Selamat Membaca
👁👁
Busung_Pocong***
"Aku ndak tau apa yang tadi dimaksud Mbak Mayang, dia menyuruhku agar ndak menggoda Bang Samsul. Padahal, aku ndak menggoda siapa pun Simah. Setelah meninggalnya Bang Umar, aku berusaha untuk memperbaiki diri. Apalagi mencoba menggoda, itu ndak mungkin."
Segerombolan pohon pisang tampak daunnya melambai terembus angin, teratur bergerak lalu berhenti setelah angin berlalu.
Simah duduk di amben depan rumah, jemari kaki kanannya bergerak terus sembari netra menatap jauh ke depan. Dia memikirkan cerita Narsih tadi, kemudian mendengkus dengan bibir tipis menyeringai.
Agaknya hati gadis itu sedang dalam keadaan baik. Entah maksudnya apa, melihat keadaan Narsih yang begitu seolah menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.
Dari dalam, Irul keluar. Berjalan santai, lalu berhenti di samping Simah. Sembari melahap tempe goreng, dia memerhatikan sang adik yang tampak melamun. "Ngapain kamu, jangan bilang lagi mikirin Umar."
"Maksudmu opo, sih, Mas!" Simah menatap Irul kesal, raut wajahnya menandakan tidak terima dengan perkataan yang dilontarkan sang kakak.
"Ndak ada maksud apa-apa, aku tadi cuma ngarang saja."
"Ora lucu, ngerti," sahut Simah, kemudian kembali menatap pohon pisang di seberang jalan.
Irul yang mendengar itu terkekeh, kemudian kembali berkata, "yang lebih ndak lucu itu, kamu masih menyimpan perasaan sama Umar. Ingat, Simah. Umar sudah meninggal, apalagi dia suami temanmu sendiri."
"Opo se, Mas. Ojo ngerusui masalahku, kurang penggawean!"
(Apa, sih, Mas. Jangan ikut campur masalahku, kurang kerjaan!)Simah menatap kepergian Irul, dia mendengkus lalu terkekeh pelan. Apa yang dikatakan kakaknya cukup melukai hati, dia merasa sang kakak terlalu ikut campur masalah pribadinya.
Terserah ketika dirinya menyukai seseorang, tidak ada yang melarang hal itu terjadi. Meskipun orang yang disukai sudah dimiliki orang lain, Simah tetap membiarkan perasaannya mengalir sampai sekarang.
Tidak wajar memang, tetapi gadis itu sudah terlanjur memberikan hatinya untuk Umar. Sesuatu yang keterlaluan memang tidaklah baik, Simah paham, sayangnya dia tetap abai.
***
Azan maghrib berkumandang keras, Narsih siap dengan mukenah. Dia menutup pintu, bersiap menuju musalah yang jaraknya hanya beberapa langkah.
Tidak lama kemudian Wati berlari kecil, dia memanggil Narsih membuat langkah wanita itu melambat.
"Ada apa, Mbak Wat?"
Wati memerhatikan raut wajah Narsih sebelum bertanya, "Kamu ndak apa-apa, to, Nar?"
"Endak," jawab Narsih menggeleng. "Ada apa memangnya Mbak?"
"Oh, ndak ada, kok. Ya, sudah, ayo cepetan Nar, keburu komat."
Narsih mengangguk, sedangkan Wati menghela napas pelan. Dia sempat ingin bertanya mengenai sesuatu yang terjadi tadi, tetapi diurungkan mengingat sekarang mereka menuju musalah.
Wanita itu sempat mendengar cerita buruk mengenai Narsih di sawah, tentang kelakuan buruk istri dari almarhum sepupunya yang ketahuan menggoda laki-laki.
Wati tidak percaya, dia mengelak juga menjelaskan jika Narsih tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu.
Namun, beberapa warga tetap percaya, apalagi ada yang tau jika Narsih sempat berboncengan dengan Samsul.
"Sini Nar," panggil Simah.
Narsih tersenyum, dia menggelar sajadah tepat di samping kiri Simah.
Mendengar Simah memanggil Narsih, beberapa orang dari saf depan menoleh ke belakang. Dia memerhatikan wanita itu dengan pandangan merendahkan.
"Ndak tau malu, dasar."
"Iyo, ketok e alim, dadakne bekenyek. Padahal, yo, jek tas ditinggal bojone mati, loh."
(Iya, kelihatannya alim, ternyata busuk. Padahal, ya, baru saja ditinggal suaminya meninggal)Narsih terdiam mendengar perkataan mereka, dia berusaha untuk tidak memikirkan itu secara berlarut-larut. Walaupun tau jika kata-kata kasar tersebut ditujukan pada dirinya.
Hatinya sakit mendapatkan cemoohan dari tetangganya, tetapi dia tidak takut karena tidak melakukan perbuatan buruk itu.
"Sabar Nar, jangan dengar omongan mereka."
Narsih mengangguk, dia menatap Simah yang tampak tulus menenangkannya.
"Kamu percaya sama aku kan, Simah?"
"Insya Allah, tuduhan mereka tidak mendasar. Aku bisa bantu menjelaskan kepada mereka soal ini," ungkap Simah.
***
👁👁
Busung_Pocong
Jejak kalian yang aku nantikan, rek!
![](https://img.wattpad.com/cover/366402046-288-k955623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Busung Pocong
RandomAkibat dendam orang-orang di sekitarnya, Narsih--janda muda dusun Witrandu dipaksa melakukan sumpah pocong. Apa yang terjadi sebenarnya? #Horror #Misteri Busung Pocong asli karangan Air_hujan127. Dilarang keras untuk meniru, sebagai bentuk apresia...