal ingin dia lakukan bersama Aoi, dia ingin menghabiskan waktu hanya untuk Aoi. Membalas keabsesnan dirinya selama ini.
"Kamu tidak mau les?" Tanya Shinichi.
Aoi memperlihatkan wajah lucunya, dia menggembungkan pipinya. "Gak mau Papa..."
Shinichi luluh saat melihat mata Aoi sudah berlinang. "Uuuu... putriku sayang, jangan nangis." Shinichi memeluk Aoi.
Aoi hampir menangis tapi dia senang saat mendapat pelukan Papanya. "Jangan menangis Papa..."
"Papa tidak menangis." Shinichi merasa lucu karena Aoi malah menenangkannya.
Aoi mengelus punggung Shinichi. "Papa... besok aku mau bawa bekal."
"Ya, nanti Papa buatkan. Onigiri?"
"Humberger?" Aoi memasang muka imutnya lagi.
"Dua?"
Aoi menganggukkan kepalanya.
"Oke."
Hari-hari Shinichi semakin berwarna ketika ada Aoi tinggal di rumahnya. Banyak kelucuan dari Aoi yang membuat Shinichi tertawa terbahak-bahak. Hari demi hari terasa menyenangkan dan tidak terasa hari Sabtu pun tiba.
Kisaki Eri datang ke kediaman Shinichi. Dia berdiri di luar ruangan.
"Bu, masuk dulu. Tolong..."
Eri tidak menggubris. Dia melipat tangan sambil berdiri di depan pintu.
Shinichi tidak bisa memaksa, dia pun membantu Aoi untuk membawa tas yang di isi mainan dan pakaiannya.
"Aoi, jangan bawa semua. Kamu kan cuma sampai hari Minggu." Kata Shinichi.
Aoi tidak mengerti dia pun berkata. "Nanti kalau Aoi mau main yang itu terus tidak ada bagaimana?"
"Ya sudah, bawa saja."
Aoi membawa tiga boneka nya dalam satu pelukannya. Tas berisi pakaian di bawa Shinichi lalu di serahkan kepada sang Nenek.
"Mungkin akan pulang Senin pagi, aku akan antar dia ke sekolah." Kata Eri.
"Tapi Bu... Aku akan merindukannya." Shinichi memandangi Aoi.
"Ibu tidak mau tahu, kamu sudah bersama dengannya di hari biasa. Giliran kami di weekend ini."
"Baiklah." Shinichi pun memeluk sang Putri. "Senang-senanglah bersama Nenek dan Kakek ya."
"Papa jangan sedih ya."
Aoi dan Eri pun pergi meninggalkan Shinichi.
Sabtu itu terasa hampa bagi Shinichi, dan akhirnya dia pun menghabiskan waktunya di kantor.
"Tumben ada kamu di sini." Tanya Shiratori, Inspektur baru menggantikan Inspektur Megure yang sudah pensiun.
"Gak ada orang di rumah, jadi lebih baik aku di sini saja." Jawab Shinichi sambil memperhatikan layar laptopnya.
"Jadi apa keputusanmu?" Shiratori duduk di hadapan Shinichi. Dia memperhatikan dengan seksama wajahnya.
"Aku belum memikirkannya." Jawab Shinichi, dia menutup laptopnya. "Apa harus secepatnya?"
"Ya, as long as you can."
Shinichi menghela nafasnya. "Nanti aku beri jawaban."
"Ya, aku menunggu jawabanmu." Shiratori pun pergi meninggalkan Shinichi.
Shinichi memijit dahinya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Shiho datang entah dari mana, dia berdiri di belakang Shinichi lalu memijat bahu pria yang di cintainya.
"Eh..." Shinichi merasakan pijitan itu langsung berdiri. "Astaga Shiho..."
Shiho mendekat. "Kenapa?"
"Kamu yang kenapa?" Shinichi menjaga jarak. "Pergilah, aku ingin sendiri."
"Apa yang mengganggumu?"
"Pergilah, aku sangat stress saat ini." Shinichi berkata dengan tegas. "Bisakah?"
"Baiklah." Shiho pun pergi meninggalkan Shinichi.
"Kenapa dia bisa keluar masuk kantor kepolisian sih?" Shinichi menggaruk kepalanya. Rasanya semakin kusut isi kepala Shinichi dan akhirnya dia pun memilih untuk pulang.
Email yang di biarkan tanpa balasan berisi tawaran perekrutan dirinya untuk masuk ke Biro Keamanan Publik sebagai agen rahasia. Seabuah penawaran yang jarang sekali di lakukan, ini adalah hal baik baginya tapi Shinichi tidak bisa langsung memberikan jawaban karena dirinya masih memikirkan Ran yang belum kembali dan Aoi yang baru saja ada dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA KAMU, DIA DAN ANAK KITA
FanfictionRan menghilang hampir lima tahun. Dia pergi saat Shinichi melakukan penyelidikan di luar negri. Tanpa pamit dan tanpa membawa apa pun. Semua itu membuat Shinichi frustasi, dia mencari keberadaan Ran. Setelah lima tahun tanpa kabar, Kisaki Eri, Ibuny...