Karena, jika Ayah tau aku suka sepakbola. Maka beliau akan mematahkan kakiku detik itu juga.
— 12 November, di waktu malam.🌖🌖🌖
Kelopak mata itu terbuka pelan, mencoba membiasakan diri untuk menghadapi sinar matahari yang masuk melalui celah jendela. Kevin mengerjap beberapa kali. Kemudian menaruh tangannya diatas dahi. Sudah tidak panas.
Benar. Ia semalaman sakit. Dan entah sejak kapan ia terlelap, atau pingsan. Entahlah.
Saat hendak turun dari kasur, tangannya menyenggol sarapan yang sudah disediakan diatas meja. Pasti Bisa Yem yang menyiapkan ini semua.
Kevin berjalan pelan. Tulangnya masih sedikit linu. Ia harus cepat bersiap sebelum Pak Yan menghadap Ayahnya.
Tiga puluh menit bersiap, kondisinya jauh lebih baik dibanding kemarin. Akhirnya ia bisa menghirup udara lebih leluasa seperti biasanya. Dirinya juga sudah membawa beberapa potong roti yang disiapkan Bi Yem sebagai bekal di sekolah.
Kevin senang, menatap pepohonan dibalik jendela mobil. Ia melihat beberapa teman satu sekolah yang seragam nya sama juga sedang berjalan atau menunggu di bus.
"Aden, nanti saya jemput lagi seperti biasanya ya."
Kevin mengangguk. Ia tau pasti Ayahnya akan lebih membatasinya.
Pemuda itu berjalan santai, sambil sesekali menyapa hangat teman-temannya yang lain. Memberikan senyum paling manis untuk adik tingkat, membuat sedikit banyak Kevin menjadi buah bibir oleh warga sekolah.
"Hoi, Kevin. Hari ini ulangan matematika. Udah belajar kan?" tuding kawannya yang duduk santai di meja sambil menunggu guru datang.
Danar menimpali, "Mana mungkin si Kevin Kevin itu ngga belajar." tukasnya lalu beberapa orang tertawa.
Gadis-gadis di kelas pun menghampiri Kevin ke tempat duduknya. Bergaya centil dan menunjukkan bukunya untuk diajari. Tentu saja, dibalas Kevin dengan penolakan halus dan senyum manis yang membuat siapapun pasti jatuh cinta.
Bel sekolah masuk, guru datang dan segera mengabsen muridnya.
"Yasa Kalingga."
Seluruh kelas diam. Tidak bersuara dan saling menatap. Kelas punya peraturan yang ketat, jika satu murid tidak masuk dengan keterangan Alpa, maka ulangan dibatalkan.
Tentunya terjadi pro kontra, namun Asosiasi komite menilai ini adalah salah satu nilai tambahan dimana Sekolah Swasta ini menjadi identik dengan toleransi dan kebersamaan dibanding lembaga lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata MANGATA
FanfictionBayangan bulan di air yang terbentuk seperti jalan. Seperti diperuntukkan khusus bagi setiap malam Kevin yang panjang. Entah bagaimana dan apa yang harus dilakukannya untuk bertahan hidup. Ia hanya ingin satu, lulus SMA dengan tenang serta keluar da...