002: Rasa yang sama

20 6 11
                                    

Terkadang yang menyebabkan perpisahan bukan hanya perselingkuhan saja, namun ada banyak hal yang menjadi penyebabnya.

Salah satunya adalah kabar.
Jangan suka menyepelekan sebuah kabar ya gais apalagi buat kalian kaum lelaki, karena biasanya perempuan suka diberi kabar walau hanya satu chat, tapi itu sangat berarti bagi dia yang selalu ingin tau kehidupanmu, sama seperti aku😹.

Happy reading gais🧡🌷


___________________

"Permisi, spada beb."

Alissa meringis malu ketika banyak orang menoleh ke arahnya dan Alfia, sungguh rasanya dirinya ingin tenggelam detik ini juga.

Nampaknya saat pembagian urat malu, sahabatnya ini memilih absen di karenakan mager.

Di sana, di dekat kasir berdiri seorang laki-laki, dengan senyum tipisnya dia melayani beberapa pelanggan yang hendak membayar.

Tidak ada yang spesial dari laki-laki itu, namun sepertinya senyuman tipis itu mampu mengalihkan seluruh dunia gadis yang saat ini sedang menatapnya penuh kagum.

"Cakep ya Cing," ucap Alfia, tepat di dekat telinga Alissa membuat sang empu reflek menarik rambut Alfia karena gemas dengan sahabatnya ini, saking gemasnya dirinya sampai berfikiran untuk membunuh anak tunggal ini.

"Cakep sih tapi sayang ya tinggi banget temboknya. Move on lah ege, lu ngapain ngarepin dia yang jelas-jelas udah gak bisa di ajak melangkah bersama," sambung Alfia, membuat wajah Alissa semakin muram.

"Udah tau, gak usah kau perjelas sayton!" seru Alissa, lalu berjalan lebih dulu menuju tempat laki-laki itu berada.

Sembari menahan rasa nervous nya, Alissa memanggil laki-laki itu.

"Mas Dan, mau pesan yang seperti biasa satu box aja ya," ucap Alissa, menahan diri untuk tidak tersenyum.

Daniel namanya, laki-laki yang mampu membuat gadis petakilan banyak tingkah seperti Alissa jatuh cinta.

Senyuman manis itu tercetak jelas di wajah Daniel membuat Alissa sedikit menaikkan alisnya.

"Ngapain senyum-senyum gitu, mau tebar pesona ya? Udah tua Mas jangan kebanyakan tingkah," seru Alissa, dengan senyumnya yang mendadak menjadi jutek.

"Udah tua bukannya tobat malah makin jadi. Iya tau, situ cakep banyak fansnya, tapi biasa aja kali senyumnya gak usah sok kecakepan gitu," gumam Alissa, lalu memutar bola matanya malas.

Alfia menyenggol pelan bahu Alissa, membuat sang empu menoleh. "Lu ngapain sewot gitu sih? Yang senyum Daniel, yang punya bibir Daniel, ngapa jadi lu yang kepanasan. Selow aja anying, lu bukan lagi ceweknya sis, eh lupa belum sempet jadian ya."

Alfia tertawa terbahak-bahak setelah berhasil meledek partner kerjanya itu, membuat Alissa meliriknya tajam. Keduanya sedikit canggung, pasalnya Daniel malah menatap mereka berdua dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Jangan makan manis terlalu banyak Al, nanti perutmu sakit. Bukannya tadi pagi sudah makan yang manis-manis ya?"

Alissa meringis malu, pasalnya donat yang dibelikan Daniel tadi pagi habis tak tersisa dimakan oleh Alfia.

"Emm, tadi pagi makan cuma satu kok. Kan harus berbagi sama teman kerja yang lainnya juga," ucap Alissa.

Daniel tersenyum lebar lalu mengusap puncak kepala Alissa lembut, bahkan sangat lembut membuat sang empu tertegun.

"Tunggu dulu sebentar ya, donatnya masih di proses. Duduk dulu Al, kasihan kaki kamu nanti sakit," ucap Daniel, sembari melanjutkan pekerjaannya.

Alissa mengangguk lalu mengambil duduk di kursi kosong yang berada tepat di depan Daniel.

"Ya tuhan, jika saja perbedaan ini tidak akan menjadi masalah di kemudian hari, mungkin hamba sudah nekat untuk menerima lamarannya waktu itu," ucap lirih Alissa di dalam hatinya, merenungi kembali nasib kisah cintanya yang harus kandas padahal belum sempat memulai apapun.

Alissa menghembuskan nafas panjang, lalu melirik Alfia yang sedang anteng memainkan ponselnya.

Dirinya tidak bisa bermain ponsel seperti Alfia, di karenakan sifatnya yang sangat pelupa membuat handphone kesayangannya itu tertinggal di rumah Alfia.

Alissa tersentak ketika Daniel sudah berdiri di sampingnya sembari mengulurkan handphone milik laki-laki itu untuk di pinjam Alissa sekedar menghilangkan rasa bosan karena menunggu.

"Terima kasih Mas," ucap Alissa tulus, sembari menampilkan senyuman manisnya.

"Mas," panggil Alfia, membuat Daniel dan Alissa menoleh serentak.

"Lu gak ada niatan Log-in ya? Capek gue liatin lu berdua bucin mulu tapi gak bisa pacaran. Log-in buruan Mas biar bisa nikah sama ni bocah," sambung Alfia, enteng tanpa beban.

Daniel menanggapinya dengan tawa kecil, berbeda dengan Alissa yang langsung mendengus kesal.

"Saya mencintai Alissa tanpa berharap balasan apapun, sebab saya tau mencintai dia yang berbeda dengan saya hanya akan membuat keduanya jatuh terlalu dalam. Oleh karena itu saya membebaskan Alissa dengan dunianya, tanpa terikat apapun dengan saya," jawab Daniel, sembari menatap Alissa dengan tatapan tulus.

"Log-in gampang kok Mas, sini deh saya bantuin. Bismillah dulu Mas, bismill.. auu gila lu ya."

Alissa menendang tulang kering Alfia membuat sang empu menatapnya tajam sambil mengelus bagian yang di tendang oleh Alissa.

"Makanya jangan ngoceh terus," sahut Alissa, santai sambil mengedikkan bahu acuh seolah tak peduli dengan sahabatnya yang mengerang kesakitan akibat ulahnya.

"Udah Mas gak usah di dengerin ucapannya Alfia, emang rada ngeselin manusianya."

Daniel tersenyum menanggapinya. "Iya Al, saya gak tersinggung kok cuma kepikiran saja sedikit."

"Kepikiran soal apa?" tanya Alissa, penasaran.

"Kepikiran bagaimana caranya menikah dengan perbedaan sebesar ini."

Jawaban Daniel membuat Alissa menatapnya sendu. "Mas, plis jangan dibahas terus ya. Kita berdua udah gak ada jalan lagi, jadi lebih baik kamu cari bahagiamu sendiri."

Alissa berdiri lalu mengembalikan handphone milik Daniel kepada pemiliknya, kemudian dirinya berlari meninggalkan Daniel dan Alfia, terpaksa Alfia harus membayar pesanan donat milik Alissa.

"Tuhan, tidak adakah jalan lain untuk kami berdua?" ucapnya dalam hati sembari menatap hamparan awan di atas langit yang berwarna jingga.

"Hamba sangat mencintainya," sambung Alissa, dengan tatapan mata yang terus saja menatap langit jingga tanpa memperhatikan jalannya.

Brukk.

Alissa terjatuh saat tanpa sengaja menabrak sesuatu di depannya.

"Gila, badan gue remuk cok," gumamnya.

Alissa berusaha berdiri namun gagal, lututnya terasa sangat ngilu.

"Maaf ," ucap seseorang, membuat Alissa mendongak menatapnya.

Laki-laki di depannya mengulurkan tangan hendak membantu Alissa, namun ditolak oleh Alissa.

"Saya bisa berdiri sendiri," jawab Alissa, namun nampaknya lututnya benar-benar tidak bisa di ajak kerja sama.

Alissa meringis ngilu, ingin meminta bantuan namun terlanjur malu karena baru saja menolak bantuan pria tersebut.

Alissa mendongak, menatap laki-laki tersebut dengan wajah sedikit merengut gemas.

Dengan mengulurkan tangannya, Alissa memberi kode pada seseorang di depannya untuk dibantu berdiri.

"Apa ?" tanya laki-laki itu, bermaksud menjahili Alissa.

"Bantuin ih..." seru Alissa dengan wajah kesalnya, membuat laki-laki di depannya tertawa kecil.

"Tadi sok-sokan gak mau dibantuin sekarang malah minta dibantu, dasar cewek labil!"

Alissa memukul punggung laki-laki itu, saat dirinya berhasil berdiri. "Eh mon maap ya, saya udah dewasa bukan cewek labil lagi."

"Iya bukan cewek labil, tapi cewek bocil!"





_________________
Jangan lupa vote komen ya,
See you gais🧡🌷

Aksa RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang