Suasana mencekam malam hari, terjadi di pinggiran kota Tokyo. Seorang perempuan berlari menghindari serangan kutukan yang terlalu besar dan kuat untuk dirinya. Kaki perempuan tersebut perlahan melambat seiring tenaganya habis.
Kutukan tersebut tertawa melihat penyihir jujutsu hampir mati didepannya. Perempuan tersebut memegang kepalanya yang berdarah, akibat benturan keras yang ia alami tadi. Setidaknya, sampai penyihir kelas khusus datang, dirinya harus menahan kutukan tersebut agar tidak mendekati desa terdekat.
"Hah...hah.... bertahanlah y/n." Y/n penyihir kelas 2 berhenti berlari dan berbalik menghadapi kutukan. Tangannya mengeluarkan tongkat sabit dan maju menyerang kutukan. Kutukan tersebut tertawa keras dan dalam sekali pukulan, tubuh y/n terhempas ke udara. Mata y/n melebar, ketika melihat kutukan tersebut membuka mulutnya menunjukkan gigi tajam yang siap mengoyak tubuhnya. y/n sudah lelah, dirinya menutup mata dan bersiap dilahap oleh kutukan.
Hampir 10 detik y/n menutup mata. Tidak ada rasa sakit yang ia rasakan, melainkan dirinya mendengar suara detak jantung di telinganya. Y/n memberanikan diri membuka matanya dan melihat kutukan tersebut mulai menghilang.
"Gadis kecil, kau tidak apa ?" Y/n melihat siapa yang membunuhnya dan ternyata itu adalah salah satu penyihir kelas khusus bernama Gojo Satoru, yang terkenal hampir di kalangan penyihir. Muka y/n memerah ketika dirinya sadar sedang di gendong oleh Gojo. "Gadis kecil, apa kau ketakutan hingga tidak mau bicara ?" Gojo kebingungan melihat gadis yang ia gendong hanya diam.
"Ahh.. itu.. aku...tidak apa, makasih sudah menolong." Gojo hanya mengangguk dan mulai berjalan, masih dalam kondisi menggendong y/n. "Eh, ano... aku bisa jalan sendiri !"
"Yakin ? Apa kau tidak lihat kondisi kakimu dan kepalamu ?" Y/n tersadar akan kondisinya dan akhirnya memilih diam dengan wajah malu. Gojo hanya terkekeh sembari melanjutkan perjalanan menuju Shoko, dokter Jujutsu.
.
.
.
"Kenapa kau luka – luka lagi y/n ?" Shoko mengomeli y/n yang bertindak berlebihan dalam misinya.
"Tadi, saat aku selesai dengan misiku, tiba – tiba ada kutukan tinggi berlari menuju desa. Jadi aku mengejarnya dan hanya menahannya." Y/n sedikit meringis ketika Shoko mengobati lengannya. "Bukankah kau bersama penyihir kelas 1, kemana mereka !" Shoko menatap y/n meminta jawaban. Y/n hanya menunduk dan membuang muka. Shoko marah dan dirinya menggenggam erat pisau bedahnya.
"Sudah kuduga, kau di tinggal lagi y/n !" Shoko mengambil perban dan mulai memperban y/n. y/n hanya menunduk dan tidak ingin berbicara apapun. "Akan kulaporkan tindakan mereka kepada para petinggi, sekarang kau harus istirahat jangan mengambil misi apapun sampai kau benar – benar pulih." Shoko menaruh pisau bedah di gelas bening yang berubah menjadi merah darah.
"Di tinggal ? Jadi sebelumnya kau misi berkelompok lalu di tinggal begitu saja ?" Gojo berdiri di sudut ruangan sambil melipat tangannya. Tadinya Gojo akan langsung meninggalkan perempuan tersebut, namun entah kenapa dirinya kaget ketika Shoko memarahi perempuan tersebut.
"Ini bukan yang pertama dirinya di tinggal sendirian !" Shoko mengomel lagi sambil mencuci tangannya. "Sekarang kau kembali ke tempatmu dan istirahat." Y/n mengangguk dan berdiri perlahan, namun sebelum pergi ke kamarnya, y/n berhenti di depan Gojo.
"Ano, makasih sudah menyelamatkanku." Y/n membungkuk sebagai ucapan terima kasih.
"Tidak masalah gadis kecil, kebetulan aku hanya jalan – jalan disana dan mendengar suara teriakan keputusasaan." Ucap Gojo sedikit mengejek penyihir lemah di depannya. Y/n tersenyum lalu pamit meninggalkan Gojo dan Shoko di ruangan kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE (GOJO SATORU X READER)
FanfictionHanya satu pertemuan, hidupku berubah 180 derajat. Awalnya aku selalu sendirian, kini dirinya selalu bersamaku. Dia memberiku kehidupan baru di kala hidupku monoton. Dia menyayangiku dan mencintaiku setiap saat. Dia melindungku dari tiap bahaya. ...