Udara pagi terasa sejuk.
“Apa kau baik-baik saja Lisa?” tanya Putri menepuk pundak gadis di sampingnya.
“Aku cuma agak gugup gara-gara anak baru yang kamu cerita kemarin,”
sungut Lisa nama gadis itu sambil memanyunkan bibir mungilnya.
Udara sekitar tampak terasa lebih dingin walau matahari tampak begitu cerah pagi ini.“Apa akan mendung ya?” gumam Putri pelan.
“Kau akan tetap berakting seperti rencanamu kemarin?”
Putri lanjut bertanya setelah melihat raut wajah cemas sahabatnya itu.
Masalahnya mereka sudah berdiri agak lama didepan gedung perusahaan itu.Lisa memalingkan wajahnya kearah Putri sambil tersenyum licik.
“Tentu saja! Siapa suruh dia ngaku-ngaku anak presdir perusahaan ini? Padahal aku sendiri disuruh pura-pura oleh ibu ku untuk bekerja disini sebagai pegawai magang biasa.”
Ujar Lisa panjang lebar sambil memantapkan langkahnya memasuki pintu gedung itu.
Putri hanya mengikuti arah berjalan Lisa, hanya dirinya saja yang tahu bahwa gadis di depan nya ini adalah anak sesungguhnya dari presdir Group perusahaan ini.
...Dua minggu lalu desas-desus anak presdir akan magang di cabang perusahaan ini sudah tersebar di seluruh gedung.
Menurut penuturan Lisa permintaan ibu nya, dirinya akan magang disitu harus dirahasiakan.Lisa merupakan pewaris tunggal dari presdir Group CVB, sebuah perusahaan besar yang bergerak baik dalam dunia Trend Fahsion Mode. Namun setelah perusahaan itu semakin membesar mereka mulai membangun beberapa cabang yang di setiap cabangnya itu memiliki fokus tersendiri untuk menunjang perusahaan group utamanya CVB.
Ibu Lisa menginginkan anak satu-satunya harus mengerti dunia kerja mulai dari bawah untuk memantapkan dirinya kelak sebagai penerus.
Sistem didiknya memang agak keras mengingat perusahaan ini juga menjadi sebesar sekarang dimulai dari sebuah gudang kecil disudut kota.Putri menghela nafas berat, senyum mengukir disudut bibir tipisnya.
Dirinya tidak mempercayai jika sahabatnya itu merupakan orang besar yang sangat berpengaruh.
Lima tahun lalu mereka mulai bertemu disebuah klub karoeke di usia tahun terakhir sekolah SMA.
Awalnya mereka tidak bertegur sapa tapi karna sering berpapasan akhirnya mereka mulai berteman.
Meski sekolahnya berbeda Lisa sering mengikuti teman-teman sekolahnya untuk berkaroeke di tempat itu.
Putri melakukan hal yang sama, sampai akhirnya dua kelompok beda sekolah itu akrab dan sering menyewa satu ruangan koroeke untuk mereka bersama.Sesudah sampai diruangan itu Putri menarik tangan Lisa mengikuti langkahnya.
Beberapa karyawan sudah tampak sibuk mengerjakan kerjaannya yang tertunda meskipun jam masih menunjukkan jam pagi.
“Lembur?” bisik Lisa pelan ketelinga Putri hingga membuat rasa geli menggelitik.
“Iya, kamu mungkin akan mengalaminya juga kikkikik”.
Lisa hanya mematung mendengar jawaban Putri yang dirasa garing.
Setelah mereka berjalan berjinjit diantara kesibukan pegawai lainnya, sampailah Lisa dimeja yang ditunjuk Putri.
“Ini mejamu, itu mejaku.”
Ujar Putri menarik bangku pelan dan mendudukkan Lisa setelahnya.
“Aku akan ke mejaku, atur lah mejamu sendiri senyamannya. Kantor kita bergerak dibidang periklanan jadi dibebaskan mengatur meja senyaman kita.”Lisa tampak mengangguk pelan dan mengucapkan terimakasih dengan sentengah berbisik ke sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe A Promise
General FictionDengan air mata masih mengalir keluar dan selimut yang di genggamnya semakin erat, gadis itu pun membuat sebuah janji ke arah pria yang terduduk tampak santai di sofanya. "Ini sebuah janji!" teriak gadis itu. "Okey, hanya diantara kita," jawab pria...