2; Echoes of Serendipity

136 18 3
                                    

3 Tahun lalu, dari sekian banyaknya tempat yang ada di bumi, Rumah sakit menjadi tempat yang dipilih semesta untuk menjadi saksi bisu pertemuan pertama Gun dan Off.

Kala itu Gun mengalami kecelakaan ringan di tempat syuting yang mengharuskannya dilarikan ke Rumah Sakit. Peristiwa yang membuat Gun merasa sial justru langsung terpatahkan saat netranya tanpa sengaja menangkap objek indah di taman Rumah Sakit.

Senyum yang awalnya melengkung kebawa itu perlahan naik, menciptakan senyum indah dengan kedua lesung pipi pada wajah cantiknya.

Disana, di antara banyaknya pasien Rumah Sakit yang tengah bersantai di taman, netra Gun terpaku pada sesosok pria jangkung dengan kulit seputih susu. Ia tampak asik bermain dengan beberapa bocah lugu, menciptakan tawa yang mampu membuat siapa saja yang mendengarnya ikut bahagia.

Gun tak pernah menyangka pertemuan itu mampu menggetarkan hatinya yang sudah lama mati rasa. Pada saat itu juga Gun menyadari bahwa ia sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta pada pria asing yang bahkan tak mengetahui kehadirannya, tak dapat melihat bagaimana rupanya, tak dapat melihat bagaimana tatapan matanya saat menatap wajah Off.

Dengan keberanian yang tak seberapa Gun mendekati Off lebih dulu, saling bertukar nama dan berkenalan dengan ramah. Bahkan saat itu Gun langsung berkenalan juga dengan Orang Tua Off yang menjaga Off dari kejauhan.

Gun tak pernah melihat kekurangan dari diri Off, ia benar-benar mencintai Off dengan tulus. Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa ia menyesal telah jatuh cinta pada seseorang yang tak bisa melihat isi dunia lewat mata indahnya.

"Kau sedang menatapku?" tanya Off pada Gun.

Kini mereka tengah menikmati waktu berdua di taman belakang rumah Off. Duduk dibawah pohon sembari menikmati semilir angin pagi yang berhembus lembut menyisir rerumputan hias yang sedang mereka pijak.

"Aw p'Off bagaimana kau bisa mengetahuinya?" rajuk Gun tak terima kala kekasihnya memergoki dirinya.

"Aku bisa merasakannya sayang" tutur Off lembut sambil mengelus wajah Gun.

"Kau tersenyum?" tanya Off lagi kala merasakan lesung pipi Gun.

"Kau selalu tahu apa yang sedang aku lakukan" gumam Gun yang membuat Off tersenyum.

"Aku membayangkan bagaimana rasanya bisa melihat lesung cantik ini di kedua pipimu, menatap indahnya bola matamu yang tak pernah bosan memujaku" lirih Off yang membuat Gun langsung menurunkan senyumannya.

"Jika suatu saat nanti kau menemukan donor mata, apa kau akan tetap setia padaku p'Off? apa kau akan tetap mencintaiku seperti ini? atau kau malah berpaling pada makhluk tuhan yang lebih indah dariku?" resah Gun tak nyaman.

"Tentu saja tidak sayang, jika suatu saat nanti aku bisa melihat kembali, maka orang pertama yang ingin aku temui adalah dirimu. Aku ingin melihat kekasihku ini, melihat bagaimana cantiknya wajahmu seperti yang sering Mae ceritakan padaku, melihat bagaimana lesung pipi ini timbul kala kau tersenyum. Bahkan sekalipun aku bertemu dengan orang lain, aku berani bertaruh bahwa hatiku hanya akan aku berikan padamu, sayang. Kau tau aku sangat mencintaimu lebih dari yang kau tau" jelas Off yang mampu membuat air mata Gun lolos membasahi pipinya.

Gun terisak, menggenggam tangan Off yang ada di wajahnya dengan kuat, kerutan imajiner tercipta pada dahi Off, menunjukkan bahwa pria itu tengah khawatir.

"Aku menangis bukan karena sedih p'Off, tapi aku terharu mendengar kalimat indah mu yang kau ucapkan padaku, dan aku berharap kau tak pernah mengingkari hal itu" lirih Gun dengan nafasnya yang tersengal karena tangis.

Gun memeluk Off erat, seolah tak ingin melepaskannya. Sedangkan Off dengan senyum tipisnya membelai punggung Gun yang bergetar. Mulutnya tak henti melontarkan kata-kata penenang untuk sang kekasih.

"Cukup sayang, kau sudah banyak menangis dari semalam. Aku tak ingin jika matamu membengkak dan membuatmu kesulitan untuk melakukan syuting hari ini"

"Maafkan aku--"

"Tidak, jangan meminta maaf hanya karena kau menangis. Tangisan adalah salah satu bentuk dari emosi jadi tidak apa-apa untuk mengungkapkannya"

Perlahan Gun melepaskan pelukannya dari Off, mengangguk mengiyakan pernyataan Off. Dari semalam Gun memang banyak menangis, karena setelah kejadian di rumahnya, Gun memutuskan untuk pergi menemui Off di rumahnya.

Off yang mengetahui kedatangan Gun di tengah malam tentu khawatir dan keheranan. Karena biasanya jika Gun datang di waktu yang tidak wajar maka ada sesuatu hal buruk yang terjadi.

Namun malam itu Gun tak menceritakan sebab ia datang menemui Off malam-malam. Gun hanya mengatakan bahwa ia ingin dipeluk oleh Off semalaman hingga tertidur.

Off tanpa banyak bertanya memeluk Gun dan tidur bersama, meskipun dalam benaknya Off ingin sekali bertanya mengapa.

Bahkan hingga pagi ini Gun tak mengatakan alasannya menangis semalam. Dan Off juga tak ingin menyinggungnya dan membiarkan Gun bercerita saat dirinya sudah siap.

"Off, Gun, sarapan sudah siap, ayo kita makan bersama" ibu Off datang dari balik pintu, menghampiri dua sejoli yang tengah memadu kasih.

"Gun apa kau menangis lagi? ada apa? apa terjadi sesuatu?" cerca ibu Off khawatir

Gun menggeleng menenangkan "Tidak apa-apa Mae, kami hanya sedang mengobrol ringan dan anakmu ini membuatku menangis karena terharu akan ucapannya padaku"

"Memangnya Off mengatakan apa, Gun?" kepo ibu Off

"Aku tadi hanya mengatakan jika rumput yang sedang kita injak ini sedang menangis kesakitan karena injakan yang kita berikan padanya" canda Off yang membuat ibu Off mendengus kesal.

"Anak ini, bisa serius tidak si?!" dengus ibu Off sambil memukul pelan lengan anaknya.

"Duh jangan serius-serius Ma, karena orang di sebelahku ini belum siap aku seriusin"

"P'OFF!" pekik Gun terkejut akan kalimat yang Off lontarkan.

"Namaku sayang" balas Off tak merasa bersalah.

"Hoih sudah-sudah, lebih baik sekarang kita masuk kedalam karena Pho sudah menunggu kita. Dan Nirin sepertinya sudah merengek karena kelaparan" lerai ibu Off

"Loh, Nirin disini?" kaget Gun

"Iya Gun, mereka baru saja datang saat kalian pergi kesini tadi" jelas ibu Off yang membuat Gun tersenyum sumringah.

"Oh astaga aku sangat merindukan Nirin"

Gun tiba-tiba saja berlari masuk kedalam rumah, melupakan jika kekasihnya dan ibu Off masih berada di taman menatap keheranan pada Gun.

"Dia pergi tanpaku?" cengoh Off tak percaya

Ibu Off hanya berdehem sambil menahan tawa.

"Mae? apa-apaan itu tadi? apa dia meninggalkan dan melupakanku karena bocah kecil yang masih belum pandai berbicara itu?"

"Off tolong berhentilah mendramatisir, Gun hanya sedang menyapa calon keponakannya" ibu Off memutar bola matanya jengah.

"Tapi dia meninggalkanku Mae!" Seru Off tak terima.

"Sudahlah ayo kita menyusul Gun, daripada kau terus-terusan mengeluh disini"

Ibu Off menuntun Off untuk masuk kedalam rumah, dengan Off yang masih sibuk mencibir tindakan Gun padanya barusan. Ia masih tak dapat menerima fakta bahwa baru saja dirinya ditinggalkan oleh sang kekasih yang katanya mencintainya namun dengan mudahnya meninggalkannya demi ponakan perempuannya yang baru saja datang pada pagi ini.

Jika Off bisa, mungkin saat ini dia sudah menulis list nama orang-orang yang harus ia waspadai.

Untuk sementara list nya berisi nama 2 orang saja yaitu :
1. Oab
2. Nirin

Tolong untuk nama-nama yang tertera pada list tersebut segera menjauhi Gun atau jika tidak, Off akan mengejarnya sampai ujung dunia sekalipun.

~~~






TBC

My Eye On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang