3 - Manik Zamrud

542 113 125
                                    

Kamu menyimpan sisa makanan yang belum habis itu di dalam kulkas. Lalu menyadari bahwa lemari es itu penuh dengan makanan sisa milikmu yang belum habis sejak beberapa hari yang lalu.

Kamu pun mengambil beberapa yang dirasa sudah tak enak lagi. Lalu membuangnya ke tong sampah. 

Solar yang baru sampai di dapur dan menyadari kamu tengah membuang sisa makanan yang sudah basi di kulkas itu, lantas berkomentar dengan mimik jijik. "Jorok sekali, meninggalkan makanan basi di kulkas selama berhari-hari."

Kamu mengendikkan bahu. "Kupikir akan ada yang membuangnya setelah dua hari masih ada di kulkas."

Solar membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng. Ia membuka dan meminumnya. Baru menjawab pertanyaanmu lagi. "Kupikir kakak suka makanan basi."

Celaan yang membuatmu memutar mata dan Solar hanya tertawa remeh. Ia lantas meminum lagi minuman kalengnya hingga habis dan membuangnya di tempat sampah. 

"Ais kemarin hampir akan memakannya. Tapi Blaze mencegahnya dan bilang mungkin kakak akan memakannya lagi." Pemuda itu berjalan menjauh, keluar dari dapur. Namun, ketika sampai di pintu, ia bersuara lagi. "Aku yakin kakak sudah paham dengan posisi kakak di rumah ini, kan? Kakak tidak perlu bersusah payah bertingkah normal lagi."

Kamu meneguk ludah. Menatap diam punggung Solar yang masih diam di ambang pintu dapur. Pemuda itu juga sama-sama diam. Memegang tiang pintu dengan erat.

"Apa maksudmu, Solar?"

Mendengar dirimu yang bertanya seperti itu. Justru membuat Solar tertawa terbahak-bahak dan memegang perutnya. 

Bukannya kamu tidak mengerti mengapa Solar berkata demikian. Karena alasan yang sama juga membuatmu harus mengguyur pakaianmu perlahan-lahan tanpa sepengetahuan mereka bertujuh. 

Solar mengetahui hal tersebut pun bukan sesuatu yang mengejutkan. Kamu sudah menduga-duga bahwa anak bungsu ini akan berpikir demikian. Sejak fakta bahwa dirimu adalah seorang mata-mata dari aliansi ilegal itu terungkap. Dan kembalinya dirimu adalah sesuatu yang dianggap mustahil.

Jika bukan karena Amato yang mencari dirimu ke seluruh penjuru tempat. Bahkan menghentikanmu untuk membunuh lebih banyak orang karena jawaban yang tak kamu temukan. Serta pada akhirnya membawamu kembali ke titik awal.

"Mengapa tertawa?"

Solar menoleh ke arahmu. Melirik melalui ekor mata. Manik silvernya yang tertutupi lensa kacamata. Dan kantung mata yang selalu ada. Sosok Solar yang dulunya cuma bisa menutup dunia luar dan tidak peduli dengan apapun.

Setelah ia membuka matanya hari itu. Ia mempelajari segalanya.

"Kakak pikir, apa hanya ada satu kamera yang ada malam itu?"

Kamu tertegun. Mengernyit dengan ekspresi marah. 

"Kamu yang pasang?"

"Tidak," sanggahnya. "Aku cuma membiarkan itu ada di sana."

"Mengapa?"

Solar mengangkat bahunya. 

Pemuda itu membalikkan tubuhnya. Menghadap lurus ke arahmu. Menaruh jari telunjuk di depan bibirnya sambil tersenyum tipis. "Hanya kak Taufan yang tahu kebenarannya."

Taufan?

Padahal, orang yang paling kamu percaya di rumah saat ini adalah lelaki itu. Ia dan senyum tulusnya yang menyapa dan tidak bertindak mencurigakan. Jawaban polosnya yang membuatmu yakin.

Apa bisa seseorang seperti itu membohongimu yang adalah seorang mata-mata sejak usia muda?

"Apa kau sedang meng-kambinghitamkan orang lain?" ketusmu. 

『 Save Them 2  』 BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang