Prolog

38 1 0
                                    

Langit sore itu tampak suram, seolah turut berduka bersama Sekar yang baru saja kehilangan ayahnya. Hujan rintik-rintik membasahi bumi, menambah keheningan yang menyelimuti suasana pemakaman. Sekar berdiri di samping peti jenazah ayahnya dengan mata yang basah oleh air mata. Tangan kecilnya menggenggam erat tangan ibunya, mencari rasa aman di tengah-tengah lautan duka yang menghampirinya.

Ayahnya adalah pahlawan dalam hidupnya, seorang yang selalu ada untuk mendukung dan mencintainya tanpa syarat. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam yang mengubah hidup Sekar selamanya. Di usia yang begitu muda, Sekar harus menghadapi kenyataan pahit yang mengguncang dunia kecilnya. Ia tidak sepenuhnya memahami apa arti kematian, tetapi merasakan kehilangan yang begitu mendalam. Setiap malam, Sekar menangis dalam diam di kamarnya, merindukan suara lembut ayahnya yang membacakan dongeng sebelum tidur, pelukan hangat yang selalu membuatnya merasa aman.

Kehilangan ini membuat Sekar menutup diri dari dunia, menjadi pribadi yang pendiam dan penuh kehampaan. Setiap sudut rumah mengingatkan Sekar pada ayahnya. Sudut tempat ayahnya biasa duduk membaca koran, ruang tamu di mana mereka sering bermain bersama, semuanya kini terasa kosong dan dingin. Sekar sering kali duduk sendirian di sudut rumah, membayangkan ayahnya masih ada di sana, tersenyum kepadanya.

Ibunya juga merasakan kesedihan yang mendalam, tetapi ia berusaha kuat demi Sekar. Ia menjadi satu-satunya sumber kekuatan dan penghiburan bagi putrinya. "Kita harus kuat, Sekar," katanya sambil memeluk putrinya erat. "Ayahmu ingin kita bahagia dan melanjutkan hidup kita dengan baik." Kata-kata ibunya memberikan sedikit ketenangan bagi Sekar, tetapi rasa kehilangan itu tetap menghantui hatinya.

Sekar mulai mengalami gejala-gejala aneh yang mengganggu pikirannya. Suara-suara aneh sering kali terdengar di kepalanya, membisikkan hal-hal yang membuatnya merasa takut dan terancam. Terkadang, ia melihat bayangan-bayangan yang tidak nyata, membuatnya sulit membedakan antara kenyataan dan ilusi. Setiap kali gejala-gejala itu muncul, Sekar merasa ketakutan yang luar biasa. Ia merasa dikejar oleh bayangan-bayangan gelap yang terus menghantuinya.

Ibunya, yang khawatir dengan kondisi Sekar, memutuskan untuk mencari bantuan medis. Mereka pergi ke RS Krakatau Medika, tempat Sekar didiagnosis dengan skizofrenia paranoid. Dokter menjelaskan bahwa penyakit ini adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi dan delusi. Mendengar vonis ini, Sekar dan ibunya merasa hancur. Mereka berharap ada harapan untuk kesembuhan, namun dokter menyatakan bahwa penyakit ini tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikelola.

Sekar merasakan ketakutan yang mendalam. Ia merasa seperti terperangkap dalam tubuhnya sendiri, tidak mampu melarikan diri dari suara-suara yang terus menghantuinya. Malam-malam Sekar sering diwarnai dengan teriakan dan tangisan. Ia merasa dikejar oleh bayangan-bayangan yang menakutkan, membuatnya sulit tidur. Ibunya selalu berada di sampingnya, memeluknya erat dan berusaha menenangkannya. Meskipun hati ibunya hancur melihat penderitaan putrinya, ia tetap berusaha kuat demi Sekar.

Namun, di tengah kegelapan itu, ada seberkas cahaya yang terus bersinar. Dukungan dan kasih sayang tanpa henti dari ibunya menjadi pijakan bagi Sekar untuk bertahan. Setiap hari adalah perjuangan bagi mereka berdua, tetapi mereka tidak pernah menyerah. Sekar mulai menemukan pelipur lara dalam hal-hal sederhana seperti membaca buku, menulis jurnal, dan berkebun. Kegiatan-kegiatan ini memberinya rasa ketenangan dan kebahagiaan kecil di tengah gejolak yang terus menghantuinya.

Sekar menyadari bahwa hidupnya penuh dengan tantangan, tetapi ia juga memiliki banyak hal yang bisa disyukuri. Ia memiliki ibu yang penuh kasih, teman-teman yang mendukung, dan kegiatan-kegiatan yang memberinya kebahagiaan. Dengan dukungan dari ibunya dan orang-orang di sekitarnya, Sekar berusaha menjalani hidupnya dengan sebaik mungkin, menemukan kekuatan dalam dukungan dan cinta yang mengelilinginya.

Meskipun menghadapi banyak rintangan, Sekar tidak pernah menyerah. Ia belajar menerima keadaannya dan menjalani hari-harinya dengan penuh keberanian. Perjalanan hidupnya adalah kisah tentang ketabahan, perjuangan, dan pencarian makna kebahagiaan sejati. Sekar menemukan bahwa meskipun hidup penuh dengan kegelapan, masih ada cahaya yang bisa ditemukan, jika kita berani mencarinya dan tidak pernah menyerah.

*****

Cahaya dalam KegelapanWhere stories live. Discover now