Hari ini Kevin diperbolehkan pulang dengan catatan harus rutin untuk periksa dan berkunjung ke rumah sakit. Dan orang pertama kali yang Kevin lihat adalah Danar yang sudah sejak pagi berjaga di pintu ruang rawat inap nya.
"Lo nggak sekolah?" tanya Kevin. Hari ini bukan tanggal merah dan tidak ada perayaan khusus. Sambil merapikan baju-bajunya ke dalam tas yang cukup besar.
Danar berjalan mendekat, membantu Kevin memasukkan barang-barangnya. "Hari libur. Lebih tepatnya gue meliburkan diri."
Kevin diam. Tidak menanggapi dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Setidaknya, dia tidak pulang sendirian naik taksi dan ada yang membantunya membawa barang bawaan.
Ingin menyalahkan Bi Yem yang panik membawa banyak sekali pakaian ganti dan peralatan lain padahal Kevin hanya dirawat tiga hari. Namun, Kevin tetap bersyukur karena Bi Yem benar-benar memperhatikannya.
"Bi Yem kemana?" Danar buka suara setelah memasukkan kotak tisu sebagai barang terakhir dan menutup resleting tas.
Kevin menoleh,. "Ada urusan keluarga. Jadi pulang kampung kira-kira satu minggu." jawabnya lalu bersiap menggunakan kruk untuk berjalan. "Lo yang bawa tas nya kan?" Tidak terdengar seperti pertanyaan namun perintah.
Kevin berjalan lebih dulu, tentu langkahnya lambat hingga Danar bisa menyusulnya. Benar saja, tas hitam besar milik Kevin kini di tangan Danar tanpa kesusahan.
"Yasa nggak ikut?" tanya Kevin. Sedikit bingung karena selama beberapa hari belakangan, Yasa sering mengekor pada Danar seperti anak ayam.
Danar menggeleng, "Dia kalau pagi kan bantu Mamanya. Kemarin sih titip salam."
Kevin bergidik ngeri. Kenapa pula pakai ada acara titip salam. Seperti dijodohkan saja.
Mereka berdua berjalan dengan keheningan kurang lebih sepuluh menit sampai lobi rumah sakit. Danar lebih dulu mengecek ponsel untuk memastikan mobil sopirnya datang.
"Kita mampir studio gue dulu ya?" Danar memastikan. Menoleh pada Kevin yang sedang mengatur napas sebab kelelahan berjalan.
Kevin mengangkat kepalanya, lalu mengangguk. Ia masih punya waktu dua hari untuk bernapas lega sebelum Ayahnya pulang dari dinas. Namun, ada yang sedikit mengganjal karena Mamanya belum terlihat sejak pertama kali ia tau wanita itu pulang dari benua lain.
Kereta besi warna hitam datang dengan gagah. Seorang sopir keluar lalu membantu membereskan barang Kevin. Mempersilahkan kedua tuannya duduk di belakang dan mengurus kruk Kevin dengan baik.
Pemuda itu mulai percaya jika Danar Gautama adalah seorang kaya raya sebab semua karyawan rumah sakit bahkan dokter yang menanganinya menunduk hormat saat mereka menunggu di lobby. Ia mulai tertarik dengan kehidupan kawannya sejak SMP itu.
"Itu rumah sakit beneran punya kerabat lo, Dan?" Kevin buka suara setelah mobil mulai melaju membelah jalanan.
Danar tertawa kecil, "Menurut lo gimana?"
Kevin diam. Berarti benar kata Yasa. Dia harus lebih bersikap sopan pada Tuan Muda Danar jika ingin hidupnya makmur. Siapa tau dia di usir Ayahnya sewaktu-waktu.
"Kok lo nggak pernah cerita?" tanya Kevin lagi. Masih belum puas. Maklum saja, selama kenal dengan Danar dia tidak pernah terlalu mau tau urusan orang lain. Ia hanya menganggap Danar adalah teman sebatas kenal dengan orangtua yang selalu menyambutnya hangat saat akhir tahun ajaran.
Danar terkekeh kali ini, bahkan ia menutup ponselnya yang sejak tadi dia lihat. "Lo nggak pernah tanya, Kev."
Kevin mengangguk pelan. Ah benar juga. Dia terlalu anti sosial dan tidak pernah perduli dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata MANGATA
FanfictionBayangan bulan di air yang terbentuk seperti jalan. Seperti diperuntukkan khusus bagi setiap malam Kevin yang panjang. Entah bagaimana dan apa yang harus dilakukannya untuk bertahan hidup. Ia hanya ingin satu, lulus SMA dengan tenang serta keluar da...