Setelah sukses dengan peluncuran bukunya, Sekar merasa energi baru yang membara dalam hidupnya. Ia mulai menerima undangan untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara dan seminar tentang kesehatan mental. Setiap kali ia berbicara, ia membawa pesan tentang keberanian, harapan, dan pentingnya dukungan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Di satu seminar, Sekar bertemu dengan seorang psikolog muda bernama Dr. Maya, yang tertarik dengan pendekatan holistik Sekar dalam mengelola skizofrenianya. Mereka mulai berdiskusi dan berbagi ide tentang bagaimana kesehatan mental bisa dikelola secara komprehensif, melibatkan aspek-aspek fisik, emosional, dan spiritual.
Dr. Maya mengundang Sekar untuk berkolaborasi dalam workshop kesehatan mental yang diadakannya di kota. Bersama-sama, mereka mengembangkan program untuk membantu individu dengan gangguan mental mengelola stres, meningkatkan kualitas hidup, dan membangun dukungan sosial yang kuat. Inisiatif ini menjadi tonggak penting dalam karir Sekar sebagai advokat kesehatan mental.
Sementara itu, kebun Sekar terus menjadi pusat ketenangan dan refleksi. Dia dan Budi sering kali mengadakan sesi kebun bersama, di mana mereka tidak hanya merawat tanaman tetapi juga berbagi cerita dan harapan. Kebun mereka menjadi tempat bagi banyak orang dalam komunitas untuk berkumpul dan menyegarkan pikiran.
Setiap hari, Sekar juga melanjutkan penulisan, tidak hanya untuk menceritakan perjalanannya sendiri tetapi juga untuk mengangkat suara bagi mereka yang masih merasa tidak didengar. Tulisannya dipublikasikan di berbagai platform online, dan ia menerima surat dari pembaca yang terinspirasi oleh kata-katanya.
Pada suatu hari, Sekar menerima undangan untuk mengunjungi sebuah sekolah di daerah pinggiran kota. Dia diundang untuk berbicara kepada siswa-siswa tentang kesehatan mental, menghapus stigma, dan membangun kesadaran akan pentingnya perawatan diri. Di sana, ia bertemu dengan seorang remaja bernama Rama, yang menghadapi tantangan serupa dalam hidupnya.
"Saya sangat terinspirasi oleh ceritamu, Mbak Sekar," kata Rama dengan mata berbinar. "Saya juga memiliki impian untuk menulis dan berbagi pengalaman saya dengan dunia."
Sekar tersenyum. "Saya yakin kamu bisa, Rama. Setiap dari kita memiliki suara yang berharga untuk didengar."
Bersama dengan Rama dan para siswa lainnya, Sekar berbicara tentang pentingnya menerima diri sendiri dan mencari bantuan ketika dibutuhkan. Mereka berdiskusi tentang berbagai cara untuk menjaga kesehatan mental, mulai dari olahraga dan meditasi hingga mengekspresikan diri melalui seni dan tulisan.
Setelah kunjungannya ke sekolah, Sekar merasa bahwa misinya untuk menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mental semakin mendalam. Dia memutuskan untuk mengembangkan program pendidikan di komunitasnya, bekerja sama dengan Dr. Maya dan Budi untuk menciptakan ruang aman bagi pembicaraan terbuka dan dukungan.
Dengan setiap langkah yang diambilnya, Sekar merasa hidupnya semakin bermakna. Dia tidak lagi melihat skizofrenia sebagai belenggu, tetapi sebagai bagian dari perjalanan yang membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan penuh kasih.
"Dan perjalanan Sekar pun berlanjut, dengan harapan dan inspirasi untuk masa depan yang lebih baik."
*****
YOU ARE READING
Cahaya dalam Kegelapan
Non-FictionSekar, seorang perempuan yang kehilangan ayahnya di usia dini, tumbuh dengan penyakit skizofrenia paranoid. Keterpurukannya semakin mendalam setelah mendengar vonis dokter bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh. Dalam kesendiriannya, ia merasa dirinya...