6. Pertengkaran

503 63 18
                                    

Hai👋👋Happy reading💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai👋👋
Happy reading💛

***

Gemerlap cahaya bintang yang biasanya menghiasi langit malam kini bersembunyi di balik awan. Kini Atlanta sedang membaca buku yang di berikan papanya beberapa waktu lalu, dengan segelas coklat hangat yang menemaninya. Nampaknya dia mulai bosan dengan bacaannya, melihat jam yang tertempel di kamarnya, baru pukul 20.05.

Diambilnya ponsel, lalu mengirim pesan ke Darren.

Atlanta.
Bang ke tempat biasa, ajakin yang lain juga.

Darren
Tumben amat ngajak nongkrong, kebetulan kita udah pada ngumpul dari tadi, ada samudra juga.

Atlanta.
Ok, gue otw bang.

Disimpannya ponsel kedalam saku celananya, menghabiskan segelas coklat hangat sebelum beranjak mengambil jaket dan kunci motor. Suara dering ponsel pertanda pesan masuk menghentikan langkahnya, dilihatnya ternyata pesan dari sang bunda.

Bunda
Atlanta temui bunda di ruang keluarga sekarang.

Hanya Atlanta baca tanpa berniat membalas, kemudian melanjutkan langkahnya untuk menemui sang bunda.

Dilihatnya sang bunda yang duduk di sofa ruang keluarga dengan majalah di tangannya membuatnya ikut duduk di sofa yang bersebrang dengan bundanya.

"Kenapa bun?." Tanyanya tanpa berbasa basi.

"Kamu sudah bunda daftarkan lomba piano untuk hari kamis, lombanya kurang dari seminggu lagi, maka lebih giatlah dalam berlatih."

Rahang Atlanta mengeras "Bun harus berapa kali aku bilang, aku gak mau ikut lomba piano atau semacamnya" Tolak Atlanta.

"Untuk apa bunda mengajarimu piano selama ini jika kamu sama sekali tidak mau memperlihatkan ke orang lain Atlanta" Teriak marah sang bunda.

"Bunda tidak mau tau, kamu harus tetap mengikutinya, begitupun untuk setelahnya"

"Bunda jangan egois, sesekali dengarkan apa kemauan Atlanta bun, jangan terus paksa aku untuk ngelakuin apa yang gak aku suka" Marahnya.

"Kamu bunda besarkan untuk jadi seorang pianis Atlanta!!!, maka turuti keinginan bunda atau bunda akan jadikan Dia sebagai penggantimu" Marahnya penuh ancaman.

Gigi Atlanta bergemelatuk, kedua tangannya terkepal erat, atlanta berdiri dari duduknya. "BUNDA BERHENTI UNTUK MENJADIKANNYA SEBAGAI BAHAN UNTUK MENGANCAMKU, BIARKAN DIA HIDUP TENANG, JANGAN PERNAH MENGGANGGUNYA, TIDAK KAH CUKUP BAGI BUNDA UNTUK MENGENDALIKANKU SAJA SELAMA INI?" Atlanta berteriak dengan mengeluarkan semua amarahnya. Kali ini dia tak bisa mengontrol emosinya.

Plak!!!

Wajah Atlanta ikut tertoleh setelah mendapatkan tamparan dari sang bunda. Ini bukan kali pertama dia menerima tamparan dari sang bunda. Rasa sakit di pipinya tak sesakit apa yang ada di dadanya.

SPUTNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang