Bab 2

0 0 0
                                    

Suasana tampak kembali riuh setelah beberapa menit sebelumnya Lisa diperkenalkan oleh asisten manager sebagai pegawai magang baru,
Sampai tiba-tiba masuk seorang gadis yang tampak acuh terhadap kehadiran Lisa dikantor itu.

“Pagi, Monik,” sapa beberapa orang yang memperhatikannya.
“Selamat pagi,” gadis itu melayangkan senyuman termanisnya kearah seisi ruangan itu.
“Apa kalian sesibuk itu?” lanjut Monik mendekati beberapa karyawan yang berkumpul di satu meja sedari pagi.
“Kami kesusahan memilih template warna yang pas, manager sering mengeluh saat Pak Hasan menunjukkan hasilnya.”

Monik tampak memperhatikan sekitarnya hingga sudut mata nya menangkap sosok Lisa.
Senyuman licik mengukir dibibir merah Monik,
“Bukan kah dia anak baru?” tanya Monik yang diikuti semua mata memperhatikan sosok Lisa.
Lisa yang mendapati dirinya diperhatikan begitu tampak kikuk dan berdebar.
Padahal tadi pas perkenalan mereka bahkan mengabaikan diriku, batin lisa berteriak.

Lisa memamerkan senyuman manisnya.
“Kamu bisa membantu Pak Hasan, bukan kah bagian mu juga tim kreatif juga?” sambung Monik sembari memiringkan kepalanya.

Aaaah, ternyata dia. Bahkan ini hari pertamaku bekerja, aku sendiri tidak tahu harus mengerjakan apa.
Kembali batin Lisa berteriak dengan keras.

Putri yang ikut memperhatikan hal itu ikut membatin karnanya.
Apa dia ingin mempermalukan Lisa?
Putri mengangkat tangan nya.
“Pak manager belum memberi arahan ke Lisa walau posisi Lisa memang bagian dari tim kreaktif. Setidaknya kita harus menunggu tugas bagian mana yang perlu dilemparkan manager padanya.”
Ujarnya mantap sambil memamerkan jempol kearah Lisa diam-diam.

Tengkyuuuu so muchh bestieh kuuuh,
Ujar Lisa dalam hati dengan begitu semangat.

“Pak Hasan aku yang akan bantu memilihnya, kiriman ke aku file mu.”
Sambung Monik dan berjalan kembali kemeja duduknya.
Suasana sekitar langsung berubah dan tentu saja Monik setelah menawarkan bantuan dia mendapat pujian dari para karyawan itu.

Mata Lisa tampak memperhatikan dengan seksama kearah gadis sombong itu, dari style nya yang begitu modis memang Lisa mengakui jika Monik memiliki selera Fahsion yang tinggi. Skakmat! Posisinya memang benar di tim kreatif ini.

Tring!
Sebuah pesan masuk lewat surel pribadi Lisa.
“Sudah mengerti situasinya?”
Tertera pengirim Putri sahabatnya.
“Iya, dia sombong dan penjilat. Hari pertama saja sudah membuatku kesel padanya.”
Balas Lisa antusias.
“Dia mengaku-ngaku sebagai anak Presdir dari ibu mu dari dua minggu yang lalu. Aku hanya mengikuti alurnya seperti rencanamu.”
Balas Putri lagi dari seberang.
“Its Okey, nggak usah terburu-buru. Aku juga bersyukur berkat dia pegawai dalam gedung ini tidak mengetahui indetitas asliku, Wkwkwwk”.

Sesaat setelah Putri akan membalas surel dari Lisa, seorang pria tampan memasuki kantor itu.
“Putri,”
Teriaknya kedepan.
Putri beranjak dan langsung berlari kecil kearah pemilik suara itu.
“Tolong bantu salinkan berkas ini ke surel ku, aku akan menunggu ya, sebagai gantinya aku akan traktir ramyoen di kedai Pak Kaseem.”
Setelah mengatakan itu dan Putri menerima kardus yang terasa berat untuk di tampung nya pria itu langsung terburu-buru pergi.

Putri membawa kardus itu kemejanya, dia ingin berteriak tapi mau dibuat apa ini juga bagian dari tanggungjawabnya sebagai pemilah berkas-berkas yang akan diarsipkan.

Lisa mendekati meja Putri dan memberi senyuman yang tak dapat dilukiskan.
“Siapa dia? Wajahnya tetap tampan meski bajunya seperti orang pengantar paket.”
Tanya Lisa yang diikuti gelak tawa Putri.
”Hahahag memang nggak salah sih disebut pengantar paket, dia Revan bagian dari tim pengarsipan. Sepertinya dia habis dari gudang seperti katamu, baju mereka memang tidak sebebas kita di tim kreatif.”
Lisa manggut-manggut mendengar penjelasan Putri.
“Apa kamu dekat dengannya? Atau jangan-jangan...”
“Hentikan imajinasi liarmu, aku dan Revan hanya sebatas teman karena saling berkesinambungan.”

Lisa tampak bengong mendengar Putri menggunakan bahasa yang sedikit membuatnya geli.
Lisa bangkit dari sudut meja Putri kembali ketempat duduknya.
Tanpa sengaja matanya kembali menatap Monik yang ternyata juga lagi memandangi dirinya.
Anjirrrr! Lisa langsung buru-buru buang muka setelah Monik memberi tatapan tajam kearahnya.

Surel baru masuk dari Revan dan dengan sigap Putri membukanya.
“Maaf, kantor kami kena sidak dadakan. Jadi semua orang sibuk.”
Putri tersenyum dan membalas surel dari Revan.
“Okey.. seperti katamu aku akan dapat traktiran ramyoen.”
Tring!
"Siap. Mohon bantuannya.”
Setelah Putri mengabaikan pesan terakhir dari Revan dirinya langsung disibukan oleh berkas-berkas sekardus didepannya.
Pria itu tetap meminta tolong dengan sopan meski sebenarnya itu juga bagian tanggungjawab dari Putri.
Dia memang tampan seperti kata Lisa, batin Putri.
Dia memiliki suara yang seksi juga..
Putri menggeleng-geleng kepalanya karna fokusnya terbagi memikirkan Revan.

Maybe A PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang