Chapter-3

7 2 0
                                    

"Orang-orang hanya menilai sesuatu sesuai kejadian yang dilihatnya, padahal belum tentu itu yang sebenarnya."

"Apa salahku? Apa salahku hingga aku tidak pernah lepas dari perbuatan bullying?"

Claudia Oceanna Veroile

"Bahkan seorang guru-pun bisa mem-bully muridnya sendiri sesuai apa yang dilihat dan didengarnya."

Ardiaz Xavier Adhitama

___
Happy Reading
–––––
.
.
.
.
.

☁️☁️☁️

"Claudia?" Arlan menepuk-nepuk pelan pipi Claudia yang terlihat tidak sadarkan diri. Dengan perasaan yang terkejut dan juga ada sedikit rasa bersalah, ia segera menggendong tubuh basah milik Claudia menuju ke UKS ala Brydal Style.

"Lan! Tu anak mau lo bawa kemana!?" Tanya salah seorang siswa dengan sedikit berteriak.

Sedangkan sang empu yang diteriaki hanya fokus pada satu hal. Claudia. Yang kini masih berada di gendongannya. Jarak UKS dari kelas memang cukup jauh, karena kelas mereka berada diujung sedangkan UKS berada di lantai dua ujung. (Serba ujung, ya)

Setelah berjalan, sedikit berlari selama kurang lebih tiga menit, kini Arlan telah sampai di depan UKS. Untung saja saat ini UKS tidak dikunci, jadi tidak usah susah-susah mengambil kunci di kantor guru.

Ceklek!

Suara pintu UKS yang dibuka terdengar sedikit nyaring, namun tidak mengalihkan atensi para manusia yang berada di dalamnya. Ada beberapa siswa yang bermain handphone di UKS sambil tidur-tiduran, sontak menimbulkan amarah dalam diri Arlan, namun ia masih bisa menahannya dan bisa membicarakannya dengan baik.

"Ekhem!" Arlan berusaha menyadarkan mereka dengan berdehem sedikit keras.

Sontak, kelima siswa tersebut menoleh kearah sumber suara. Tampak seorang laki-laki dengan Hoodie hitam tengah menggendong perempuan yang pingsan. Mereka semua yang mengerti maksud Arlan pun segera keluar dari UKS.

Sesaat setelah kelima anak itu keluar, Arlan segera mem-baring-kan Claudia di salah satu brangkar, setelahnya, ia menutup pintu UKS dan menguncinya.

"Eunghh..." Tubuh Claudia bergerak tidak nyaman di atas brangkar, membuat Arlan segera mendekatinya dan menggenggam tangan hangat milik Claudia.

Tak berselang lama, kini kedua mata indah milik Claudia terbuka, namun masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina-nya. "Langit-langit?" Tanya Claudia bingung, bukannya tadi sebelum pingsan, dihadapannya itu dada bidang seorang laki-laki? Kenapa sekarang menjadi langit-langit?

"Clau..." Panggil Arlan pelan berusaha menenangkan Claudia yangs sepertinya bergelut dengan pikirannya sendiri. Tangannya sedari tadi tak ia lepaskan dari tangan milik Claudia.

"Hah?" Beo Claudia.

Setelahnya, ia mengalihkan pandangannya dan menemukan sosok laki-laki yang tadi mendekapnya, kini pandangannya tertuju pada tangannya yang tengah digenggam oleh Arlan.

Sontak, ia menarik paksa tangannya dan dengan cepat mengubah posisinya menjadi duduk. Begitu terkejutnya Claudia melihat keberadaan Arlan yang sedang duduk disamping brangkar yang ia tempati.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Claudia engan sorot mata yang memandangi pintu UKS, ingin segera keluar dari ruangan berbau obat tersebut.

Arlan hanya tersenyum menanggapinya, senyum lebar yang menurut Claudia menyeramkan. Claudia tidak pernah diberi senyum selebar itu, neneknya saja jarang tersenyum selebar itu padanya, tapi kenapa lelaki itu tersenyum lebar karahnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang