Sepulang sekolah Relin masih menunggu jemputan Dari tadi ia terus menunggu hingga jam sudah menunjukkan jam 17:00 Sudah dipastikan ia tidak dijemput hari ini karna pasti ayahnya lupa atau sengaja tidak menjemputnya.
" Kalau jalan kaki pasti nyampe rumahnya habis maghrib, nih," gumamnya. Tapi tidak ada pilihan lain lagi selain jalan kaki, ingin memesan grab tapi ia tidak punya uang sepeser pun.
"Yaudah deh, jalan kaki aja," Relin berjalan meninggalkan halte sekolah,ia berjalan menuju kerumahnya.
Di tengah jalan tiba-tiba deru motor terdengar ditelinga Relin, motor itu berhenti di dekat dirinya berjalan.
"Naik," perintahnya.
Relin sudah tau cowok itu adalah Raivan.
"Ngaa usah, duluan aja,"tolaknya dengan pelan,merasa tidak enak pada Raivan.
"Gue seret lo lama lama," timpal Rainer masih dengan muka datarnya.
"Ya-yaudah," Relin lalu naik ke motor Rainer, jujur saja ia sangat gugup,apalagi rasanya seperti mimpi bisa memb- onceng Rainer.
Walaupun ia menyukai Rainer sejak ia kelas 10 tapi ia tidak terlalu menaruh harapan lebih pada Rainer, karna Relin merasa sangat tidak pantas jika menyukai cowok seperti Rainer, mempunyai keluarga yang harmonis, keluargannya adalah keluarga terpandang, mempunyai teman-teman yang sangat sayang padanya, apalagi semua orang di sekitarnya yang sangat menganggapnya ada. Sungguh jauh terbalik dengan Relin.
Di sepanjang perjalanan, mereka hanya diam tidak ada yang membuka pembicaraan, Relin merasa sangat berterimakasih kepada Rainer, andai saja tidak ada cowok itu pasti ia belum sampai di rumah.
"Makasih yaa Rai udah mau nolongin gue," ucap Relin dengan senyum.
"Yaa," balas Rainer singkat, padat, dan jalas.
"Masuk dulu Rai, pasti lo capek,"
"Gausah, makasih," jawabnya.
"Gue cabut dulu," lanjutnya.
"Hati -hati dijalan," ucap Relin.
tidak ada sahutan dari cowok itu, Rainer langsung menancap gas motornya lalu pergi dari rumah Relin.
"BISA APA ?? BISA JATUH CINTA BENERAN GUE LAMA LAMA KALO KAYAK GINI," seru Relin.
Relin membuka pintu rumahnya. Di sofa ruang tamu sudah ada ayahnya, memandang Relin dengan tatapan tidak suka.
"Habis dari mana aja kamu hah, udah berani ya sekarang jalan sama cowok," ketus ayah Relin
"Gak kemana-mana, pulang sekolah langsung kerumah Relin ga mampir-mampir, cuma tadi ada temen Relin yang nebengin pas Relin jalan kaki," jawab Relin dengan sabar.
"Halah alesan aja bisanya, kapan sihh kamu bisa cari uang buat ayah kamu hah, bisanya cuma nyusahin doang," timpalnya.
"Tunggu aku selesai sekolah dulu ya yah, Relin janji setelah lulus SMA Relin bakalan cari kerjaan," ucapnya.
"Terserah kamu, ayah capek ngurusin hidup kamu.Mending ayah judi daripada ngurusin anak gak berguna kayak kamu," Ucap ayah Relin, lalu pergi meninggalkannya.
Relin yang sudah terbiasa dengan makian yang diberikan ayahnya itu hanya bisa bersabar. Setelah ibunya bercerai dengan ayah Relin sejak 3 tahun yang lalu ia tidak bisa bertemu dengan ibunya, karna ibunya lebih memilih tiggal bersama keluarga barunya.
Di malam hari Relin melamun di depan jendela kamarnya, memperhatikan pohon-pohon yang bergerak karna angin.
Relin berharap hidupnya bahagia suatu saat nanti, sungguh ia sangat lelah dengan semuannya, hidup tanpa ibu disisinya, ayah yang selalu menyepelekannya, saudara -saudarannya yang tidak pernah meganggap Relin ada.
Terkadang Relin menerima luka batin maupun fisik yang diberikan ayahnya. Relin terkadang dijadikan pelampiasan amarah ayahnya, mungkin karna ayahnya kalah judi, ataupun masalah-masalah lainnya. Tamparan hingga pukulan yang diterimanya. Relin tetap sabar, ia tidak pernah marah maupun membalas perlakuan ayahnya. Yang ia pikir hanya mungkin ayahnya butuh pelampiasan.
Dulu keluarganya sangat harmonis, apapun yang Relin inginkan pasti akan diberikan kasih sayang yang ayah dan ibunya berikan sangatlah ia rindukan, karna Relin anak satu-satunya ia sangat dimanja. Sungguh Relin merindukan masa-masa jaya keluarganya.
"Gimana ya kabar ibu sekarang," gumamnya sambil memperhatikan pohon-pohon yang bergerak.
Relin tidak pernah tau kabar ibunya lagi sejak 1 tahun yang lalu pasalnya nomornya sudah di blokir.
"Andai ibu tau gimana Relin jalani hari-hari tanpa ibu, Relin kangen pelukan ibu, kangen masakan ibu, kangen kita kumpul bareng-bareng lagi, kangen senyuman ibu, kangen keluarga kita yang dulu buu," ucap Relin sambil menahan isaknya.
"Pasti ibu udah bahagia sama keluarga barunya, jadi aku ga boleh sedih, kan ibu udah bahagia. Disini aku berdoa buu, Semoga ibu selalu bahagia, dan semoga ibu ga bakalan lupain aku sebagai anaknya," ucapnya sambil menangis lirih.
Ibu adalah sebenar yang aku inginkan
Tapi ibu sudah pergi ke rumah yang lainRumah baru yang dibina dengan penuh
kebahagiaan bersama orang lain.~Relin Anala~
jangan lupa vote yaa, kalo masih ada salah /typo tolong tandain, makasihh yang udah mau baca cerita akuu . Sampai jumpa di bab selanjutnya 👋💗
KAMU SEDANG MEMBACA
RELIN ANALA
Teen FictionRelin, Gadis yang sangat ceria, cantik,dan baik hati. Gadis itu sangat menyayangi orang-orang di sekitarnya, walaupun entah bagaimana orang lain menganggapnya.