1

32 1 0
                                    

Kita bertemu, tapi bukan berarti kita ditakdirkan kan?
...

6 bulan yang lalu, aku mengikuti kegiatan natal arsitektur yang diselenggarakan di gedung Pancasila. Seseorang yang bertugas sebagai penyambut tamu mengarahkan kami ke sebuah bangku, yang kami ikuti saja arahan nya.

Ini the real nonton bioskop berkedok natalan. Aku terkekeh pelan, dimana cahaya hanya terfokus ke panggung dan bangku penonton gelap agar cahaya lampu sorot tadi dapat menjalankan tugasnya. Saat sampai di bangku yang tadi di arahkan oleh kakak-kakak tadi, aku sempat terpaku.

Cowok!

Keberuntungan apa yang aku peroleh sehingga natal kali ini boleh duduk berdampingan sama cowok walaupun tanpa di rencanakan. Gloria sudah sibuk menyikut lenganku sambil berbisik-bisik bising sekali.

"Et dah Ris, akhirnya. Sekian lama akhirnya Riska boleh duduk sama cowok." Bisik nya sekalian menghina sih ini. Aku meliriknya datar, apa maksudnya cok, jangan karna aku jomlo dari lahir bukan berarti aku ngga pernah duduk sampingan sama cowok ya.

"Kali ini jangan di sia-siakan Ris. Ingat kau udah semester tua, jan sampe ngga ada yang ngasih bunga pas kau seminar. Ingat janji kita."

Aku menghela nafas pelan. Tanpa cowok juga bisa kali aku beli buket bunga doang. Aku kembali meliriknya dengan datar lalu mataku bergerak-gerak seolah membilangkan, 'jangan ribut, acaranya udah mulai.'

Tapi ya temanku ini memang tidak peka atau bahkan sengaja, supaya aku segera melepas masa jomlo ku ini. Kami yang sudah duduk di bangku kami masing-masing mulai memfokuskan ke acara di depan dan mulai menikmati acara.

"Tapi ganteng ris. Kali ini pasti cocok deh sama mu. Siapa tau kan, berkat doa novenamu di kabulkan Tuhan hari ini juga." Senggolnya lagi lengan ku sambil berbisik. Tapi kali ini bisikan nya agak kuat, kebetulan pula memang lagi nunggu peserta koor naik panggung jadi suara Gloria lolos tanpa seleksi suara lain.

Aku makin segan nih sama abang yang disamping ku, kelihatan kayak risih gitu, apalagi si gloria ini tanpa tahu malu, di memfoto dong. Gila ni anak!

"Woi!" Panggil ku pelan,

"Jan buat malu dong, stay cool, ini ngga lingkungan kita." Sambung Ku lagi.

Setelah itu kami fokus kembali ke acara natalnya, ini benar-benar anak arsitektur, karena semua interiornya dibuat dengan sangat aesthetic. Aku beneran takjub sama pohon natal mereka yang sangat indah. Hingga pada saat malam Kudus, kami yang sedang menunggu antrian lilin, tapi karena lama, Abang di samping ku ini mengeluarkan mancisnya dan menyodorkan lilinnya ke padaku. Aku pun segera menyalakan lilin ku dan mengucapkan terimakasih. Saat itulah aku bisa melihat wajahnya, iya benar. Ganteng.

Tuhan please, yang ini jangan gagal lagi. Pekik ku dalam hati.

Komunikasi kami ternyata tidak selesai sampai disana, sewaktu salam damai dia kembali menyodorkan tangan nya dan itu interaksi skin ship pertama kami. Tangan nya lembut, lebih besar dari tangan ku, ngga putih-putih amat, ngga hitam-hitam kali juga. Sepertinya aku suka sama tangannya itu.

Hahhahahah

Aku akui, aku tuh orangnya gampang jatuh hati. Gampang jatuh cinta. Bahkan hal sepele yang di lakukan cowok sekalipun bisa membuat seorang Riska jatuh hati. Aku mudah baper, aku juga suka yang romantis-romantis. Dan laki-laki di samping ku itu, memenuhi semua penjelasan di atas.

Selesai acara natal, aku dan Gloria memutuskan untuk pulang. Padahal masih ada acara hiburan di panggung, namun aku minta pulang, karena ya pastinya udah bosan. Cowok yang di samping ku tadi sudah keluar duluan, dan entah kemana perginya.

Aku mengajak Gloria sebentar untuk berfoto di foto booth yang telah di sediakan oleh panitia natal, dan kembali lagi aku menatap takjub sama dekorasi nya. Cantik. Aku suka.

Setelah puas berfoto-foto, aku dan Gloria pun keluar dari gelanggang tempat acara natal berlangsung.

"Kak," seseorang memanggil kami dari belakang. Kami pun berbalik, dan kalian tahu? Cowok yang tadi dong.

Mau apa? Mau kenalan ya? Xixixixi

Gloria udah ngode-ngode dari matanya. Dan aku baru sadar kalau foto yang di dalam gelanggang tadi sudah di share nya di grup stambuk kami, maka pecahlah notifikasi hp ku malam itu. Semuanya penuh dengan kata, akhirnya...

Apa sih, kayak cuman aku aja yang jomlo di stambuk itu.

"Boleh kenalan ngga kak?" Tanya nya yang dengan sigap Gloria tanggapi.

"Oh boleh dong. Aku Gloria, ini teman ku namanya Riska. Dia jomlo dari lahir, belum punya pdkt'an dan lagi nyari pacar."

Makjang Gloria! Aku menatapnya dengan nyalang. Mulut ya, ya ampun. Aku malu kali sumpah.

Dengan tatapan tajam ke Gloria, aku ikut bersalaman dengan abang-abang tadi. Respon nya?

Dia cuman terkekeh lalu izin untuk kembali ke kumpulan teman-temannya. Tersisa aku yang menahan malunya. "Nggak gitu juga lah cok. Masa mau nyomblangin temannya kayak gitu," keluh ku di perjalanan kami pulang.

"Gak papa Ris. Feeling ku kalian jodoh loh, jarang-jarang nih aku punya firasat kayak gitu," sahutnya tanpa dosa.

"Dari pada kau nunggu-nunggu Federik yang jelas-jelas udah punya pacar dan nggak suka sama mu, kenapa ngga nyari yang ini aja, yang udah kelihatan tertariknya sama mu," lanjutnya lagi.

"Nanti kayak yang kemarin-kemarin, awalnya aja penasaran, sisanya jadi penonton story wasap doang."

"Ya makanya yang ini jangan disia-siakan lagi cintaaa." Gloria menatap seperti prihatin.

Aku mendengus sambil mengerucutkan bibirku. Namun tetap mengamini dalam hati. Semoga yang ini tidak sama kayak yang lain, semoga yang ini lebih dari sekedar penonton story wasap.

***

6 bulan kemudian kami bertemu lagi, tanpa sengaja lagi. Tapi kali ini, kami bersuara agak lama, saling memperkenalkan diri kami masing-masing kembali lalu bertukar nomor telepon. Cerita kami di mulai dari sini, dari yang tidak sengaja. Pokoknya banyak kata tidak sengaja di cerita kami.

Aku yang mau cepat-cepat melepas masa jomlo ku akibat suruhan dari teman pula berlanjut dia yang juga datang dengan alasan pribadinya. Kemudian memulai sebuah hubungan yang sangat aku harapkan tapi tidak tahu dia mengharapkan ini juga apa tidak.

Aku tidak tahu, bagaimana akhir dari cerita kami. Kalau kata Gloria mah,
"Ris, kau jatuh, kau kalah." Tapi ini bukan tentang jatuh dari kereta, jatuh dari pohon, jatuh dari ketinggian, jatuh kali ini lebih sakit dan tidak berbekas tapi memberikan luka yang amat dalam.

Ya semoga saja sakitnya tidak separah itu, atau kalau bisa, walaupun sakit tapi langsung di obati. Eakk.

Ini kisah asmara pertama ku, kayaknya seru, iya aku pastikan ini seru.

To be continue

La la Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang