Sekarang masih pukul 6 sore, Ryusei sudah pulang ke rumahnya sendiri dan meninggalkan Rin sendirian di rumah.
Dia membersihkan rumah mulai dari mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai. Dan setelah semua selesai Rin bermain mobil remote yang di belikan oleh tetangganya tadi di ruang tamu.
Rin begitu asik bermain sendiri sehingga terkejut ketika tiba tiba ada yang masuk kedalam rumah.
"Loh, kakak sudah pulang?" ternyata itu adalah kakak nya, Sae.
Sae tampak kacau pada hari ini. Rambut acak acakan, pakaian berantakan, dan mata panda nya yang tampak jelas sekali.
Sae terlihat sangat lelah, pikirannya kacau. Entah apa yang membuat nya seperti ini Rin langsung saja mengambil air di dapur dan memberikannya kepada Sae yang sedang istirahat di Sofa.
"Kakak kenapa?" tanya Rin sembari menyimpan mobil remote miliknya.
"Punya siapa itu?" nada yang terkesan datar itu membuat Rin terkejut dan menoleh, "Ini punya Rin, kak," jawab Rin seadanya.
"Punya uang dari mana kamu? nyolong?" sae sedikit menaikan oktaf nadanya membuat Rin sedikit takut dan bingung.
"Enggak, kak ini dari Kak Ryusei tadi beliin buat Rin," ucap Rin dengan sedikit gagap.
"Kenapa dia beliin buat kamu? kamu minta minta ya sama dia? bikin malu aja kamu. Mentang mentang kakak ga bisa beliin kamu mainan itu terus kamu minta ke Ryusei, iya?!" rin tidak mengerti kenapa kakaknya sangat marah kepadanya.
"Enggak kak-"
"Berapa itu, biar kakak bayar ke dia." belum selesai Rin menjelaskan perkataannya sudah di potong oleh Sae.
Rin menundukkan kepala, matanya sedikit berkaca kaca tapi dia tidak boleh menangis karena sudah membuat janji dengan Ryusei tadi siang.
"Rin tadi denger di kasir harganya 300 ribu," perkataan itu sukses membuat wajah Sae semakin menggelap.
"Kamu nih minta minta di ajarin siapa sih?! sampe 300 ribu gitu, emang kamu pikir murah?" sae langsung beranjak dari sana meninggal Rin yang sudah terisak.
Sae mendatangi rumah Ryusei dengan amarah yang masih ada di kepala, ia menekan bel rumah dan tak lama Ryusei keluar dari kediamannya.
"Ini duit buat mainannya Rin, lain kali kalo dia minta minta ga usah di kasih." ryusei jelas bingung, baru membuka pintu sudah di sodorkan uang 300 ribu.
"Tunggu, kenapa nih lu marah marah gini," niatnya Ryusei menenangkan Sae tapi sepertinya mood Sae hari ini sangat berantakan.
"Cepet ambil uangnya!" sae sedikit membentak Ryusei.
"Ga usah di balikin, gua sengaja beliin itu karena gua kalah tanding bola tadi, dan udah di sepakatin dari awal juga masa hadiah buat rin gua ambil lagi yang ada ntar gua celaka tuh kayak mitos mitos jaman dulu," jelas Ryusei dengan santai supaya tidak ada ketegangan diantara mereka.
"Dia ga bilang kalo kalian tanding bola," suara Sae sedikit merendah.
"Emang dia bilang apa?" sae sedikit menggeleng, "Dia ga bilang apa apa, gua langsung ngebentak dia terus langsung kesini," sae menghela napas kasar.
Ryusei yang mengetahui bahwa temannya ini sedang tudak baik baik saja langsung menyuruh nya masuk kedalam rumah.
"Lu kenapa? lu keliatan berantakan banget buset," tanya Ryusei yang melihat Sae memijat keningnya sendiri.
"Gua di pecat, gua bingung kenapa orang suka banget ngejatohin gua? ngefitnah gua? gua salah apa sih, Ryu? gua di pecat terus suruh ganti rugi tentang apa yang gua sama sekali ga ngerti. Coba aja gantinya itu seratus dua ratu ribu lah ini sejuta anjing duit darimana?! gua dari kemarin banting tulang buat biaya Rin sekolah malah sekarang suruh ganti rugi, belum lagi Om gua yang selalu mintain gua uang buat biaya pengobatan anaknya, ga sekali dua kali Ryu, gua cape. Setiap gua nolak pasti Rin di ancem terus setiap kali gua tanyain anaknya sakit apa gamau kasih tau, sebenarnya takdir ini mainin gua ga sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji di Ujung Waktu || Itoshi Brothers
Short StoryKarakter milik Muneyuki Kaneshiro dan Yūsuke Nomura. Bagaimana cerita seorang anak yang baru menginjak usia 16 tahun harus berjuang tanpa orang tua demi membahagiakan sang adik tercinta? Apakah takdir akan berpihak kepadanya atau malah mempersulit...