𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟑

349 72 11
                                    


BAJAK laut itu perlahan mulai mundur dari tatapan penuh amarah kaptennya.

"Orang berikutnya yang berani meninggikan suaranya kepada Tuan Putri atau berani untuk tidak menghormatinya dengan cara apa pun, aku tidak akan ragu untuk membuangnya ke laut." Karina mengancam, menatap mereka semua untuk terakhir kalinya dan pergi bersama Giselle yang mengejarnya.

Semua orang tetap diam.

Winter menggigit bibirnya dan pergi menyusul Karina, dinginnya malam menerpa wajahnya hingga membuatnya merinding. "Anu.. Ah! Karina!" panggilnya, meninggikan suaranya.

Karina berhenti dan berbalik. "Tuan Putri.." bajak laut itu menyilangkan tangannya di belakang punggungnya, menatapnya, menunggu dengan sabar. "Apa kamu menginginkan sesuatu?"

Winter memandangnya dengan aneh.
 

Dimana bajak laut kurang ajar itu?
 

Sang Princess tidak suka cara Karina memperlakukannya, untuk pertama kalinya seseorang tidak memperlakukannya selayaknya seorang Tuan Putri dan dia menyukainya. Karena itulah bajak laut itu menarik perhatiannya.

"Aku hanya ingin berterima kasih karena telah membelaku," Winter menatap kakinya, merasakan wajahnya memerah.

"Tidak perlu berterima kasih apa pun, aku hanya berusaha untuk tidak mendapat masalah. Tahukah kamu, bajak laut mempunyai sifat mudah marah."

"Kapan aku bisa kembali ke negaraku?" Winter berseru, melihat bagaimana bajak laut itu mengatupkan rahangnya.

"Apa yang barusan kuceritakan padamu tentang bajak laut yang pemarah?" Karina berusaha tidak terdengar marah.

"Aku tau betul bahwa mereka adalah orang barbar yang pemarah, tapi aku tidak bisa disalahkan untuk itu." Winter mengangkat bahunya, pura-pura tidak bersalah.

Giselle ingin tertawa mendengar lelucon itu tetapi dia tetap serius, dan itu sangat sulit baginya.

"Apakah kami orang barbar? Begitukah mereka menyebut kami? Aku pikir mereka menyebut kami bajak laut.. kedengarannya jauh lebih baik." Karina perlahan mendekat sampai dia berada di depan Sang Princess.

Winter merasakan nafas bajak laut itu mengenai keningnya, dia mendongak karena bajak laut itu beberapa sentimeter lebih tinggi darinya.

"Barbarian, kapan aku bisa kembali ke negaraku?" Winter bertanya lagi dengan suara rendah, agak ragu-ragu.

Mata bajak laut itu dipenuhi dengan nafsu. "Kamu akan kembali jika aku sudah puas denganmu."

Mereka berdua saling memandang selama beberapa detik sebelum memutuskan kontak mata karena suara batuk yang dibuat-buat.

"Kapten, aku pikir akan lebih baik bagiku untuk pergi dari sini."

"Kamu boleh pergi, terima kasih Giselle."

Bajak laut bermata hijau itu menatap Winter. "Permisi.. Tuan Putri," Giselle membungkuk dengan geli dan pergi.

"Aku sangat mengantuk. Di mana aku akan tidur?" Winter berkata membuat bajak laut itu menatapnya dan senyum miring muncul di wajahnya.

"Jika kamu tidak keberatan, bersamaku." Karina mengangkat kedua alisnya.

"Tentu saja kamu akan tidur di lantai." Karina mulai berjalan ke ruang utama. "Maaf mengecewakanmu, manis. Tapi sayangnya aku tidak tidur di mana pun selain tempat tidurku. Jika kamu merasa tidak nyaman kamu bisa berbaring di lantai." Karina melepaskan bajunya dan mulai melepas celananya.

Winter menatapnya dengan gugup. "Hanya saja aku tidak terbiasa tidur dengan siapa pun."

"Itu bukan masalahku." Karina menatapnya, setelah mengganti bajunya dengan crop top lalu mengganti celana bajak lautnya dengan celana boxer. Itu terlalu ketat, membuat sebuah tonjolan terlihat di antara selangkangannya.

𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐢𝐫𝐚𝐭𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang