𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏

528 76 13
                                    


ABAD ke lima belas.
 

Princess Winter Kim berjalan melewati pasar seperti biasa setiap hari Sabtu, jubah hitam menutupi pakaiannya, tudung menutupi rambut blonde dan sebagian dahinya.

Mata birunya tertuju pada sepasang anak yang sedang duduk di lantai, penampilan fisiknya kurang bagus, badan dan pakaiannya kotor total. Winter melihat sekeliling dan menyadari bagaimana orang-orang memandang mereka dengan jijik.
 

Anak-anak itu sekarat karena kelaparan, dan mereka tidak melakukan apa-apa?
 

Winter mendekati sebuah kios yang menjual roti dan apel.

"Bisakah kamu memberiku satu kilo apel dan roti?" Sang Princess bertanya dengan ramah, pria yang datang menghampirinya mengangguk dan memasukkan apa yang dia minta ke dalam tas, itu diserahkan kepadanya dan Winter membayarnya dengan dua koin emas.

"Ini sangat banyak, Nak." kata pria itu agak kaget, Princess bermata biru itu malah tersenyum.

"Jangan khawatir, kamu bisa menyimpan kembaliannya." Winter berbalik dan dengan malu-malu mendekati anak-anak yang kelaparan tadi.

Salah satu anak kecil yang tampak lebih tua memandangnya dengan rasa tidak percaya dan sedikit takut, lalu memeluk anak yang lebih muda dengan sikap protektif. Sang Princess merasa hatinya hancur melihat reaksi itu.

"Halo." Winter menyapa dengan nada rendah dan lembut agar mereka tidak takut. Dia berjongkok di depan mereka perlahan dan meletakkan tas makanan di sebelah mereka.

Anak-anak mengangguk malu-malu, dan Winter tersenyum manis, mengeluarkan sepotong roti dari tas dan menawarkannya kepada si bungsu yang dengan senang hati menerimanya, dia bisa melihat bagaimana matanya bersinar ketika dia mencicipi sepotong roti itu. Sang Princess meletakkan tas itu di depan mereka, berharap keduanya yang tersisa bisa makan dan itu tidak butuh waktu lama untuk terjadi.

Setelah beberapa saat memperhatikan bagaimana mereka makan, yang terkecil dari ketiganya memasukkan tangan kecilnya ke dalam tas, mengeluarkan sebuah apel dan menawarkannya kepada Winter.

"Tidak, aku membawakannya untukmu." Sang Princess langsung menolaknya.

"Kamu adalah Tuan Putri, bukan?" Yang tertua berbicara untuk pertama kalinya, menatap Winter dengan seksama. Sang Princess menaruh salah satu jarinya di bibir sebagai tanda bahwa dia akan menjaga rahasianya.

"Bagaimana kamu tau itu? Kamu terlalu kecil untuk mengetahui siapa aku."

"Ayah kami bekerja di istana, dia adalah bagian dari penjaga dan dia selalu memberi tau kami bahwa Tuan Putri sangat lembut dan baik hati, dan hanya keluarga kerajaan yang memiliki mata berwarna itu... biru seperti laut." puji anak tersebut sambil menunjuk ke arah mata Winter.

Winter menelan ludahnya, jika ayah anak-anak itu bekerja sebagai penjaga istana berarti dia telah meninggal, karena dalam perang terakhir tidak ada yang selamat.

"Jadi benar kamu adalah Tuan Putri yang diberkati oleh Dewi Fortuna? Itukah sebabnya semua yang berdarah bangsawan memiliki warna mata seperti itu?" sahut yang terkecil sambil mendekati wajahnya dan memperhatikan permata biru Winter dengan cermat.

 

"IBLIS TELAH DATANG!" teriak seorang wanita yang ketakutan, Winter tampak bingung ketika orang-orang mulai berlari dan bersembunyi.
 

Siapa iblis itu?
 

Anak-anak tersebut segera memasuki sebuah rumah kecil yang ditinggalkan, yang tertua berbisik sebelum bersembunyi. "Bajak laut, kamu harus pergi Tuan Putri." Dan Winter tersesat dalam kegelapan.

𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐢𝐫𝐚𝐭𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang