The World of Shinobi: Chapter 2

14 1 2
                                    

Naruto merasa dia melayang di udara. Itu terasa nyaman untuknya, beberapa saat yang lalu tubuhnya sekarat. Kesakitan, penderitaan, kesedihan, semua terasa oleh batin dan tubuhnya.

Namun sekarang dia merasa seakan keadaan beberapa saat yang lalu hilang. Digantikan perasaan nyaman saat dia melayang.

Apakah ini kematian, jika kematian terasa senyaman ini, mungkin sejak lama dia seharusnya berhenti berjuang.

Ya, Uzumaki Naruto, Pahlawan dari Desa Konoha. Begitulah orang-orang memanggilnya.

Padahal dia hanya ingin orang-orang mengakuinya. Mengakui dirinya yang hanya seorang anak. Tapi hanya menjadi Pahlawan orang-orang bisa mengenalnya, mengakuinya. Maka dia menjadi pahlawan.

Dia sudah lelah,

Kematian ini sangat nyaman, dia ingin terus berada disini-

Bocah sadarlah-!

Naruto terkejut, kesadarannya terangkat. Dia membuka matanya dan hanya kekosongan yang dilihatnya dan dia merasa kesulitan bernafas. Dia meronta-ronta untuk bernafas mencari udara, tapi tampaknya tempat itu tidak memeliki udara untuk dia bernafas.

Kenapa sangat menyakitkan jika dia sudah mati! Padahal tadi dia sangat nyaman! Suara keras tadi membangunkannya dan sekarang dia merasa kesakitan. Dan untuk waktu yang mungkin beberapa menit namun terasa seperti lama sekali. Kegelapan menguasainya.

.
.
.
.

Naruto tersentak dari tidurnya terduduk. Tangan memegang dadanya nafas nya memburu, dia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mengisi paru-paru nya yang seperti tidak ada udara didalamnya.

Setelah pernafasannya sedikit stabil, dia mulai memindai sekelilingnya. Tempat tidur dan seprai usang, dinding dengan cat yang luntur, cup ramen yang bertebaran di lantai, tikus yang sesekali mengintip dari lubang didinding. Tidak salah lagi, dia berada diapartemen lamanya.

Memeriksa tubuhnya, dia tampak jauh lebih kecil. Sialan, dia berubah jadi anak kecil lagi. Apa yang terjadi. Pikirannya masih belum bisa mengingat semuanya.

Lalu, seakan tersadar karena menjadi kecil lagi. Naruto tanpa sadar memegang perutnya.

"Jangan-jangan......"

Kesedihan dan kerinduan memenuhi dirinya. Rasa sakit saat kehilangan sahabat dalam dirinya kembali teringat. Air mata mulai keluar dari matanya. Dan Naruto menangis penuh kesengsaraan tanpa suara sambil memegang perutnya.
.
.
.
.

Naruto terlihat berjalan disepanjang terowongan seperti selokan dengan air semata kaki. Terdengar gemericik air saat dia melangkah ke ujung terowongan.

Setelah menangis tersedu-sedu, dia langsung memberanikan diri mulai meditasi dan masuk kedalam mindscape miliknya. Seperti yang diingatnya, itu adalah terowongan seperti selokan saat dia masih kecil.

Ketika sampai diujung, ruangan besar dengan jeruji menjulang tinggi ada dihadapannya. Jantungnya berdegub kencang, dia gugup.

"Ku- Kurama"

Dia memanggil tak yakin ke penjara dihadapannya. Dia menunggu, penjara itu sunyi. Dia menunggu, hati nya gelisah. Bagaimana, bagaimana jika rubah itu tidak ada. Bagaimana jika hanya dia yang kembali jadi anak kecil dan rubah itu tidak ikut kembali karena sudah di ambil klan Ootsuki.

Pikiran-pikiran negatif terus memenuhi kepalanya saat ruanganan itu tetap hening. Naruto mulai kesakitan, hatinya semakin perih dengan keheningan penjara itu. Mungkin karena tubuh anak kecilnya dia jdi susah mengendalikan emosinya saat ini.

Sesaat dia akan mulai menangis karena tidak ada sahabatnya. Dia mendengar suara besar dalam dan berat dari rubah.

"Bocah"

A Tempus Spirit : Universe Travel RecordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang