Shinichi mengantar Aoi ke sebuah sekolah dasar, tentu saja itu adalah Sekolah Dasar Teitan. Tempat di mana dia dan Ran bersekolah dulu.
"Ini sekolah Papa dan Mama ya?" Aoi tersenyum sepanjang perjalanan.
"Iya Aoi." Shinichi mengelus lembut pipi Aoi. "Aoi tenang dulu ya nak, Papa lagi menyetir."
Aoi mengangguk. "Tapi Papa..."
"Ada apa lagi sayang?" Shinichi menggenggam jemari tangan Aoi sambil fokus menyetir.
"Aoi gak suka tante kemarin. Dia tidak akan datang lagi kan?" Aoi bicara pelan sambil menunduk, dia gemetar karena takut di marahi.
"Kenapa kamu tanya seperti itu? Tante Shiho adalah teman Papa. Kamu tidak suka dia?"
Aoi mengangguk pelan. "Nanti kalau Mama pulang gimana? Papa sama Tante itu."
"Papa akan tetap memilih Mama Aoi koq, tenang aja ya." Jawab Shinichi.
"Sungguh?"
Shinichi dan Aoi pun melakukan janji kelingking. Sebuah tradisi untuk mengikat janji yang sudah di buat. Sebuah janji yang seharusnya di tepati. Apakah Shinichi bisa melakukannya? Menepati janji untuk tetap memilih Ran?
Shinichi mengingat saat dia mencium Shiho. "Sepertinya aku hilang akal." Pikirnya.
"Papa..." Suara Aoi memecah lamunan Shinichi.
"Ya, sayang?"
"Kita akan terlambat." Aoi menunjuk ke arah jam tangan Shinichi.
Shinichi pun kembali menyetir. "Astaga..."
Aoi tertawa saat melihat wajah Shinichi yang panik. "Papa, jangan ngebut."
Setibanya di Sekolah Dasar Teitan.
Shinichi masuk ke ruang guru bersama Aoi di pelukannya. Entah kenapa Aoi jadi ketakutan saat turun dari mobil. Jadi mau tidak mau Shinichi menggendong Aoi masuk ke dalam gedung sekolah.
"Kenapa Aoi chan?" Tanya seorang guru wanita yang akan menjadi wali kelas Aoi. "Kamu jangan takut." Katanya sambil mengelus punggung Aoi yang masih dalam pelukan Shinichi.
Shinichi tersenyum. "Aoi, kamu mau sekolah hari ini apa nanti saja?" Ia enggan memaksakan kehendaknya kepada sang anak. "Aoi jawab Papa." Suara Shinichi terdengar lembut.
"Aku akan sekolah hari ini." Jawab Aoi sedikit ragu. "Aku tidak mau Nenek marah." Katanya lagi.
Wali kelas tersenyum ramah. "Tidak akan ada yang memarahi mu."
Aoi meminta untuk di turunkan. "Papa nanti jemput kan?"
Shinichi mengangguk. "Papa akan jemput."
Aoi pun mengangguk lalu dia pun berdiri di samping wali kelasnya. "Aku siap belajar." Kata Aoi dengan lantang.
Sikap Aoi membuat Shinichi dan orang lain yang melihat tertawa. "Anak Papa, lucu sekali." Shinichi mencium pipi Aoi. "Belajar yang rajin, nanti Papa jemput."
Mereka pun berpisah.
Shinichi sibuk di kepolisian, dia membantu menangani kasus besar yang sedang di kerjakan di sana. Dia membaca semua dokumen yang berhubungan dengan korban dan terdakwa, kasus yang sudah berjalan sebulan itu mandek karena kekurangan bukti dan tak ada saksi. Jika salah langkah, keluarga korban akan kehilangan hak nya dan terdakwa pun terbebas dari semua tuduhan. Dalam keadaan rumit seperti itu ponsel Shinichi bedering. Dia melihat layar ponselnya dan melihat nama Shiho di sana. Tanpa pikir panjang Shinichi mematikan ponselnya.
Shiho hendak menelepon lagi namun panggilannya tidak pernah terhubung. "Ada apa dengan dia?" Pikir Shiho. Dia berada di luar gerbang Sekolah Dasar Teitan. "Padahal aku mau menanyakan apa Aoi jadi bersekolah di sini?"
Hari itu pun seperti berlalu dengan cepat. Shinichi bahkan tak menyadari waktu nya untuk menjemput Aoi di sekolah. Dia melihat jam tangannya dan tersadar. "Aoi." Serunya. Lalu dengan segera dia hendak keluar ruangannya.
"Papa..."
Suara yang tak asing. Shinichi melihat ke depan. "Aoi? Kamu sama siapa ke sini?" Shinichi mendekati putrinya tersebut.
"Sama tante." Jawabnya.
Shiho duduk di luar ruangan Shinichi. "Hai."
"Bagaimana bisa?" Shinichi kebingungan.
"Aku di minta jadi guru pembimbing di sana. Aku mengajar di kelas empat sampai kelas enam. Mengajarkan ilmu kimia kepada mereka." Jawab Shiho. "Tadi aku menelepon mu ingin menanyakan apa Aoi jadi bersekolah di sana."
Shinichi mengerutkan dahinya. "Apa aku pernah mengatakan padamu, Aoi akan bersekolah di sana?"
Shiho mendekati telinga Shinichi lalu berbisik. "Setelah kita berciuman, kamu menceritakan tentang Aoi."
Shinichi menahan nafasnya sesaat lalu menghembuskannya kuat-kuat. "A." Dia melihat Aoi, ragu Aoi mendengar bisikan Shiho. Namun hatinya merasa tidak nyaman dengan perkataan Shiho.
"Kamu pelupa." Shiho mengambil tasnya lalu berpamitan.
"Shiho, aku antar..." Shinichi menawarkan diri.
"Tidak usah. Aku tidak mau membuat kalian merasa tidak nyaman." Shiho tersenyum kecil. "Bye little girl." Shiho melambaikan tangan kepada Aoi.
Aoi yang masih tidak suka dengan Shiho menyembunyikan tubuhnya di balik kaki sang Papa.
Shiho pun berlalu.
Menghela nafas, merasa lega karena Shiho sudah tidak. Shinichi pun mendudukkan Aoi di kursi. "Kenapa bisa kamu di antar Tante Shiho ke sini?"
"Tante bilang, Papa jika sudah bekerja akan lupa waktu. Jadi aku minta tante mengantarkan ke tempat kerja Papa." Aoi menjawab dengan polosnya.
Shinichi tidak bisa memarahi Aoi karena wajahnya yang lucu. "Ya sudah, lain kali Papa akan memasang alarm untuk menjemputmu."
Aoi pun tersenyum.
"Kamu mau makan?" Tanya Shinichi.
Aoi mengangguk.
Sepanjang perjalanan pulang, Aoi terus berceloteh tentang hari nya di sekolah. Dia sudah bisa berbaur dengan teman sekelasnya dan tidak mereasa malu karena telat masuk sekolah.
"Kamu tetinggal beberapa minggu dari teman-temanmu. Apa kamu mau les privat?" Tanya Shinichi saat mereka tiba di rumah.
Aoi menatap wajah Shinichi.
"Jika kamu les, kamu akan mempelajari apa yang sudah teman-temanmu pelajari. Jadi kamu akan mengerti dengan cepat nantinya." Shinichi memberi pengertian.
"Tidak mau. Nanti aku tidak bisa main." Aoi mengambil bonekanya lalu memeluk nya dengan erat.
"Aoi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA KAMU, DIA DAN ANAK KITA
FanfictionRan menghilang hampir lima tahun. Dia pergi saat Shinichi melakukan penyelidikan di luar negri. Tanpa pamit dan tanpa membawa apa pun. Semua itu membuat Shinichi frustasi, dia mencari keberadaan Ran. Setelah lima tahun tanpa kabar, Kisaki Eri, Ibuny...