5. Di rumah Nenek dan Kakek

39 2 0
                                    

Aoi merasa senang karena bisa bersama dengan Nenek dan Kakeknya. Tapi dia pun merindukan Papanya. Beberapa kali Aoi meminta pulang tapi saat di berikan pengertian akhirnya Aoi menurut.
Kogoro sedang nonton televisi di ruang tengah, sudah memakai piayamanya dan menunggu waktu dirinya mengantuk. 

Eri yang baru saja mandi duduk di samping Kogoro. "Kemana perginya anak itu?"

"Jangan pernah meragukan Ran, dia pergi atas kehendaknya. Tunggu saja, dia akan segera kembali." Kogoro berbicara dengan bijak.

"Bagaimana kamu bisa tenang sementara kita bahkan tidak tahu keberadaan anak kita..."

"Tenanglah, pelankan suaramu. Nanti Aoi bangun." 

Eri mengepalkan tangannya. "Aku ingin dia segera kembali."

"Aku pun sama, jadi tenanglah dan tunggu saja." Kogoro memeluk Eri.

Eri menyandarkan kepalanya di dada Kogoro. "Aku harap dia dalam kondisi baik."

"Aku juga." Kogoro mengelus punggung Eri. 

"Hei jangan ambil kesempatan dalam kesempitan..."

Kogoro menatap Eri lalu mengelus pipinya. "Kali ini saja." Lalu wajah mereka semakin dekat dan Eri tidak menghindar. Dan akhirnya mereka pun berciuman. "Hum..." Kogoro menjauh sesaat lalu dia berkata. "Kamu masih seperti dulu." Katanya sambil memijit lengan Eri. "Kamu merawatnya dengan baik."

Pipi Eri bersemu merah. "Jangan menggodaku, aku sudah tua."

Kogoro tersenyum. "Tapi tubuhmu masih terasa seperti wanita tiga puluh tahunan." Lalu dia mengecup leher Eri. Melayangkan berkali-kali ciuman di tempat sensitif Eri.

Eri merasakan getaran saat Kogoro menciuminya. "Sudah hentikan."

"Kali ini saja." Pinta Kogoro sambil terus mencumbu Eri.

"Nanti saja, ada Aoi." Kata Eri sambil menahan erangannya. Dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.

"Bagaimana bisa seorang wanita berumur empat puluhan masih memiliki tubuh yang elastis dan terawat seperti ini." Pikir Kogoro. Dia tidak bisa menahannya lagi, lalu menarik tubuh Eri ke pangkuannya.

"Sayang?" Eri merasa malu dengan posisi itu.

Kogoro menikmati malam bersama Eri. Yah, tidak bisa di sangkal, Kogoro memang merindukan Eri setiap saat. Saat mereka terpisah rumah pun Kogoro hanya memikirkan istrinya tersebut, walaupun dia tidak pernah menunjukkan rasa sayangnya.

Dan Kogoro pun tidak menyangka putrinya pun memilih untuk meninggalkan rumah suaminya, sama seperti Eri yang meninggalkan dia. Tapi tetap saja Kogoro mendoakan yang terbaik untuk sang putri. Dia tidak ingin Ran menyesali keputusannya.

Setelah Eri dan Kogoro selesai bercinta, Eri tertidur dalam dekapan Kogoro di sofa ruang tamu. Eri merasakan suhu tubuh Kogoro yang hangat. Merasa tenang dalam dekapan Kogoro dan terlalu menikmati saat itu hingga dia tidak menyadari Aoi sudah ada di luar kamarnya.

"Kakek curang." Aoi berteriak lalu loncat ke atas tubuh Eri dan Kogoro.

"WADAW." Kogoro merasakan sakit di pangkal kakinya. Karena tubuh Aoi mendarat tepat di sana.

Eri terkejut dengan tindakan Aoi.

Aoi ada di atas tubuh mereka. "Kenapa tidak tidur bersama denganku?" Aoi memukuli dada Kogoro.

"Hehehe... Sayang, tadi kamu sudah tidur pulas. Nenek tidak bisa tidur jadi Kakek menidurkan Nenek dulu." Kogoro memberi alasan.

Tentu saja alasan itu terdengar aneh di telinga Eri, tapi Aoi menanggapinya dengan serius.

"Nenek kenapa tidak bisa tidur?" Aoi menatap Eri yang ada di samping Kogoro.

Eri menyelimuti tubuhnya yang masih telanjang bulat. "Iya, Nenek sedang sakit kepala." 

Aoi berbaring di atas tubuh Eri lalu dia memejamkan matanya. "Aku mau tidur dengan Nenek dan Kakek."

Mereka pun tidak bisa berkutik, membiarkan sang cucu tidur di antara mereka.

ANTARA KAMU, DIA DAN ANAK KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang