Takdir itu, tidak bisa ditebak.
Suara gemeresik daun yang saling bersentuhan menyapa Ola yang berada di hamparan rumput hijau yang sedang menari-nari. Langit biru dengan angin sejuk yang menerpa wajahnya. Tempat yang tidak asing bagi Ola.
Ola hanya memutari satu pohon besar di tengah hamparan rumput hijau itu. Gerakan yang terbaca dan berulang, hanya memutari saja.
"Hai," sapa seseorang di atas pohon yang entah sejak kapan berada di sana.
Ola cukup terkejut dengan kehadiran orang itu. Mata hitam yang menatapnya dengan lekat dan rambut biru tua-nya yang terkena terpaan angin, wajah itu tidak asing bagi Ola, tetapi Ola sama sekali tidak mengenalinya.
"Kenapa wajahmu kaget seperti itu Seph?" tanya perempuan itu kepada Ola.
Ola tidak salah dengar, perempuan itu memanggilnya Seph. Lalu entah kenapa tubuh Ola bergerak dengan sendirinya, mulut Ola mengeluarkan suara tawa, namun Ola tak merasa bahwa dirinya tertawa. Seakan ia hanya jiwa asing yang melihat tubuh seseorang yang tengah beraktifitas.
"Ayah bilang, hari ini ulang tahunmu, jadi aku memberimu hadiah," ucap Ola. Ola baru menyadari suaranya terdengar lebih berat daripada biasanya.
Ola melihat tangannya bergerak mengambil sesuatu di saku celananya, sebuah kalung dengan permata hitam dan ukiran-ukiran indah di sisinya.
Perempuan itu menjatuhkan tubuhnya ke bawah pohon dan mendarat dengan selamat. Dia mendekat ke arah Ola, matanya bersinar seolah kagum dengan kalung itu.
"Biar kupasangkan, Mara." Tangannya tergerak memasangkan kalung itu pada leher perempuan di depannya itu.
Ola paham, dirinya sekarang berada dalam tubuh Seph, tepat di depannya itu adalah Mara. Namun penampilan Mara cukup berbeda dari sebelumnya.
Mara memutar badannya dan menatap Ola, lebih tepatnya Seph dengan tatapan berbinar.
"Terima kasih Seph, aku jaga ini baik-baik," ucap Mara sambil menunjukkan senyumnya. Ola bisa merasakan sebuah pelukan erat dari Mara.
Ola bisa merasakan perasaan Mara yang disalurkan pada pelukannya itu. Rasa terima kasih dan perasaan senangnya. Tapi Ola paham dari tatapan mata Mara yang menunjukkan rasa cintanya.
Dalam sejarah, Seph tak pernah dijelaskan pernah dekat dengan perempuan selain istrinya. Namun hubungan Seph dan Mara yang Ola lihat sekarang terlihat begitu dekat.
"Sama-sama." Ola merasakan hembusan angin yang cukup keras hingga daun-daun di atas pohon berjatuhan.
Latar berganti, Ola melihat tubuhnya sendiri transparan dan tak terlihat. Ola berada di dalam bangunan tua yang terbuat dari batu bata. Terlihat seorang perempuan yang tengah mengeluarkan cairan merah dari mulutnya, tubuhnya ambruk ke lantai kayu bangunan itu.
"Cih, lelaki tua bangka itu pasti yang melakukan ini semua," desis perempuan yang tak lain adalah Mara itu.
Latar berganti menjadi ruangan yang penuh dengan ramuan dan bau-bau aneh. Mara, perempuan itu mendorong Seph dengan keras.
"Kau! Kau ada dibawahku, kemampuanmu tentang sihir jauh dibawahku, benar-benar bodoh!" teriak Mara dengan penuh amarah.
"Tapi dia tetap penerusku, kau tak bisa melawan Mara, kau penjahatnya," ucap seseorang yang baru saja datang dan berada di depan pontu ruangan itu. Lelaki tua dengan jubah sihir yang dia pakai.
Mata Ola terbuka paksa, dia baru saja bermimpi. Semua yang dia lihat baru saja itu adalah mimpi. Ola menyadari mimpi kali ini berbeda daripada mimpi biasanya. Ola segera bangun dari posisi tidurnya dan segera melangkah turun dari kasurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/358083689-288-k490767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN [End]
ФэнтезиMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...